Citra Satelit Gambarkan Kehancuran Gaza setelah 1 Tahun Perang: dari Kamp Jabalia hingga RS Al-Shifa
Seperti inilah pemandangan Gaza dilihat dengan citra satelit. Hancur akibat satu tahun gempuran Israel.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Citra satelit menggambarkan bagaimana kerusakan di Jalur Gaza selama setahun terakhir akibat serangan Israel.
Sebagian besar bangunan, rumah sakit, jalan, dan kamp pengungsi terbesar di wilayah itu hancur.
Perang di Gaza dimulai setelah operasi Banjir Al-Aqsa yang dilakukan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Hamas melintasi perbatasan dengan Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.
Israel kemudian mendeklarasikan perang, melancarkan serangan udara dan invasi darat, yang telah menyebabkan pertempuran sengit.
Titik akses ke Jalur Gaza diblokir, menimbulkan krisis kemanusiaan.
Lebih dari 41.909 warga Palestina telah tewas dan 96.844 lainnya terluka, termasuk ribuan wanita dan anak-anak, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.
Sekitar 1,9 juta warga Palestina—yang merupakan 90 persen dari populasi Gaza—berpindah-pindah demi mencari tempat yang aman.
Organisasi bantuan dan pemimpin dunia telah menyerukan gencatan senjata segera untuk mengizinkan bantuan masuk ke wilayah tersebut.
Namun, sejauh ini, prospek perdamaian masih suram.
Mengutip inews.co.uk, berikut gambaran Gaza yang dilanda perang dalam 1 tahun terakhir.
Baca juga: Rencana Rekonstruksi Gaza Dimulai, PM Mohammad Mustafa Bentuk Tim Nasional
1. Kamp Pengungsi Jabalia
Citra satelit Jabalia, kamp pengungsi terbesar di Gaza yang berusia puluhan tahun, menyoroti dampak perang tersebut.
Citra satelit dari 31 Oktober 2023 dan dua bulan kemudian, pada Desember 2023, menggambarkan bagaimana operasi militer selama tiga minggu oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meratakan kamp tersebut dengan tanah.
Sekitar 60.000 orang terpaksa mengungsi akibat pemboman hebat di lokasi tersebut.
Seorang pengungsi mengatakan kepada BBC: "Jalan-jalan dipenuhi puing-puing dan bangunan yang hancur. Kata-kata tidak dapat menggambarkan kehancuran tersebut."
Pada Mei 2024, IDF kembali ke lokasi tersebut dan menjadikannya sasaran pertempuran sengit, ditambah serangan udara dan artileri.
Pihak berwenang Palestina membantah laporan bahwa mereka yang tewas adalah anggota Hamas.
2. Rumah Sakit Al-Shifa
Rumah Sakit Al-Shifa yang terletak di Kota Gaza dulunya adalah rumah sakit terbesar dan terpenting di daerah tersebut.
Namun, Al-Shifa dibiarkan kosong setelah pengepungan Israel awal tahun ini, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Setelah memperingatkan orang-orang yang berlindung di halaman rumah sakit untuk pergi, Israel mengatakan layanan medis dapat terus beroperasi.
Namun, nyatanya, Israel melakukan penggerebekan ketika sekitar 140 pasien dan staf dilaporkan berada di dalamnya.
Gambar satelit dari Juni 2022 dibandingkan dengan yang diambil pada April 2024 mengungkap skala kerusakan rumah sakit tersebut.
Israel mengklaim operasinya menewaskan 200 militan Hamas tanpa ada warga sipil.
Namun, klaim tersebut dibantah setelah pekerja bantuan dan jurnalis di lokasi kejadian mengatakan ratusan mayat ditemukan, termasuk wanita dan anak-anak, dengan beberapa disembunyikan di kuburan dangkal atau dengan luka tembak.
Hamas membantah menggunakan Al-Shifa sebagai pangkalan.
Baca juga: Setahun Genosida di Gaza, AS Telah Gelontorkan Rp281 Triliun untuk Modali Perang Israel
Setelah serangan itu, WHO mengatakan skala kerusakan telah membuat fasilitas tersebut sama sekali tidak berfungsi, yang mengurangi akses ke perawatan kesehatan yang menyelamatkan nyawa di Gaza.
"Banyak kuburan dangkal telah digali tepat di luar unit gawat darurat, dan gedung administrasi dan bedah. Di area yang sama, banyak mayat yang terkubur sebagian dengan anggota tubuh mereka masih terlihat," kata WHO dalam sebuah pernyataan.
“Selama kunjungan, staf WHO menyaksikan setidaknya lima jenazah tergeletak di tanah dalam kondisi tertutup sebagian, terpapar panas. Menjaga martabat manusia, bahkan saat mereka telah meninggal, adalah tindakan kemanusiaan yang tidak dapat dielakkan.”
3. Rafah: 23 November 2023 & 22 August 2024
4. Pelabuhan Gaza: 1 Juni 2022 & 17 Juni 2024
5. Khan Yunis 25 October 2023 & 7 April 2024
6. Gambaran Umum Gaza 27 September 2023 & 11 September 2024
Prospek Gencatan Senjata Masih Suram
Setahun setelah perang, prospek gencatan senjata masih suram.
Eskalasi justru dikhawatirkan semakin meluas, melibatkan Iran dan Lebanon.
Pada Rabu (2/10/2024), Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), mengatakan:
“Yang dibutuhkan segera adalah gencatan senjata untuk mengakhiri penderitaan orang-orang di Gaza dan di seluruh wilayah."
"Jalan ke depan melalui kemauan politik dan kepemimpinan adalah: membebaskan semua sandera, membuka penyeberangan tambahan, serta memberikan akses kemanusiaan yang aman dan tidak terbatas untuk menjangkau orang-orang yang membutuhkan bantuan. Memilih perdamaian sebagai jalan ke depan adalah pilihan yang berani, dan sekarang adalah waktunya."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)