2 Prajurit TNI Kena Serangan Israel di Lebanon, Presiden Dewan Eropa: Tak Dapat Diterima
Serangan Israel telah melukai dua pasukan penjaga perdamaian Indonesia dan merusak properti PBB.
Penulis: Nuryanti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, mengatakan serangan Israel terhadap operasi penjaga perdamaian PBB di Lebanon, bukan tindakan yang bertanggung jawab dan tidak dapat diterima.
Serangan Israel telah melukai dua pasukan penjaga perdamaian Indonesia dan merusak properti PBB.
Dua prajurit TNI yang tergabung dalam UNIFIL tersebut, mengalami luka ringan ketika menjalankan tugas pemantauan di menara pemantau di markas kontingen Indonesia di Naqoura.
Naqoura terletak di selatan Lebanon, di area yang disebut "garis biru."
Pasukan Perdamaian PBB berada di kawasan tersebut di bawah mandat DK PBB untuk mendukung stabilitas Lebanon.
"Serangan terhadap misi perdamaian PBB tidak bertanggung jawab, tidak dapat diterima dan itulah sebabnya kami menyerukan kepada Israel dan kami menyerukan kepada semua pihak untuk sepenuhnya menghormati hukum humaniter internasional," ungkap Michel kepada AFP di sela-sela pertemuan puncak di Laos pada Jumat (11/10/2024), dilansir Al Jazeera.
Minta Penjelasan Resmi Israel
Charles Michel bergabung dengan kelompok pemimpin internasional dan negara anggota yang menyumbangkan pasukan ke pasukan sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), pada saat Israel sudah diawasi dari berbagai sisi atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Di antara yang paling lantang adalah Italia, di mana menteri pertahanan Guido Crosetto mengatakan ia telah meminta penjelasan resmi dari otoritas Israel mengenai serangan terhadap pangkalan UNIFIL, yang menurutnya “bukanlah sebuah kecelakaan atau kesalahan”.
“Kami tidak akan menerima pembenaran bahwa pasukan militer Israel sebelumnya telah memberi tahu UNIFIL bahwa beberapa pangkalannya harus ditinggalkan,” katanya.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk PBB, Hari Prabowo, mengatakan insiden tersebut “dengan jelas menunjukkan bagaimana Israel memposisikan dirinya di atas hukum internasional, di atas impunitas, dan di atas nilai-nilai perdamaian kita bersama”.
Baca juga: Boikot Global terhadap Israel Menguat, Respon atas Tragedi Gaza dan Lebanon
Sikap Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia mengecam keras serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Lebanon selatan yang melukai dua personel pasukan penjaga perdamaian PBB asal Indonesia.
Dikutip dari laman Kemenlu, kedua personel tersebut segera mendapatkan perawatan di rumah sakit terdekat dan saat ini dalam kondisi baik.
Luka yang dialami dua personel tersebut berasal dari peluncuran peluru yang berasal dari tank Merkava IDF.
Indonesia mengingatkan kepada IDF tentang pentingnya penghormatan terhadap pasukan dan properti UNIFIL dan memastikan keselamatan dan keamanan personel UNIFIL.
Indonesia juga menegaskan serangan apapun terhadap pasukan penjaga perdamaian adalah pelanggaran berat hukum humaniter internasional dan resolusi DK PBB 1701 sebagai dasar mandat UNIFIL.
Selain itu, Indonesia meminta semua pihak untuk menjamin tidak dapat diganggu gugatnya wilayah PBB dalam segala waktu dan keadaan.
Kemudian, Indonesia mendesak dilakukannya penyelidikan atas serangan tersebut dan pelakunya dimintai pertanggungjawaban.
Sebelumnya, pasukan penjaga perdamaian PBB mengatakan pasukan Israel melepaskan tembakan ke markas mereka di Lebanon selatan pada Kamis (10/10/2024).
Tembakan itu melukai dua anggota Blue Helmets, dan memicu kecaman.
Baca juga: Serakah, Menteri Israel Smotrich Ingin Taklukkan Tanah Arab: Saya Ingin Negara Yahudi
Israel mengatakan, pihaknya menargetkan militan Hizbullah di dekat pos PBB dalam operasi yang dilakukan setelah misi penjaga perdamaian menolak tuntutan Israel untuk "pindah" dari beberapa posisinya.
"Dalam serangan terhadap menara di Nakura, dua personel terluka, dan mereka berasal dari Indonesia," kata Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi dalam sebuah pernyataan, Jumat, seperti diberitakan Arab News.
Ia menambahkan, kedua pasukan penjaga perdamaian itu mengalami luka ringan dan berada di rumah sakit untuk menjalani perawatan lebih lanjut.
"Indonesia mengutuk keras serangan itu," ungkap Retno Marsudi.
"Menyerang personel dan properti PBB merupakan pelanggaran berat terhadap Hukum Humaniter Internasional," tegasnya.
Retno lantas meminta semua pihak untuk memastikan penghormatan terhadap wilayah PBB setiap saat dan dalam semua keadaan.
Sebagai informasi, Indonesia yang merupakan pengkritik keras Israel dan pendukung Palestina, saat ini memiliki sekitar 1.232 personel yang dikerahkan bersama misi PBB di Lebanon, UNIFIL.
UNIFIL memiliki sekitar 10.000 pasukan penjaga perdamaian yang ditempatkan di Lebanon selatan.
Baca juga: Iran Siap Hadapi Israel jika Diserang, Pastikan Tetap Dukung Perlawanan Anti-Zionis
Di sisi lain, ketegangan antara Israel dan Hizbullah terus meningkat sejak perang pecah pada tahun lalu antara Israel dan Hamas, kelompok militan lain yang didukung Iran.
Hizbullah telah menembakkan roket, rudal, dan pesawat nirawak ke Israel utara sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Gaza dan Hamas.
Israel telah menanggapinya dengan serangan udara yang semakin gencar dan pembunuhan yang ditargetkan terhadap komandan Hizbullah sambil mengancam operasi yang lebih luas.
Pertempuran yang berlangsung setahun itu telah menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan sebelum eskalasi baru-baru ini.
Israel telah bersumpah untuk melakukan apapun untuk memastikan warganya dapat kembali ke rumah mereka di utara.
Sementara, Hizbullah mengatakan akan terus melancarkan serangan roket hingga ada gencatan senjata di Gaza, sesuatu yang tampaknya semakin jauh.
(Tribunnews.com/Nuryanti)