Alexei Navalny dalam Memoarnya: Rezim Putin Akan Runtuh, Kebohongan Tidak Bertahan Lama
Kritikus vokal Putin, Alexei Navalny yang meninggal awal tahun ini telah meramalkan pemerintahan presiden Vladimir Putin pada akhirnya akan runtuh.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Kritikus vokal Putin, Alexei Navalny yang meninggal awal tahun ini di dalam penjara, ia ternyata telah memprediksi bahwa pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin pada akhirnya akan mengalami keruntuhan.
Navalny dianggap sebagai musuh politik Putin yang paling sengit.
Ia berhasil melakukan upaya dengan menggelar aksi protes massal anti-Kremlin atas penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi dalam beberapa tahun terakhir.
Hingga akhirnya, ia harus mendekam di penjara atas tuduhan ekstremisme dan divonis selama 19 tahun.
Namun, pada tanggal 16 Februari 2024, Navalny meninggal dunia.
Kematian Navalnya akhirnya memicu kemarahan publik dan mereka menyalahkan Putin atas ini.
Akan tetapi, ternyata sebelum Navalny tewas, ia sempat menuliskan memoar yang berisi tentang pemerintahan Putin.
Pada bulan April 2024, istri Navalnya, Yulia Navalnaya mengatakan bahwa memoar tersebut mulai ditulis oleh sang suami pada tahun 2020-2024.
Dalam memoarnya yang ditulis tahun 2022, Navalny mengatakan bahwa ia takut jika Rusia akan dikuasai oleh orang-orang pembohong.
“Satu-satunya hal yang perlu kita takutkan adalah kita akan menyerahkan tanah air kita untuk dijarah oleh gerombolan pembohong, pencuri, dan orang munafik,” tulisnya pada 17 Januari 2022, dikutip dari Al Jazeera.
Ia juga mengatakan bahwa Rusia akan dikuasai oleh korupsi yang menghancurkan negara tersebut.
Baca juga: WSJ: Putin Mungkin Tidak Perintahkan Pembunuhan Alexei Navalny pada Februari
Kemudian Navalny mengatakan saat ini Rusia dipimpin oleh seseorang yang hanya mempertahankan kekuasaan dengan kebohongan.
“Kebohongan, dan tidak ada yang lain selain kebohongan,” tulisnya mengenai struktur kekuasaan negaranya di bawah Putin.
Ia memprediksikan bahwa apabila itu terus dilakukan akan membuat rezim Putin runtuh.
“Negara Putinis tidak berkelanjutan,” prediksinya dalam bukunya, yang akan diterbitkan pada tanggal 22 Oktober.
Dengan sangat yakin, Navalny menuliskan bahwa Putin tidak akan lama lagi akan mengalami kekalahan.
“Suatu hari nanti, kita akan melihatnya, dan itu tidak akan ada di sana. Kemenangan tidak dapat dielakkan," jelasnya.
Sebulan sebelum kematiannya, tepat pada tanggal 17 Januari 2024, ia menuliskan bahwa di Rusia tidak bisa memiliki hak berpendapat bebas.
Hal ini akan membuat orang-orang merasakan pahitnya di penjara.
"Ternyata, di Rusia, untuk mempertahankan hak memiliki dan tidak menyembunyikan keyakinan, Anda harus membayar dengan duduk di sel isolasi. Tentu saja, saya tidak suka berada di sana. Namun, saya tidak akan menyerahkan ide-ide saya atau tanah air saya," tulisnya.
Navalny ditangkap dan harus menjalani hukuman pada Januari 2021.
Saat itu, ia sedang kembali ke Rusia setelah menjalani pengobatan akibat diracun pada tahun 2020.
Selama di dalam penjara, Navalny juga menuliskan buku berjudul 'Patriot'.
Dalam buku yang ditulis pada 22 Maret 2022, ia terlihat pasrah karena harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara.
“Saya akan menghabiskan sisa hidup saya di penjara dan mati di sini,” tulisnya.
Ia mengatakan bahwa saat meninggal, tidak akan ada yang memberikan ucapan selamat tinggal terhadapnya.
“Tidak akan ada seorang pun yang bisa mengucapkan selamat tinggal. Semua hari jadi akan dirayakan tanpa aku. Aku tidak akan pernah melihat cucu-cucuku," tambahnya.
Navalny meninggal dunia pada 16 Februari 2024.
Jasad Navalny sebelumnya juga sempat ditahan.
Ibu Navalny, Lyudmila harus menunggu 14 hari untuk melihat jasad sang putra.
Hingga akhirnya jasad Navalny diserahkan dan dimakamkan pada Jumat, 1 Maret 2024.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Alexei Navalny dan Vladimir Putin