Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
BBC

Judi online: Mengapa pejudi akan selalu kalah?

Para ahli matematika menemukan bahwa ada peluang untuk bisa untung dari judi online secara jangka panjang, namun pada praktiknya itu…

zoom-in Judi online: Mengapa pejudi akan selalu kalah?
BBC Indonesia
Judi online: Mengapa pejudi akan selalu kalah? 

“Saya kenal orang yang bisa hidup dari berjudi”

“Saya sering menonton pertandingan sepak bola dan saya hampir selalu benar menebak pemenangnya”

“Pelajari dengan serius dan kamu mungkin akan menang”

Ini adalah kalimat-kalimat yang sering terdengar dalam obrolan, media sosial, atau di internet terkait judi olahraga.

Namun menurut sejumlah pakar matematika yang mempelajari fenomena ini, realitanya sangat berbeda.

Para pakar menyimpulkan bahwa secara teori, memang mungkin menghasilkan uang dari judi olahraga dalam jangka panjang. Tetapi, itu sangat sulit dan sangat sedikit orang yang berhasil.

Mayoritas orang pasti akan kehilangan uang kalau terus-terusan berjudi. Ini cuma soal waktu.

BERITA REKOMENDASI

"Kalau tidak punya kemampuan matematika yang kuat, tidak pernah mempelajari model-model matematika untuk mengalahkan bandar, Anda tidak akan berhasil," kata pakar matematika David Sumpter kepada BBC News Brasil.

"Anda tidak akan bisa menghasilkan uang dalam jangka panjang kalau tidak berusaha keras."

"Dan usaha keras yang dimaksud bukanlah menonton banyak pertandingan sepak bola atau memahami permainannya, tapi memahami probabilitas," tuturnya.

Sumpter adalah seorang profesor matematika di Uppsala University di Swedia, pendiri perusahaan bidang matematika dan sepak bola, juga penulis buku Soccermatics: Mathematical Adventurers in the Beautiful Game.

Menurutnya, kemampuan matematika diperlukan untuk mengalahkan bandar judi.

Pejudi yang berhasil biasanya lebih banyak menghasilkan uang dari menjual pengetahuan matematikanya, termasuk kepada bandar judi, atau mendirikan perusahaan statistik sendiri.

Sayangnya, sebagian besar pejudi punya karakter seperti "monyet yang bermain panah lempar", kata pakar matematika lainnya, Joseph Buchdal.

Saat bertaruh, mereka hanya mengandalkan keputusan acak dan keberuntungan.

Baru-baru ini, Buchdal menerbitkan sebuah analisis yang menyimpulkan bahwa ada pejudi yang punya kemampuan canggih hingga bisa menguasai pasar judi dalam jangka panjang. Tapi kasus seperti ini tergolong langka.

“Judi tetaplah kompetisi yang sangat sulit dimenangkan karena ada margin yang ditetapkan bandar. Analis terbaik di industri ini juga sulit diakses, sehingga hanya sangat sedikit orang yang berhasil dalam jangka panjang," tulisnya.

Mengapa begitu sulit? Artikel ini akan menjelaskannya.

Bagaimana sistem judi?

Untuk mengalahkan bandar judi, Anda harus paham dulu apa yang disebut sebagai "odds" atau yang dalam bahasa Indonesia berarti "peluang".

Peluang menunjukkan seberapa besar kemungkinan pejudi untuk menang dibandingkan nilai yang dipertaruhkan.

Ada beberapa jenis peluang, tapi format yang paling umum berupa desimal dan pecahan.

Misalnya kalau peluangnya 7/4, berarti untuk setiap taruhan Rp400, pejudi akan berpeluang mendapat profit Rp700 kalau menang.

Jadi kalau ditambah dengan setoran di awal sebesar Rp400, maka pejudi akan mendapat total profit Rp1.100.

Peluang juga bisa muncul dalam bentuk desimal. Misalnya dengan desimal 2,75, berarti pejudi akan mendapat profit sebesar 2,75 kali lipat dari jumlah yang dia pertaruhkan kalau menang.

Jadi kalau Anda bertaruh Rp400, maka Anda akan mendapat keuntungan sebesar Rp1.100 (Rp400 dikali 2,75).

Peluang juga dapat membantu memahami secara matematis seberapa besar kemungkinan suatu hal dapat terjadi dari sudut pandang bandar judi. Ini dikenal sebagai probabilitas tersirat.

Probabilitas tersirat adalah kebalikan dari peluang desimal. Cara mengetahuinya adalah dengan rumus: satu dibagi desimal.

Dari contoh di atas, peluang menang si pejudi adalah 36% (karena satu dibagi 2,75 sama dengan 0,36 atau 36%).

Itu artinya, pejudi juga punya 64% peluang untuk kalah.

Siapa yang menang: pejudi atau bandar judi?

Memenangkan judi adalah hal yang mungkin. Judi olahraga berbeda dengan lotre yang peluang menangnya sangat kecil.

Peluang untuk memenangkan lotre Mega-Sena misalnya, hanya 0,00000002%.

Namun yang menjadi tantangan terbesar dalam judi olahraga adalah memenangkan pertaruhan secara konsisten dalam jangka panjang.

Lebih sering menang ketimbang kalah pun belum tentu cukup untuk meraup untung dari judi. Anda bisa saja sering menang, tapi masih merugi.

Ini sering terjadi pada orang-orang yang bertaruh pada tim favorit.

Keuntungan yang didapat dari setiap kemenangan sangatlah kecil karena peluang pada tim favorit biasanya rendah.

Kabar buruknya: kalah satu kali saja sudah bisa membuat Anda kehilangan keuntungan dari semua kemenangan lainnya.

Misalnya seseorang bertaruh Rp100.000 pada tim favorit yang punya peluang 1,1.

Kalau dia berhasil memenangkan sembilan dari 10 taruhan, dia akan untung Rp90.000. Tapi kalau pada taruhan terakhir dia kalah, dia akan kehilangan Rp100.000.

Begitu juga kalau bertaruh pada tim yang tidak diunggulkan.

Seorang pejudi bisa saja menang besar dengan cara bertaruh pada orang yang punya peluang tinggi dan memasang harga tinggi. Tapi hasil kemenangannya akan habis menutupi kekalahan dari tim-tim underdog lainnya yang juga dia pertaruhkan.

Perlu ada keseimbangan untuk bisa menang secara konsisten.

Caranya adalah dengan menghitung secara tepat berapa yang harus dialokasikan untuk setiap taruhan sesuai dengan peluangnya.

Itu sangat sulit dilakukan seperti contoh-contoh yang akan dibahas selanjutnya.

Musuh utama pejudi: margin untuk bandar

Harga taruhan ditentukan oleh bandar. Ini adalah salah satu tantangan awal bagi para pejudi karena bandar selalu memperhitungkan margin keuntungan mereka atau yang juga disebut sebagai "vigorish".

Cara sederhana untuk menghitung margin adalah dengan menjumlahkan probabilitas tersirat dari semua peluang yang dibayarkan bandar untuk taruhan.

Secara matematis, hasil penjumlahan itu semestinya 100% karena bagaimana pun, pertandingan hanya akan bisa berakhir dengan kemenangan, kekalahan atau seri.

Tapi di bandar taruhan, jumlahnya ternyata selalu lebih besar dari 100%. Selisih itulah yang merupakan margin.

Misalnya pertandingan antara Liverpool dan Arsenal. Peluang untuk pertandingan ini adalah:

  • 4,410 untuk kemenangan Liverpool
  • 3,740 untuk hasil imbang
  • 1,787 untuk kemenangan Arsenal.

Probabilitas tersirat untuk pertandingan ini adalah:

  • 22,68% Liverpool menang
  • 26,74% seri
  • 55,96% Arsenal menang.

Jumlahnya menjadi 105,38%. Itu berarti margin keuntungan yang didapat oleh bandar adalah sebesar 5,38%.

Inilah salah satu musuh terbesar para pejudi.

Bayangkan seorang pejudi memasang taruhan secara proporsional untuk semua kemungkinan hasil berdasarkan contoh di atas:

  • Rp22.680 untuk kemenangan Liverpool
  • Rp26.740 untuk hasil imbang
  • Rp55.960 untuk kemenangan Arsenal.

Nilai total dari taruhannya adalah Rp105.380.

Karena sudah memasang taruhan secara proporsional pada semua kemungkinan, dia berharap bisa mendapat pengembalian apapun hasil pertandingannya.

Tetapi keuntungan sebenarnya akan menjadi:

  • Kalau Liverpool menang: Rp100.010 (Rp22.680 dari desimal 4,410)
  • Kalau hasil seri: Rp100.010 (Rp26.740 dari desimal 3,740)
  • Kalau Arsenal menang: Rp100.000 (Rp55.960 dari desimal 1,787)

Dalam semua skenario, Anda akan tetap rugi sebesar Rp5.380 atau Rp5.370.

Itu berarti bandar judi tidak bisa membayar persis sebesar peluang. Mereka membayar lebih kecil dari itu.

Musuh kedua pejudi: hukum bilangan besar

Dalam jangka panjang, selisih lebih sedikit itu sama dengan kerugian besar bagi para pejudi, dan keuntungan besar bagi bandar.

Pakar matematika menyebut ini terjadi karena "hukum bilangan besar".

Semakin sering itu terulang, semakin mungkin hasilnya sesuai harapan para bandar.

Hukum bilangan besar inilah yang menjadi landasan model bisnis industri kasino bernilai triliunan rupiah.

Dalam 10 dari 100 percobaan, seorang petaruh bisa saja menang walaupun peluang yang tersedia tidak menguntungkannya. Namun sampai level tertentu, misalnya 1.000 dari 10.000 taruhan, hasilnya akan semakin cenderung berpihak pada bandar.

Di kasino misalnya, permainan blackjack punya rata-rata peluang: 42% peluang pejudi menang, 9% seri, dan 49% peluang pejudi kalah.

Sangat mungkin untuk memainkan blackjack beberapa kali, lalu pulang dengan keuntungan besar.

Ilusi kemenangan itulah yang menarik perhatian para pejudi karena 42% peluang untuk menang itu terkesan besar.

Tapi setelah bertaruh dalam jangka panjang, entah itu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, pejudi pasti akan kalah.

Ada lebih banyak orang yang pulang dengan kantong kosong dibanding yang berhasil membawa pulang sedikit uang dari kasino.

Sama halnya pada taruhan olahraga. Peluangnya akan selalu merugikan pejudi.

Bagaimana mengalahkan bandar?

Untuk bisa untung dalam jangka panjang, Anda harus bisa mengalahkan bandar judi secara konsisten.

Caranya adalah dengan menemukan peluang yang lebih baik dari mereka.

Anda harus jeli melihat kapan bandar salah memperhitungkan peluang mereka. Saat itu, Anda bisa mempertaruhkan nilai yang besar untuk salah satu kemungkinan hasil pertandingan.

Misalnya pertandingan antara Chelsea dan Everton. Peluangnya adalah:

  • 2,3 untuk kemenangan Chelsea
  • 2,95 untuk hasil imbang
  • 2,62 untuk kemenangan Everton.

Probabilitas tersirat yang diperkirakan oleh rumah taruhan adalah 43,48% untuk kemenangan Chelsea, 33.9% untuk hasil imbang, dan 38,17% untuk kemenangan Everton.

Jika pejudi punya perhitungan yang lebih tepat dibanding itu, bahwa peluang Chelsea untuk menang lebih dari 43,48% (misalnya 45% atau 50%), dia bisa bertaruh lebih besar untuk hasil itu.

Tapi perlu dipahami bahwa tidak cukup kalau itu hanya berhasil dalam satu pertandingan.

Anda harus bisa lebih konsisten membuat perhitungan yang lebih akurat dibanding bandar judi sehingga meraup untung berkat hukum bilangan besar.

Sangat sulit untuk mendapatkan perkiraan yang lebih akurat ini. Jadi di sinilah para bandar meraup keuntungan besar dibanding pejudi.

Bagaimana bandar judi menghasilkan uang?

Orang-orang yang sering menonton pertandingan sepak bola sering merasa lebih memahami olahraga ini dibandingkan banyak orang lainnya.

Itu membuat mereka merasa lebih mungkin untuk menang.

Sayangnya menurut para pakar, pengetahuan soal sepak bola tidaklah relevan untuk bisa memenangkan judi.

"Pengetahuan orang-orang soal pertandingan sudah diperhitungkan di dalam peluang," kata David Sumpter.

"Contohnya, sebuah pertandingan mungkin dipertaruhkan oleh 10.000 orang. Itu artinya, ada 10.000 orang yang mengerti sepak bola dan pemahaman mereka telah diperhitungkan dalam peluang."

"Anda tidak bertaruh melawan satu orang lainnya, tapi melawan 10.000 orang yang merasa mereka paham sepak bola. Terkadang, 10.000 orang itu membuat kesalahan besar, tapi biasanya tidak," sambungnya.

Trik untuk menang melawan bandar judi bukanlah dengan memahami pertandingan sepak bola, tapi dengan memahami matematika.

“Anda harus mulai mempelajari peluang. Itu yang sering orang lupakan. Mereka berpikir, ‘Saya harus paham banyak soal sepak bola’. Tapi mereka mulai mempelajari peluang," ujar Sumpter.

“Sebagian besar orang tidak tahu banyak soal peluang, bagaimana peluang itu ditentukan dan bagaimana mengalahkannya.”

Ini membuat model-model matematika menjadi semacam ladang emas dalam dunia perjudian.

Model yang dimaksud adalah persamaan-persamaan matematika yang membuat prediksi berdasarkan data sebenarnya.

Model-model ini dihasilkan dengan memanfaatkan data-data statistik dari pertandingan sebelumnya, seperti berapa gol yang dicetak hingga berapa jumlah kegogolan. Hasilnya berupa prediksi soal tim mana yang paling mungkin menang.

Di sinilah teknologi tinggi berperan menentukan peluang.

Bursa taruhan menggunakan peluang yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan profesional yang punya keahlian dalam hal ini.

Perusahaan-perusahaan itu mempekerjakan para ahli matematika dan menggunakan model paling canggih yang ada.

Sulit untuk mengalahkan peluang dari para ahli matematika ini. Dan di luar peluang yang ditentukan, bandar judi masih menambah margin untuk mereka.

Kondisi itu membuat mereka sulit dikalahkan.

“Teknologi berkembang pesat setiap tahunnya. Setiap hari, ada model baru yang digunakan, algoritma baru, teknologi baru,” kata Joseph Buchdahl.

“20 tahun yang lalu, mengalahkan bandar judi mungkin jauh lebih mudah dibanding saat ini.”

Buchdahl mencontohkan sebuah model matematika yang telah digunakan selama puluhan tahun oleh para pejudi.

Model bernama "Dixon-Coles" ini pernah menjamin keuntungan besar pada masa lalu.

Dixon-Coles memperhitungkan faktor-faktor seperti gol yang dicetak hingga jumlah kebobolan dalam beberapa pertandingan terakhir untuk memprediksi hasil pertandingan.

“Teknologi telah berubah. Jika Anda mencoba menggunakan model Dixon-Coles saat ini, Anda tidak akan menang melawan para bandar,” kata Buchdal.

Beberapa tahun belakangan, ada model lainnya yang menjadi tren yakni "model gol yang diharapkan (xG)".

Model ini jauh lebih canggih karena sampai memperhitungkan probabilitas tembakan ke gawang yang gol.

Data-datanya jauh lebih intensif karena memperhitungkan statistik yang lebih lengkap dari semua yang terjadi dalam pertandingan terakhir.

Pejudi mungkin mengira kalau mereka hanya melawan pejudi lainnya atau bandar. Nyatanya, mereka menghadapi pertarungan yang jauh lebih besar dan kompleks.

Para profesional suka memanfaatkan "bursa taruhan", di mana para pejudi menciptakan peluang mereka sendiri dan bertaruh satu sama lain.

Di bursa itulah model matematika terbaik biasanya digunakan.

Sektor ini pun menjadi semakin kompetitif.

Dengan berkembang pesatnya kecerdasan buatan, Buchdal mengatakan pemodelan matematika menjadi arena pertandingan tersendiri, dan model-model yang dihasilkan semakin canggih.

“Ada begitu banyak data dalam sepak bola akhir-akhir ini. Ada statistik pemain, statistik penguasaan bola, statistik operan," kata Buchdal.

"Kalau Anda punya akses ke data-data itu, Anda bisa mulai memasukkannya ke dalam model yang Anda buat dan memantau apakah akan berhasil."

"Untuk sesaat, Anda mungkin akan menghasilkan model yang lebih baik dan menang, tapi setelah itu akan ada orang lain yang mengalahkan Anda."

"Ini sama saja seperti dalam olahraga profesional. Ada masanya Djokovic, Federer dan Nadal menjadi pemain tenis putra terbaik, tapi sekarang mereka sudah tergantikan."

Strategi yang sempurna, tapi akankah berhasil?

Dalam judi olahraga, ada beberapa jenis taruhan. Misalnya, bertaruh pada kartu kuning yang keluar selama pertandingan atau pada jumlah gol.

"Handicap" juga mungkin digunakan untuk menyesuaikan agar peluangnya lebih menguntungkan pejudi.

Ada pula sejumlah strategi yang berbeda.

Banyak pejudi cenderung membentengi taruhan mereka dengan cara memasang taruhan baru untuk mengurangi risiko dari taruhan sebelumnya.

Tetapi para ahli matematika memperingatkan bahwa strategi semacam itu tidak cukup juga untuk mengalahkan bandar dalam jangka panjang.

Walaupun demikian, ada satu strategi yang secara matematis selalu berhasil dalam skenario apa pun. Strategi ini dikenal sebagai arbitrase atau “surebet”.

Secara teori, strategi ini sempurna. Tapi praktiknya, strategi ini lagi-lagi tidak berhasil dalam jangka panjang. Ini makin memperkuat betapa bandar judi tidak terkalahkan oleh kebanyakan orang.

Strategi arbitrase dilakukan dengan cara mencari peluang berbeda untuk taruhan yang sama dari bandar yang berbeda.

Jika probabilitas tersirat dari para bandar ini kurang dari 100% ketika dijumlahkan, maka ada peluang untuk melakukan arbitrase. Itu artinya pejudi akan menang dalam skenario apa pun.

Contohnya: dalam pertandingan antara Manchester United dan Manchester City, Anda bisa menemukan nilai peluang berikut pada beberapa bandar taruhan yang berbeda.

  • Taruhan 1 : Manchester United menang, peluang 2,5
  • Taruhan 2: seri, peluang 3,6
  • Taruhan 3: Manchester City menang, peluang 3,4.

Sangat penting untuk mencari tahu nilai peluang dari beberapa bandar yang berbeda.

Saat peluang diambil dari satu bandar saja, jumlah dari probabilitasnya selalu lebih dari 100%, seperti yang kita lihat pada contoh pertandingan Liverpool dan Arsenal. Kelebihannya menjadi margin keuntungan bagi bandar.

Tetapi dalam contoh ini, dengan peluang dari bandar yang berbeda, jumlahnya lebih rendah dari 100%.

Jumlahnya dalam kasus ini adalah 97,19% yang berarti: 40% kemungkinan Manchester United menang, 27,78% kemungkinan seri, dan 29,41% kemungkinan Manchester City menang.

Untuk memastikan keuntungan dalam skenario apa pun, Anda harus menyebarkan taruhan Anda secara proporsional.

Rumusnya adalah: probabilitas dibagi dengan jumlah total probabilitas, lalu dikalikan dengan jumlah taruhan.

Kalau jumlah taruhan Anda Rp100.000, maka pembagiannya sebagai berikut:

  • Bertaruh pada Manchester United: 40% / 97,19% x Rp100.000 = Rp41.160
  • Bertaruh pada hasil seri: 27,78% / 97,19% x Rp100.000 = Rp28.580
  • Bertaruh pada Manchester City: 29,41% / 97,19% x Rp100.000 = Rp30.260

Hasil untuk setiap skenario itu adalah:

  • Kemenangan Manchester United: Rp41.160 x peluang 2,5 = Rp102.900
  • Hasil imbang: Rp28.580 x peluang 3,6 = Rp102.890
  • Kemenangan Manchester City: Rp30.260 x peluang 3,4 = Rp102.880

Karena Rp100.000 telah dihabiskan untuk taruhan ini, ada jaminan pengembalian sekitar 2,89%.

Margin itu tergolong cukup tinggi untuk taruhan bebas risiko. Tapi skenario itu terlalu indah untuk jadi kenyataan.

Pada praktiknya, ada dua kendala utama dalam trik ini.

Pertama, menemukan peluang yang memungkinkan trik arbitrase untuk diterapkan itu tidak mudah.

Bandar menyesuaikan peluang mereka secara real time sesuai perubahan yang dilakukan oleh pesaing mereka. Jadi peluang ini sulit muncul.

“Kecuali Anda punya bot yang memasang taruhan secara bersamaan. Kalau tidak, akan selalu berisiko karena peluangnya bisa berubah sebelum Anda mengamankan profit akhir," kata Buchdahl.

Tantangan kedua adalah, trik semacam ini selalu dipantau oleh bandar.

“Bandar tidak menolerir pemenang, dan tentu saja mereka juga tidak menolerir trik arbitrase karena itu merugikan bisnis mereka. Jadi begitu mereka mencurigai Anda melakukannya, mereka akan menutup akun Anda,” kata Buchdahl.

Arbitrase bukanlah aktivitas ilegal, tetapi bandar berhak menolak melayani pelanggan dan menangguhkan taruhan, yang secara eksplisit dinyatakan dalam syarat dan ketentuan.

Tetapi apakah adil jika bandar taruhan bisa melarang pelanggan?

“Bandar tidak punya kewajiban untuk berbisnis dengan Anda. Kalau mereka menganggap Anda tidak menguntungkan bisnis mereka, mereka tidak akan menerima Anda sebagai klien. Seperti itu lah cara kerja kapitalisme,” kata Buchdahl.

Di Inggris, ada situs yang secara khusus mendeteksi dan menempatkan trik arbitrase, kata David Sumpter.

Tapi marginnya kecil dan banyak akun yang akhirnya diblokir setelah beberapa putaran begitu bandar mengidentifikasinya.

Menurut Buchdahl, arbitrase bukanlah strategi yang berkelanjutan dalam jangka panjang, sebab harus kucing-kucingan dengan bandar.

Agar trik ini bisa berhasil, Anda harus memiliki akun di sekitar 10 bandar taruhan yang berbeda, dan Anda harus membuka akun baru dengan nama berbeda setiap kali akun Anda ditangguhkan.

Siapa yang pernah berhasil melawan bandar?

Walau sangat sulit, faktanya ada yang pernah berhasil mengalahkan bandar judi.

Salah satu yang terkenal adalah laki-laki asal Inggris, Matthew Benham. Dia merupakan lulusan Fisika dari Universitas Oxford pada akhir 1980-an.

Setelah bekerja di pasar keuangan, Benham memutuskan mengembangkan model matematika untuk judi olahraga.

Dia menyempurna model Dixon-Coles dan mendirikan SmartOdds, sebuah perusahaan riset statistik perintis yang ditujukan untuk pejudi profesional.

Dia juga menjadi investor di Matchbook, sebuah situs taruhan yang mempelopori perturakaran format taruhan.

Model-model yang dia ciptakan begitu sukses sehingga Benham menjadi jutawan.

Dia bahkan sampai membeli klub sepak bola favoritnya, Brentford.

Sejak Benham mengambil alih kendali klub, Brentford kembali menjadi klub papan atas Liga Inggris dengan nilai miliaran dolar.

Jadi menurut para pakar, kisah Benham menunjukkan bahwa keuntungan terbesar dalam dunia judi olahraga tidak berada di tangan petaruh, melainkan di tangan para bandar dan ahli matematika yang bisa menghasilkan pengetahuan berharga.

Sumpter dan Buchdahl pun mengikutinya. Mereka sempat mempertimbangkan untuk menjadi pejudi profesional, tapi kemudian menyadari bahwa ada jalan lain yang lebih menguntungkan.

Keduanya telah menulis buku dan artikel tentang judi olahraga dan memanfaatkan pengetahuan mereka untuk menghasilkan uang tanpa ikut bertaruh.

Sumpter mendirikan sebuah perusahaan, Twelve Football, yang menyediakan konsultasi matematika untuk beberapa klub sepak bola di seluruh dunia, termasuk di Liga Primer Inggris.

Buchdahl membuat situs di mana dia menyediakan data yang menginformasikan model statistik yang dapat digunakan oleh para penjudi.

Dia menghasilkan uang dari iklan di situsnya.

Selain itu, banyak artikel yang dia tulis dipublikasikan di bagian edukasi di situs Pinnacle, sebuah sportsbook yang terkenal dengan peluangnya yang canggih.

“Anda dapat menghasilkan uang dengan membuat model matematika, dan saya tahu orang-orang yang berhasil lewat cara itu," kata Sumpter.

“Tapi tidak lama kemudian mereka akhirnya bekerja untuk rumah judi atau bahkan menjadi pemilik rumah judi. Cara ini lebih menghasilkan banyak uang,” kata dia.

Menurutnya, kehidupan seorang penjudi profesional punya risiko tinggi dan biaya yang sangat besar.

Perlu investasi besar-besaran untuk belajar dan daya komputasi. Selain itu, perlu modal yang besar pula untuk memasang taruhan.

Kalau rata-rata pengembalian yang didapat adalah 3% (yang bahkan tergolong sulit diraih para profesional), itu berarti perlu Rp1 juta untuk bisa mendapatkan pengembalian Rp30.000.

Kebanyakan orang yang ingin menjadi pejudi profesional akhirnya menyerah.

Sumber: BBC Indonesia
BBC
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas