PM Lebanon Kecam Tuntutan Netanyahu untuk Tarik Mundur Pasukan UNIFIL dari Perbatasan
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati mengecam keras permintaan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati mengecam keras permintaan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Permintaan Netanyahu adalah meminta UNFIL untuk segera menarik pasukannya dari Lebanon Selatan.
Atas tuntutan tersebut, Mikati menyindir posisi Netanyahu saat ini.
"Lebanon mengecam posisi Netanyahu dan agresi Israel terhadap pasukan penjaga perdamaian UNIFIL (Pasukan Sementara PBB di Lebanon),” kata Mikati, dikutip dari Arab News.
Dengan tegas, Mikati menolak permintaan Netanyahu.
Menurut Mikati, permintaan Netanyahu menunjukkan kebenaran bahwa Israel melanggar hukum Internasional.
Mikati lebih lanjut menuduh Netanyahu menunjukkan permusuhan terhadap pasukan UNIFIL, yang telah beroperasi di Lebanon selatan selama beberapa dekade.
Oleh karena itu, Mikati mendesak masyarakat Internasional untuk mengambil sikap tegas terhadap agersi Israel yang sedang berlangsung.
“Peringatan yang disampaikan Netanyahu kepada Guterres yang menuntut pencabutan UNIFIL merupakan babak baru dalam pendekatan Israel yang tidak mematuhi norma-norma internasional," tambahnya.
Sebelumnya, permintaan Netanyahu disebutkan dalam pidato yang disiarkan di televisi pada hari Minggu (13/10/2024).
Dalam pidato tersebut, Netanyahu mendesak Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk menarik pasukan UNIFIL dari wilayah yang ia gambarkan sebagai 'kubu pertahanan dan zona pertempuran Hizbullah', dikutip dari Palestine Chronicle.
Netanyahu mengklaim permintaannya ini adalah untuk melindungi pasukan penjaga perdamaian dari bahaya.
Baca juga: Apa itu UNIFIL?
Netanyahu mengatakan bahwa militer Israel telah berulang kali meminta penarikan UNIFIL, tetapi permintaan tersebut ditolak.
Menurut juru bicara UNIFIL, Andrea Teneti, pasukannya tidak akan meninggalkan markas mereka dalam kondisi apapun.
“Namun ada keputusan bulat untuk tetap bertahan," tegasnya, dikutip dari Al-Arabiya.
Serangan Israel di UNIFIL
Dalam beberapa hari terakhir, Israel terus melancarkan serangan ke maskar besar UNIFIL di Lebanon Selatan.
Pertama kali Israel melancarkan serangan ke UNIFIL adalah pada hari Kamis (10/10/2024).
Tank-tank Israel menembaki pasukan UNIFIL di menara observasi di markas UNIFIL.
Ini mengakibatkan dua pasukan penjaga perdamaian Indonesia terluka.
Kemudian pada hari Jumat (11/10/2024), militer Israel mengakui bahwa pasukannya bertanggung jawab atas sebuah insiden di Naqoura di mana dua tentara Sri Lanka terluka setelah ditembak.
Israel mengatakan bahwa tentara di dekat pangkalan melepaskan tembakan setelah mengidentifikasi adanya ancaman, dan menambahkan bahwa insiden tersebut akan diselidiki, dikutip dari Al Jazeera.
Pada hari yang sama, israel juga melancarkan serangan terpisah di Naqoura.
Ini mengakibatkan seorang pasukan penjaga perdamaian terluka.
"Pria tersebut "menjalani operasi" untuk mengeluarkan peluru dan "saat ini dalam kondisi stabil", kata UNIFIL.
Sebagai informasi, pasukan penjaga perdamaian PBB telah dikerahkan untuk berpatroli di perbatasan Lebanon dengan Israel sejak tahun 1978.
Mandat untuk operasi tersebut dikenal dengan sebutan Pasukan Sementara PBB di Lebanon atau UNIFIL, dikutip dari Asharq Al-Aawsat.
Mandat misi tersebut harus disesuaikan karena invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982 dan setelah penarikan Israel dari Lebanon pada tahun 2000.
Setelah perang tahun 2006, mandat tersebut diperluas dengan Resolusi 1701.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)