Tuding Seoul Propaganda, Kim Jong Un Arahkan Moncong Artileri ke Selatan Siap Ditembakkan ke Korsel
Kim Jong Un telah mengerahkan sebanyak delapan brigade artileri yang dipersenjatai lengkap dengan kekuatan penuh masa perang dalam keadaan siaga
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Situasi semakin memanas di semenanjung Korea. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dikabarkan telah memerintahkan para prajuritnya bersiap untuk berperang dengan tetangganya, Korea Selatan.
Diberitakan kantor berita KCNA, Minggu (13/10/2024) bahwa moncong artileri di wilayah berbatasan telah menghadap ke selatan dan siap meletup.
Perintah siaga perang tersebut dilakukan setelah drone berisi selebaran propaganda Korsel dijatuhkan di wilayah Korut.
Baca juga: Kim Sambut Putin di Pyongyang, Apa Tujuan Pertemuan Ini?
Penyebaran selabaran oleh drone Korsel tersebut dilaporkan terjadi pada Jumat (11/10/2024). Sebelumnya, Korut juga telah mengirimkan balon berisi kotoran ke wilayah selatan.
Dalam sebulan ini, Korut dilaporkan menuding musuhnya itu telah mengirimkan propaganda dengan drone sebanyak tiga kali.
"Staf Umum [Tentara Rakyat Korea] mengeluarkan perintah operasi pendahuluan pada tanggal 12 Oktober kepada unit artileri gabungan di sepanjang perbatasan untuk bersiap sepenuhnya untuk melepaskan tembakan," tulis kantor berita tersebut, mengutip Kementerian Pertahanan Korea Utara.
Dalam persiapan perang tersebut, dikutip oleh KCNA, Kim Jong Un telah mengerahkan sebanyak delapan brigade artileri yang dipersenjatai lengkap dengan kekuatan penuh masa perang dalam keadaan siaga untuk melepaskan tembakan.
Pyongyang diyakini telah menempatkan sebanyak 10.000 artileri di sepanjang perbatasan dengan Korsel. Sebanyak 6.000 diantaranya diyakini bisa menjangkau wilayah-wilayah dengan populasi besar di Korsel.
Pada 2020 RAND Corporation, sebuah lembaga pemikir yang didanai oleh militer AS mengabarkan, jika perseteruan pecah menjadi perang, sebanyak 205 ribu warga Korsel dalam bahaya.
Baca juga: Jepang dan Korea Utara Upayakan Pertemuan Antarpemimpin di Pyongyang
Dalam waktu satu jam, kata lembaga itu, senjata-senjata Korut bisa menghancurkan Seoul, Incheon, Gimpo dan kota-kota Korsel lainnya.
Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, memperingatkan bahwa Pyongyang memandang "penyebaran selebaran" oleh Korea Selatan sebagai "provokasi bermotif politik yang serius dan pelanggaran kedaulatan."
“Momen saat pesawat nirawak Seoul ditemukan di langit di atas ibu kota kami sekali lagi tentu akan menyebabkan bencana yang mengerikan,” kata Kim.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun awalnya membantah telah mengirim pesawat nirawak ke wilayah udara Korea Utara. Namun, Kepala Staf Gabungan negara itu kemudian menyatakan bahwa mereka “tidak dapat memastikan apakah tuduhan Korea Utara itu benar atau tidak.”
Pertengkaran pesawat nirawak itu terjadi kurang dari sebulan setelah Korea Utara mengumumkan bahwa mereka telah menguji varian baru rudal balistik Hwasong-11 yang dipersenjatai dengan hulu ledak konvensional “super besar” seberat 4,5 ton.
Pengumuman ini muncul beberapa minggu setelah AS dan Korea Selatan mengakhiri latihan militer berskala besar di wilayah tersebut. Sementara Washington dan Seoul menggambarkan latihan itu sebagai latihan defensif, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyebutnya sebagai “latihan perang provokatif untuk agresi.”