Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rencana Kemenangan Zelensky: Strategi Perdamaian untuk Ukraina

Zelensky umumkan rencana kemenangan perang minggu ini, fokus pada perdamaian.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Rencana Kemenangan Zelensky: Strategi Perdamaian untuk Ukraina
eremnews
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky akan mengumumkan rencana kemenangannya pada pekan ini. 

 

TRIBUNNEWS.COM -- Pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan akan mengumumkan rencana kemenangannya pada pekan ini.

Dalam pidatonya pada Senin (14/10/2024) malam, Zelensky mengatakan, ia akan menyampaikan hal itu di depan para sekutunya pada pekan ini.

"Minggu ini, kami akan menyampaikan kepada semua mitra kami di Eropa strategis kami untuk memaksa Rusia mengakhiri perang ini dengan adil. Tentu saja, Rencana Kemenangan akan diumumkan ke publik. Selain itu, bersamaan dengan tanggapan awal yang telah kami terima dari mitra kami," kata Zelensky dikutip dari Ukrinform, Selasa (15/10/2024).

Ia berharap bahwa rencana tersebut butuh dukungan secara kolektif untuk menegakkan perdamaian dan mengakhiri perang.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-965: Moskow Diduga Targetkan Warga Sipil, 2 Wanita Tewas Disergap Drone

Penasihat Kepala Kantor Kepresidenan Serhii Leshchenko, sebelumnya mengatakan bahwa rencana kemenangan tersebut akan disampaikan dalam pidatonya di Verkhovna Rada (parlemen Ukraina), Rabu (16/10/2024).

Sebelumnya, Kyiv Independent mengungkapkan, Zelensky menjelaskan lima poin rencana kemenangannya.

BERITA REKOMENDASI

Kelimanya mencakup komponen militer dan diplomatik, termasuk undangan Ukraina untuk bergabung dengan NATO, tetapi rincian lengkap kerangka perdamaian belum dipublikasikan. 

Tujuan dari rencana tersebut adalah untuk memperkuat posisi negosiasi Ukraina di masa mendatang dan mendorong Rusia untuk mencapai perdamaian yang adil, kata Kyiv.

Zelensky telah menyampaikan, dengan hasil yang beragam, rencana kemenangan tersebut kepada sejumlah pemimpin Barat termasuk Presiden AS Joe Biden, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, dan lain-lain.

"Poin-poin utamanya sudah jelas, tetapi (Zelensky) akan menambahkan perincian yang akan menyatakan dengan jelas jenis program tekanan itu, mengapa itu penting, dan mengapa itu paralel (dengan formula perdamaian)," kata kepala kantor penasihat Zelensky, Mikhailo Podolyak.

Andriy Yermak, kepala Kantor Kepresidenan, mengatakan pada 29 September bahwa rencana itu akan disampaikan kepada Ukraina tanpa beberapa perincian "sensitif" untuk mencegah informasi bocor ke Rusia.

Baca juga: Pesawat Tu-134 Pengangkut Pejabat Rusia Dibakar di Orenburg

KTT BRICS

Sementara rencana digelarnya KTT BRICS di Kazan pada 22 hingga 24 Oktober di Kazan, Tatarstan, Rusia,  dari 22 hingga 24 Oktober juga menjadi perhatian.

Pasalnya KTT dengan platform Friends and Peace (Teman dan Perdamaian) tersebut diharapkan menjadi penyatuan pendapat untuk segera mengakhiri perang.

Para pemimpin Brasil dan China sebagai pencetus KTT tersebut bersama Rusia sebagai tuan rumah, India dan Afrika Selatan kemungkinan besar menghadiri acara tersebut.

Presiden Republik Rakyat China Xi Jinping dan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva juga diprediksi akan berbicara tentang inisiatif mereka.

Padahal gagasan platform itu dikritik oleh Ukraina, pasalnya 'Friends of Peace' Kiev meyakini bahwa ini adalah upaya untuk "mendorong" gagasan menghentikan perang di garis depan, yang menguntungkan bagi Rusia dengan menambah empat wilayah Ukraina.

Seperti diketahui, saat ini Rusia telah menduduki seperlima wilayah Ukraina yang terdiri dari empat oblast (setingkat provinsi) yaitu Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia. Sebelumnya Rusia telah mencaplok semenanjung Krimea.

Sementara Zelensky bersikeras agar semua wilayah yang direbut dikembalikan ke Ukraina dalam batas wilayah tahun 1991.

Strana memberitakan, Rusia hingga saat ini belum menyatakan mendukung KTT itu. Moskow seperti menunggu respons negara lainnya dan seperti membatasi diri karena kehadiran dua negara Uni Eropa pendukung Ukraina, Prancis dan Swiss.

Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas