Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tewas, Warga Palestina Menentang Perang di Gaza Terus Berlanjut
Warga menilai perang yang dilakukan Israel yakni untuk memusnahkan rakyat Palestina.
Penulis: Nuryanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Warga Palestina di reruntuhan Khan Younis, Gaza selatan, tetap menentang perang akan terus berlanjut, meskipun Pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah tewas.
Militer Israel telah mengumumkan tewasnya Yahya Sinwar, setelah sekelompok tentara membunuhnya dalam baku tembak mendadak di Rafah, Gaza selatan, Kamis (17/10/2024).
Kematian Yahya Sinwar merupakan pukulan telak bagi gerakan militan Palestina yang telah berperang dengan pasukan Israel di Jalur Gaza selama lebih dari setahun.
Sementara itu, warga menilai perang yang dilakukan Israel itu untuk memusnahkan rakyat Palestina.
"Perang ini tidak bergantung pada Sinwar, Haniyeh, atau Mishal, atau pada pemimpin atau pejabat mana pun," ujar Dr Ramadan Faris, dikutip dari BBC.
"Ini adalah perang pemusnahan terhadap rakyat Palestina, seperti yang kita semua tahu dan pahami. Masalahnya jauh lebih besar daripada Sinwar atau siapa pun," jelasnya.
Warga lainnya, Adnan Ashour, mengatakan Israel "tidak hanya mengincar kita. Mereka menginginkan seluruh Timur Tengah. Mereka berperang di Lebanon, Suriah, dan Yaman. Ini adalah perang antara kita dan orang-orang Yahudi sejak 1919, lebih dari 100 tahun."
Ketika ditanya apakah menurutnya kematian Yahya Sinwar akan mempengaruhi Hamas, ia berkata:
"Saya harap tidak, Insya Allah. Izinkan saya menjelaskan: Hamas bukan hanya Sinwar, Hamas adalah perjuangan rakyat."
Israel Klaim Pasukannya Bunuh Yahya Sinwar
Militer Israel mengklaim bahwa pasukannya telah menewaskan Yahya Sinwar pada hari Kamis.
Baca juga: Gugur bersama Pejuang Hamas, Bagaimana Kematian Yahya Sinwar Patahkan Propaganda Israel?
Adapun Yahya Sinwar disebut sebagai seorang arsitek utama serangan tahun lalu terhadap Israel yang memicu perang di Gaza.
Kematian Yahya Sinwar merupakan pukulan telak bagi Hamas, tetapi kelompok yang menerima dukungan dari Iran ini telah terbukti tangguh menghadapi kehilangan pemimpin di masa lalu.
Di sisi lain, para pemimpin Israel merayakan pembunuhan Yahya Sinwar sebagai penyelesaian masalah lebih dari setahun setelah militan pimpinan Hamas membunuh sekitar 1.200 orang di Israel dan menculik 250 orang lainnya dalam sebuah serangan yang menggemparkan negara tersebut.
Israel juga menggambarkannya sebagai titik balik dalam kampanye untuk menghancurkan Hamas, mendesak kelompok tersebut untuk menyerah dan membebaskan sekitar 100 sandera yang masih berada di Gaza.
"Hamas tidak akan lagi menguasai Gaza. Ini adalah awal hari setelah Hamas," kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilansir AP News.
Netanyahu mengatakan Israel akan terus bertempur hingga semua sandera bebas.
Dalam pidatonya tentang kematian Yahya Sinwar, Netanyahu mengatakan, “Perang kita belum berakhir.”
Israel juga akan mempertahankan kendali atas Gaza cukup lama untuk memastikan Hamas tidak mempersenjatai diri lagi — pendudukan efektif yang meningkatkan kemungkinan terjadinya pertempuran berkelanjutan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan “ini bukan akhir perang di Gaza”, setelah mengklaim Yahya Sinwar terbunuh.
Setidaknya 10 warga Palestina tewas dalam serangan Israel terhadap kamp pengungsi Maghazi di Gaza tengah menyusul tewasnya 28 orang, termasuk anak-anak, dalam serangan Israel terhadap tempat penampungan PBB di Jabalia, Gaza utara.
Lima tentara Israel tewas dalam pertempuran di Lebanon selatan dan sembilan “terluka parah” dalam pertempuran di Lebanon dan Jalur Gaza.
Hizbullah di Lebanon telah mengumumkan akan “bertransisi ke fase baru dan meningkat dalam konfrontasi dengan Israel”, yang akan menjadi jelas dalam beberapa hari mendatang.
Baca juga: Dari Yahya Ayyash hingga Yahya Sinwar: Sejarah Pembunuhan Pemimpin Hamas oleh Israel
Misi Iran di PBB mengatakan saat-saat terakhir pemimpin Hamas Yahya Sinwar akan menjadi model perlawanan dan “semangat perlawanan akan diperkuat”, menyusul pembunuhannya oleh pasukan Israel.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menggambarkan Sinwar sebagai “teroris”, dan mengatakan bahwa pemimpin Hamas yang terbunuh itu merupakan “penghalang bagi gencatan senjata yang sangat dibutuhkan”.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara dengan Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani setelah kematian Sinwar, menekankan perlunya gencatan senjata.
Organisasi Kesehatan Dunia menuduh Israel melarang spesialis medis memasuki Gaza untuk mendukung klinik di daerah kantong yang terkepung itu.
Di Gaza, setidaknya 42.438 orang tewas dan 99.246 terluka akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.
Setidaknya 1.139 orang tewas dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)