Kebocoran Dokumen Operasi Israel: Pentagon Terlibat Rencana Serangan ke Iran
Kebocoran informasi penting tentang rencana serangan Israel ke Iran melibatkan Pentagon.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Rencana Israel untuk melakukan penyerangan ke Teheran, Iran bocor. Dalam bocoran dokumen rahasia tersebut, Pentagon dipastikan terlibat.
Kemungkinan negara Yahudi melakukan balas dendam tersebut bocor secara daring, padahal aporan intelijen itu masuk kategori sangat rahasia.
Media asal Amerika Serikat CNN memberitakan, setidaknya ada tiga narasumber yang mengetahui mengenai kebocoran tersebut.
Baca juga: Iran Bantah Tuduhan Netanyahu: Kami Tak Terlibat Serangan Hizbullah di Rumah PM Israel
Sumber tersebut mengatakan bahwa rencana penyerangan tersebut merupakan pelanggaran keamanan di tengah kebuntuan dialog perdamaian dua negara yang berseteru tersebut.
Israel bertekad untuk membalas serbuan ratusan rudal Iran pada awal bulan ini. Dalam serangan Iran yang membombardir ibu kota Tel Aviv tersebut dikabarkan menghancurkan markas militer Israel dan merusak sejumlah pesawat siluman F-35.
Dalam informasi, ada dua dokumen rahasia Israel yang bocor. Berkas pertama, Badan Intelijen Geospasial Nasional Pentagon menyiapkan rencana Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melanjutkan persiapan amunisi utama dan aktivitas UAV rahasia pada tanggal 16 Oktober.
Badan Intelijen Geospasial Nasional, yang bertanggung jawab untuk menganalisis gambar dan informasi yang dikumpulkan oleh satelit mata-mata AS.
Sumber tersebut mengatakan bahwa operasi UAV atau pesawat tak berawak alias drone tersebut hampir pasti untuk menyerang Iran.
Sedangkan berkas kedua melaporkan perihal pengerahan pasukan besar oleh Angkatan Udara Israel pada 15-16 Oktober. Dalan bocoran, laporan itu disebutkan secara terperinci.
Dokumen ini merinci bagaimana Israel mengubah penempatan rudal dan senjatanya jika Iran membalas dengan serangannya sendiri.
Baca juga: Benjamin Netanyahu Tidak Ada di Rumah Saat Drone Hizbullah Menyerang Kediamannya
"Kebocoran tersebut adalah hal yang sangat memprihatinkan,” kata seorang pejabat yang tidak disebutkan kepada CNN dikutip Minggu (20/10/2024).
Pada Sabtu, bocoran dokumen tersebut diterbitkan di Telegram di dalam grup yang pro-Iran.
Orang yang menyebarkan dokumen ini mengklaim dapat kiriman dari sumber anonim yang tidak mau mengindentifikasikan dirinya sendiri.
Sumber ini beralasan tidak memiliki hubungan dengan pembocor asli.