Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fethullah Gülen Meninggal Dunia, Sosok yang Dituding Dalang Upaya Kudeta Turki 2016

Diumumkan bahwa Fethullah Gülen, yang dituduh Turki berada di balik upaya kudeta 15 Juli 2016, meninggal dunia pada usia 83 tahun di Amerika Serikat.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Fethullah Gülen Meninggal Dunia, Sosok yang Dituding Dalang Upaya Kudeta Turki 2016
Tangkap layar X
Fethullah Gulen. Diumumkan bahwa Fethullah Gulen, yang dituduh Turki berada di balik upaya kudeta 15 Juli 2016, meninggal dunia pada usia 83 tahun di Amerika Serikat (AS), tempat ia tinggal. 

TRIBUNNEWS.COM - Fethullah Gülen, yang menurut Ankara otak dari upaya kudeta yang gagal pada tahun 2016, meninggal pada usia 83 tahun.

Dikutip dari Yeni Safak, Gulen meninggal di Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), tempat ia tinggal.

Menyusul kematian Gulen, akun media sosial Organisasi Teroris Fetullah (FETO) dan anggotanya telah mengumumkan bahwa pemimpin mereka, Fetullah Gulen telah meninggal, Anadolu melaporkan.

Akun-akun yang berafiliasi dengan Organisasi Teroris Fetullah/Struktur Negara Paralel (FETO/PDY), termasuk keponakan Gulen, membagikan postingan yang menyatakan bahwa Gulen meninggal karena penyakit kardiovaskular.

Dalam pernyataan yang dimuat di Herkul.org, “Teman-teman terkasih, guru kami berjalan menuju cakrawala jiwanya pada pukul 21:20 malam tanggal 20 Oktober 2024, di rumah sakit tempat ia dirawat selama beberapa waktu.

Siapa Fetullah Gulen?

Dikutip dari EuroNews, Fetullah Gülen, lahir pada tanggal 27 April 1941 di Erzurum Pasinler, adalah seorang pengkhotbah dan imam.

Fethullah Gülen adalah seorang ulama, penulis, dan pendiri gerakan sosial yang dikenal sebagai Gerakan Gülen atau Hizmet.

Berita Rekomendasi

Ia menjadi terkenal di luar negeri karena pandangannya tentang pendidikan, toleransi, dan dialog antaragama.

Gülen juga dikenal karena kritiknya terhadap pemerintah Turki, terutama terhadap rezim Recep Tayyip Erdoğan.

Organisasi Gulen dipimpin oleh Fetullah Gülen, yang telah tinggal di AS sejak 1999, dan didefinisikan sebagai "Organisasi Teroris Fetullah/Struktur Negara Paralel (FETO/PDY)" di Turki.

Dia dituduh membunuh Necip Hablemitoğlu, mengorganisir "kasus konspirasi" seperti Ergenekon, Sledgehammer, Poyrazköy dan Spionase Militer, yang menyebabkan Letnan Kolonel Ali Tatar melakukan bunuh diri, melakukan pembunuhan Hrant Dink, mengorganisir upaya kudeta pada 15 Juli, 2016, dan masih banyak tindak pidana lainnya.

Gulen, pemimpin kelompok tersebut, membantah semua tuduhan tersebut.

Kudeta Turki

Kudeta di Turki terjadi pada malam tanggal 15 Juli 2016.

Baca juga: Intelijen Turki Ringkus Seorang Anggota Al Qaeda di Afrika

Sejumlah militer yang menyebut diri mereka sebagai "Dewan Perdamaian" berusaha mengambil alih pemerintahan dengan melakukan tindakan seperti menutup jembatan, menyerbu stasiun televisi, dan mengklaim kontrol atas berbagai institusi pemerintah.

Setelah kudeta gagal di Turki pada tahun 2016, Gülen dituduh oleh pemerintah Turki sebagai otak dari kudeta tersebut, yang dibantahnya.

Peristiwa ini menyebabkan kekacauan dan ketegangan yang signifikan di Turki. Setelah kudeta, pemerintah meluncurkan tindakan represif yang luas, termasuk penangkapan ribuan orang, termasuk anggota militer, akademisi, dan jurnalis, dengan tuduhan terkait dengan Fethullah Gülen dan gerakannya.

Pemerintah menyalahkan Gülen sebagai otak di balik kudeta, meskipun ia membantah tuduhan tersebut.

Kudeta ini membawa dampak besar bagi politik Turki, memperkuat kekuasaan Erdoğan, dan memperburuk kondisi hak asasi manusia di negara itu.

Presiden Recep Tayyip Erdoğan, yang saat itu sedang liburan, berhasil melarikan diri dan melakukan siaran langsung melalui aplikasi FaceTime untuk menyerukan rakyat Turki turun ke jalan dan melawan kudeta.

Tindakan ini direspons positif oleh banyak warga, yang kemudian berkumpul untuk menentang para kudeta.

Ia saat ini tinggal di pengasingan di Amerika Serikat.

Gerakan yang dipimpinnya memiliki jaringan sekolah, institusi pendidikan, dan organisasi nirlaba di berbagai negara.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas