Alasan Netanyahu Tolak Usulan Mesir soal Gencatan Senjata 2 Hari dengan Hamas di Gaza
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menolak mentah-mentah usulan Mesir untuk gencatan senjata di Gaza selama dua hari.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi telah berinisiatif mengusulkan untuk memberlakukan gencatan senjata pendek di Gaza.
Bukannya didengar, malah usulan dari al-Sisi langsung ditolak oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
"Kami mengusulkan gencatan senjata di Jalur Gaza selama dua hari untuk menukar empat sandera (Israel) dengan sejumlah tahanan (Palestina)," kata al-Sisi, Minggu (27/10/2024), dikutip dari Anadolu.
"Kemudian negosiasi akan dilakukan selama 10 hari untuk mengubah gencatan senjata menjadi gencatan senjata permanen," lanjutnya.
Usulan itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Netanyahu, meskipun beberapa besar menteri Israel mendukung usulan Mesir.
Bahkan, lembaga keamanan Israel juga mendukung usulan dari Mesir tersebut.
Pada akhirnya, Tel Aviv memutuskan untuk menolak usulan tersebut karena adanya pertentangan dari Netanyahu.
Penolakan tersebut, dikarenakan Netanyahu menekankan bahwa "negosiasi hanya akan dilakukan di bawah tekanan", menurut Channel 12 Israel.
Upaya yang dipimpin oleh AS, Mesir dan Qatar untuk mengamankan gencatan senjata dan memfasilitasi pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas sejauh ini terhenti, dengan Netanyahu menolak mempertimbangkan untuk mengakhiri konflik.
Sementara itu, Kepala Mossad, David Barnea telah terbang ke Doha untuk membahas upaya gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Barnea akan bertemu dengan Direktur CIA Bill Burns dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Baca juga: Netanyahu Tolak Usulan Mesir soal Gencatan Senjata Israel-Hamas Selama 2 Hari di Jalur Gaza
Menurut Kantor Perdana Menteri, para pejabat akan membahas “berbagai kemungkinan untuk memulai kembali negosiasi guna membebaskan sandera dari penahanan Hamas, berdasarkan perkembangan terkini”.
Dikutip dari Times of Israel, Hamas tidak akan terlibat dalam putaran pertemuan ini, kata seorang pejabat Israel.
Akan tetapi, Hamas berpotensi bergabung dalam putaran berikutnya, dengan mediator yang berpindah-pindah antara kelompok tersebut dan negosiator Israel.
Qatar menjadi tuan rumah sejumlah pemimpin tinggi Hamas di wilayahnya.
Israel sedang menjajaki kemungkinan kesepakatan kecil yang dirancang untuk memulai pembicaraan dengan Hamas tentang kesepakatan komprehensif, kata pejabat itu, dan untuk memahami pengambilan keputusan Hamas setelah kematian Yahya Sinwar.
Menurut Al Arabiya, Hamas bersedia menerima usulan Mesir asalkan usulan itu dimasukkan ke dalam tuntutannya pada 2 Juli untuk kesepakatan penyanderaan.
Hamas juga menginginkan jaminan bahwa Israel akan berkomitmen agar usulan Mesir itu menjadi bagian dari kesepakatan komprehensif.
Hamas akan menyampaikan kepada para negosiator kesepakatan komprehensif untuk segera mengakhiri perang dan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Baca juga: Momen Netanyahu Disoraki Kerumunan Warga Israel karena Tidak Bisa Pulangkan Sandera: Memalukan
Mereka juga meminta pertukaran sejumlah tahanan Palestina dengan imbalan pembebasan semua sandera Israel sekaligus, kata pejabat Hamas kepada saluran Saudi Asharq News.
Penawaran tersebut diharapkan akan diajukan setelah pertemuan di Doha pada hari Minggu.
"Kami akan mendengarkan tawaran (para negosiator), namun dari pihak kami, kami lebih memilih kesepakatan komprehensif yang berlangsung dalam satu tahap dan mengakhiri perang untuk selamanya, sebagai imbalan atas pertukaran tahanan di mana semua tawanan Israel dibebaskan dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina yang disepakati di penjara-penjara Israel," kata seorang sumber Hamas.
Di Mesir minggu lalu, Barnea menawarkan kepada para pemimpin Hamas perjalanan yang aman keluar dari Jalur Gaza jika mereka melucuti senjata dan membebaskan 101 sandera yang mereka tahan.
Hamas dengan cepat menolak usulan tersebut, dengan Khalil al-Hayya, wakil pemimpin Hamas, mengatakan tawaran tersebut menunjukkan Israel salah paham terhadap kelompoknya dan berisiko memperpanjang perang selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, menurut laporan tersebut.
Baca juga: Keluarga Korban Serangan Hamas di Israel Interupsi Pidato Netanyahu
Meskipun Mesir tidak akan mengirimkan delegasi ke perundingan tersebut, negara itu telah terlibat erat dalam upaya untuk memulai kembali proses negosiasi.
Selain bertemu dengan Barnea, negara itu menjamu delegasi Hamas minggu lalu untuk membahas harapan kelompok tersebut terkait kesepakatan potensial.
Pertemuan Barnea dengan Kepala Intelijen Mesir Hassan Rashad berlangsung produktif.
Keduanya membahas proposal baru untuk pembebasan sandera dan kesepakatan gencatan senjata, serta pentingnya menjaga dan memperkuat kerja sama keamanan.
(Tribunnews.com/Whiesa)