Oktober Jadi Bulan Paling Mematikan Bagi Pasukan Israel Sejak Serangan 7 Oktober
Kepala Staf Militer Israel Herzi Halevi mengakui tentara IDF telah menderita kerugian yang signifikan di zona konflik Gaza dan Lebanon Selatan
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Pengungkapan laporan ini merujuk pada pengumuman Tentara IDF yang menyatakan 17 tentaranya tewas bulan lalu di Gaza.
Dari 17 tentara IDF yang tewasnya itu, 11 di antaranya akibat ledakan bom yang ditanam di dalam gedung, 5 di Jabalia, Gaza Utara dan sisanya di poros Netzarim dan di Rafah, Gaza Selatan.
Para perwira dan tentara Israel mengatakan kepada surat kabar tersebut penyebab naiknya angka korban di kalangan IDF karena metode baru perang yang tak lagi melulu mengandalkan bantuan udara dalam penyerbuan.
Lazimnya, metode yang digunakan pasukan infanteri Israel dalam menyisir gedung-gedung di Jalur Gaza adalah dengan memanggil air support.
Jet-jet dari Angkatan Udara Israel kemudian biasa melakukan pengeboman di sekitar bangunan sebelum tentara Infanteri Israel menyerbu bangunan.
Tujuan pengeboman dari udara ini untuk meledakkan peledak apa pun yang ditanam sebagai jebakan di lokasi yang dimaksud.
"Namun mengingat adanya penjatahan amunisi yang ketat, pasukan infanteri Israel kini terpaksa datang dan harus menyerbu dengan solusi mereka sendiri," kata laporan tersebut dikutip Khaberni, Jumat.
Dalam sebuah wawancara dengan Haaretz, para perwira dan tentara Israel yang bertugas di Gaza mengaitkan tingginya jumlah kematian akibat alat peledak dengan beberapa alasan.
Satu di antaranya karena penjatahan amunisi presisi (terarah) dengan senjata udara dan artileri, untuk memberikan perlindungan bagi unit penyerang IDF.
Serangan udara pra-serangan infanteri ini juga bertujuan untuk melindungi pemindahan tentara dari unit teknis serta unit-unit yang berspesialisasi dalam menjelajahi bangunan-bangunan jebakan.
Kekurangan buldoser penyapu ranjau juga menjadi faktor lain penyebab naiknya angka kematian pasukan IDF.
Fenomena ini dilaporkan tidak hanya terjadi di front Gaza, namun juga di front Lebanon Selatan melawan pasukan Hizbullah.
Beberapa bulan yang lalu, Angkatan Udara Israel membuka jalan bagi serangan dengan mengebom sekitar bangunan dengan tujuan membunuh anggota milisi perlawanan.
Tujuan lain adalah agar ledakan dari serangan udara tersebut menyebabkan ledakan bom jebakan yang ditanam.