Hasil Autopsi Ungkap Yahya Sinwar Tidak Makan Selama 72 Jam Sebelum Terbunuh
Hasil autopsi jenazah pemimpin Hamas, Yahya Sinwar yang dilakukan oleh dokter forensik Israel mengungkapkan fakta yang mengejutkan.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Hasil autopsi jenazah pemimpin Hamas, Yahya Sinwar yang dilakukan oleh dokter forensik Israel mengungkapkan fakta yang mengejutkan.
Menurut media Israel Hayom, Sinwar tidak mengkonsumsi apapun selama 3 hari atau 72 jam sebelum tewas terbunuh.
“Hasil autopsi jenazah Yahya Sinwar menunjukkan bahwa ia tidak makan apa pun selama 72 jam terakhir sebelum kematiannya," tulis media tersebut, dikutip dari Middle Easr Monitor.
Chen Kugel, direktur lembaga forensik nasional Israel, mengungkapkan bahwa salah satu jari Sinwar diamputasi untuk mendapatkan sampel DNA guna verifikasi karena ia sebelumnya pernah dipenjara dan memiliki catatan medis.
Kugel mengatakan bahwa Sinwar bertahan hidup selama beberapa jam sebelum meninggal karena luka tembak yang menyebabkan kerusakan otak parah, dikutip dari The New Arab.
Israel mengklaim bahwa setelah diautopsi, jenazah Sinwar dipindahkan ke lokasi yang dirahasiakan.
Hasil autopsi ini memicu reaksi luas.
Banyak yang mencatat bahwa ini merupakan bukti di mana Israel telah membuat warga Gaza kelaparan.
Tidak hanya itu, ini juga menjadi bukti bahwa anggota Hamas tidak "mencuri" bantuan kemanusiaan atau makanan.
Sebagai informasi, Yahya Sinwar adalah pemimpin Hamas.
Ia telah memimpin Hamas di Gaza sejak kematian pemimpin politik kelompok tersebut, Ismail Haniyeh, di Teheran dan komandan senior Mohammed Deif di Gaza pada bulan Juli tahun ini.
Sinwar menghabiskan 22 tahun di penjara Israel sebelum dibebaskan pada tahun 2011 selama pertukaran tahanan, dikutip dari Mehr News.
Baca juga: Surat Rahasia yang Ditulis Tangan Mendiang Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Dipublikasikan, Apa Isinya?
Ia dikatakan telah mengarahkan tanggapan Hamas terhadap perang Israel di Gaza serta negosiasi untuk gencatan senjata.
Namun Sinwar tewas dalam konfrontasi hebat di lingkungan Tel Al-Sultan di Rafah, Jalur Gaza Selatan pada bulan lalu.