The Apprentice, Film Terbaru Donald Trump Mengulas Sisi Gelap Masa Muda dan Awal Kebangkitan Trump
Film berjudul "The Apprentice" itu disutradarai oleh pembuat film Iran-Denmark Ali Abbasi dan mengulas sisi gelap Donald Trump.
Editor: Hasanudin Aco
Saat media sudah bisa memproyeksikan kemenangan Joe Biden dalam pilpres tahun 2020, capres petahana Donald J. Trump, presiden ke-45 Amerika Serikat, menolak mengaku kalah.
"Bila Anda menghitung suara legal, saya menang telak. Bila Anda (juga) menghitung suara ilegal, mereka mencoba mencuri (kemenangan) pemilu dari kita," serunya.
Pada 6 Januari 2021, Trump meminta pendukungnya menghalangi ratifikasi hasil pilpres.
"Kita berjuang keras. Jika Anda tidak berjuang keras, negara Anda akan habis!."
Kekerasan politik yang sebelumnya tak pernah terjadi di Amerika membuat Trump dimakzulkan untuk kedua kalinya.
Russ Buettner dari New York Times mengatakan, “Saya pikir, yang Anda lihat adalah seseorang yang sangat percaya pada intuisinya sendiri.”
Russ Buettner dan Susanne Craig adalah wartawan investigatif penulis “Lucky Loser”, buku yang kritis mengikuti karir Trump sejak menjadi pengusaha.'
Sementara Craig mengungkapkan, "Nilai kekayaannya $200 juta saat diwawancarai New York Times, lalu meningkat jadi $1 miliar dalam wawancara dengan "60 Minutes" satu dekade kemudian.
Sebagai pengusaha, Trump ahli dalam mempromosikan diri dan meraup jutaan dolar melisensi namanya.
Tapi di balik kemegahan usaha Trump, perusahaannya mengajukan pailit enam kali.
Sejumlah kasinonya rugi dan ditutup. Trump baru bangkit kembali lewat kontes "reality show" The Apprentice sebelum ia kembali beralih karir.
"Hadirin sekalian, saya resmi maju dalam pilpres Amerika Serikat, dan kita akan membuat negara ini hebat lagi," kata Trump.
Dengan pernyataan blak-blakan, Trump menjadi calon nasionalis yang kontroversial."Saat Meksiko mengirim orang-orang ke Amerika Serikat, mereka tak mengirim orang-orang terbaiknya. Mereka membawa narkoba, kejahatan, dan pemerkosa. Beberapa mungkin orang baik."
Sebagai presiden, Trump memilih tiga hakim agung yang akhirnya ikut membatalkan perlindungan federal terhadap hak aborsi.