Netanyahu Pecat Yoav Gallant, AS: Israel Tetap Mitra Kuat, Siap Bekerja Sama dengan Menhan Baru
Pemerintahan Biden memberikan respons atas keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang memecat menteri pertahanan Israel Yoav Gallant.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintahan Biden memberikan respons atas keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang memecat menteri pertahanan Israel Yoav Gallant.
Menurut Sekretaris Pers Pentagon Mayjen Pat Ryder, keputusan Netanyahu ini cukup mengagetkan.
Ryder menyebut Yoav Gallant adalah mitra terpercaya AS.
Meski begitu, Ryder menegaskan bahwa ini tidak akan mempengaruhi hubungan AS dan Israel.
"Komitmen Amerika terhadap keamanan Israel tetap kuat," kata Ryder, dikutip dari Al-Arabiya.
Ia juga mengatakan bahwa AS siap bekerja sama dengan menhan pengganti Gallant.
"Departemen Pertahanan AS akan terus bekerja sama erat dengan menteri pertahanan Israel berikutnya," tambahnya.
Sebelumnya, Netanyahu memecat Gallant pada Selasa (5/11/2024), malam, waktu setempat.
Otoritas Penyiaran Israel melaporkan bahwa Netanyahu memberi tahu Gallant tentang pemecatannya dari jabatannya.
Menurut pernyataan dari kantor Netanyahu, Gideon Sa'ar, pemimpin Partai Kanan Nasional, telah ditunjuk sebagai menteri luar negeri menggantikan Israel Katz.
Gallant Angkat Bicara
Setelah resmi dipecat oleh Netanyahu, Gallant akhirnya mengungkapkan alasan pemecatan dirinya.
Gallant mengatakan bahwa alasan pemecatan dirinya disebabkan oleh perbedaan pendapat dengan PM Netanyahu.
Baca juga: Buntut Pemecatan Menhan Israel Yoav Gallant: Picu Protes Warga hingga Lumpuhkan Pusat Kota Tel Aviv
Terutama tentang wajib militer bagi kaum Yahudi Haredi, dan menegaskan penolakannya terhadap pengesahan undang-undang yang diskriminatif dan korup.
Faktor lainnya adalah ketidaksepakatan mengenai masalah sandera Israel di jalur Gaza.
Dengan tegas, Gallant menjelaskan bahwa sandera Israel hanya dapat kembali apabila terjadi kesepakatan dengan Hamas.
"Siapa pun yang tewas di antara para sandera tidak akan pernah bisa dikembalikan. Tidak ada dan tidak akan pernah ada penebusan dosa karena menelantarkan para sandera," katanya, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Alasan terakhir yang menjadi faktor dirinya dipecat adalah perlunya mengambil pelajaran setelah melakukan penyelidikan menyeluruh atas serangan pada 7 Oktober 2023, yang merupakan kegagalan keamanan.
Sebagai informasi, Israel terus melancarkan serangan dahsyat terhadap Gaza sejak Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Total korban tewas di Gaza sejak Oktober 2023 mencapai lebih dari 43.400 orang.
Sebagian besar korban tewas merupakan wanita dan anak-anak.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant