Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Prediksi New York Times, Trump Menangi Pilpres, Rebut Minimal 281 Electoral College Vote

Syarat pemenang Pilpres AS 2024 antara lain minimal memperoleh 270 dari total 538 electoral college dari semua negara bagian.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Prediksi New York Times, Trump Menangi Pilpres, Rebut Minimal 281 Electoral College Vote
AFP/PATRICK T. FALLON
Perwakilan AS Jim Jordan (R-OH) (kiri) berbincang dengan mantan Presiden AS dan calon presiden dari Partai Republik untuk tahun 2024 Donald Trump pada hari kedua Konvensi Nasional Partai Republik untuk tahun 2024 di Fiserv Forum di Milwaukee, Wisconsin, pada tanggal 16 Juli 2024. - Beberapa hari setelah ia selamat dari upaya pembunuhan, Donald Trump memenangkan nominasi resmi sebagai calon presiden dari Partai Republik dan memilih loyalis sayap kanan J.D. Vance sebagai calon wakil presiden, sekaligus mengawali konvensi partai yang penuh kemenangan setelah upaya pembunuhan yang gagal pada akhir pekan lalu. (Photo by Patrick T. Fallon / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Media terkemuka New York Times memprediksi Donald J Trump akan memenangi Pemilihan Presiden AS 2024 dengan dukungan minimal 281 electoral college vote.

Sementara Kamala Harris memperoleh minimal 257 electoral vote. Syarat pemenang Pilpres AS 2024 adalah minimal memperoleh 270 dari 538 electoral college.

Hingga pukul 21.00 waktu timur Amerika, atau pukul 09.00 WIB, berdasar mesin pemantau NYT, Donald Trump sudah mengumpulkan 177 electoral college.

Sementara Kamala Harris tertinggal cukup jauh dengan dukungan 99 electoral college vote. Harris masih memiliki potensi dukngan signifikan di wilayah barat Amerika.

Dua negara bagian yang jadi battle ground Pemilu AS 2024, Pennsylvania dan North Carolina sementara direbut Kamala Harris.

Penghitungan awal menunjukkan Kamala merebut 72,5 persen suara di Pennsylvania, sementara Trump tertinggal jauh, 26,7 persen.

Baca juga: Mengenal Suara Elektoral di Pilpres AS, Donald Trump Pernah Menang dengan Sistem Tersebut

Baca juga: Inilah Cara-cara Donald Trump Merebut Kemenangan Pemilu AS 2024

Baca juga: Kamala Harris atau Donald J Trump? Ini Plus Minus Mereka bagi Dunia Jika Jadi Presiden AS

Di North Carolina, Kamala Harris memimpin dengan skor 68,78 persen berbanding Trump yang 30,06 persen.

Berita Rekomendasi

Secara keseluruhan dari data awal penghitungan suara di wilayah timur Amerika, Donald Trump lebih unggul secara electoral vote.

Donald Trump sejauh ini sudah mendapatkan 95 electoral vote berbanding Kamala Harris 38 di wilayah mulai Georgia, New Hamshire, Kentucky, Indiana, Florida, South Caroline, dan West Virginia.

Data sementara sebelumnya memperlihatkan Kamala Harris merebut dukungan pemilih di negara bagian Vermont dan New Hamshire.

Jumlah suara yang dihitung di kedua negara bagian itu baru di tahap awal, sekira dua persen dari yang sudah masuk.

Di Vermont, Kamala meraih 57,9 persen berbanding Trump yang mendapat 39,3 persen. Sementara New Hamshire memberi keunggulan 51,2 persen untuk Kamala dan Trump 47,6 persen.

Di negara bagian Georgia dan Florida data penghitungan sementara memberi keunggulan untuk Donald Trump, meski belum semua suara dihitung.

Trump memperoleh suara dukungan sebesar 54,38 persen berbanding 45,44 persen untuk Kamala Harris, dengan suara yang belum dihitung kurang dari satu persen.

Sedangkan Florida, tempat Trump secara pribadi tinggal, ia unggul lumayan dengan 53,3 persen suara berbanding Kamala Harris yang mendapat 45,9 persen.

Jumlah suara yang sudah dihitung mencapai 53,3 persen sekira pukul 19.00 waktu standar timur Amerika.

Data sebelumnya memperlihatkan Trump mengungguli Kamala Harris di negara bagian Kentucky dengan raihan suara 66,6 persen berbanding 33,8 persen untuk Kamala.

Trump juga unggul di negara bagian Indiana dengan raihan 57,5 persen berbanding 42 untuk Kamala Harris.  Jumlah suara yang dihitung belum 100 persen.

Pemungutan suara telah ditutup pada Rabu pagi (6/11/2024) pukul 06.00 waktu Indonesia, atau pukul 18.00 waktu New York atau Amerika standar timur.

Dalam beberapa jam ke depan akan segera diketahui siapa pemenang Pilpres AS 2024.

Perkembangan mengejutkan diwartakan stasiun televisi CNN dari hasil exit poll Edison Research, yang menunjukkan 71 persen pemilih tidak puas dan marah dengan situasi negra di bawah Joe Biden.

Artinya, ketidakpuasan dan kemarahan itu juga ditujukan ke Kamala Harris karena satu paket dengan kepemimpnan Joe Biden.

Jika ini berkaitan dengan proses dan hasil pemilihan, maka Donald Trump akan sangat diuntungkan dengan persepsi ini.

Elon Musk, innovator teknologi dan pendukung kuat Trump di postingan terbaru akun X-nya menayangkan video klip iklan politik Trump yang berlatar musik dan lagu We Are the Champions dari grup rock Europe.

Berdasar exit poll Edison Research pula, Trump memperoleh dukungan lebih kuat dibanding Kamala di negara bagian Pennsylvania yang dikenal kendang Demokrat.

Sebanyak 47 persen pemilih mendukung Trump berbanding Kamala yang mendapat 46 persen dukungan. Pada 2019, Joe Biden mengungguli Trump di wilayah ini dengan raihan 50 persen.

Sementara exit poll yang dirilis jaringan televisi Fox News menunjukkan 70 persen pemilih menganggap negaranya di jalur yang keliru di bawah Joe Biden.

Sebanyak 63 persen menilai ekonomi Amerika tidak baik-baik saja, dan sebanyak 39 persen menganggap ekonomi dan lowongan pekerjaan adalah persoalan utama.

Debat Capres AS antara Donald Trump dan Kamala Harris, Selasa 10 September 2024
YouTube The Wall Street Journal
Debat Capres AS antara Donald Trump dan Kamala Harris, Selasa 10 September 2024 YouTube The Wall Street Journal (YouTube The Wall Street Journal)

Persaingan Ketat Kamala-Trump

Dua kandidat yang bertarung di Pilpres AS 2024, Kamala Harris dan Donald Trump bersaing sangat ketat.

Selisih perolehan suara mereka berdasar jajak pendapat terakhir lembaga di Amerika dan survei reaksi pasar sangat-sangat tipis.

Kemenangan kemungkinan besar akan ditentukan swing voters atau undecided voters yang memutuskan pilihan di saat-saat terakhir pemungutan suara.

Kembalinya Donald Trump ke Pemilu AS 2024 sangat berliku. Banyak yang percaya sebelumnya, Trump tidak mungkin dan tidak masuk akal kembali ke bursa.

Ia pernah diuber-uber aparat hukum federal, rumahnya digeledah, dan bahkan pernah dijebloskan ke tahanan walau hanya sebentar.

Setelah lolos pencalonan dan memulai kampanye, Donald Trump nyaris tewas saat seorang penyerang menembaki kepalanya di Buttler, Pennsylvania.

Media terkemuka Amerika, Politico, Senin (4/11/2024), mengurai bagaimana Donald Trump melewati segala rintangan guna merebut kembali Gedung Putih.  

Trump agaknya terbantu atau cukup diuntungkan dengan situasi rakyat Amerika, yang umumnya sangat tidak puas dengan arah negara di bawah Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris.

Ekonomi, inflasi, dan imigrasi tetap menjadi isu yang dominan, dan para pemilih mengatakan Trump menanganinya dengan lebih baik selama masa jabatannya.

Meskipun mengakhiri masa jabatan tunggalnya sebagai salah satu presiden yang paling tidak populer dalam 50 tahun terakhir, pemilih mengakui pekerjaan yang dilakukan Trump semasa berkuasa.

Kekalahan Trump di Pemilu 2026 diikuti kerusuhan massa 6 Januari 2020 di Capitol Hill, sebuah peristiwa politik buruk dalam sejarah modern Amerika.

Di sisi lain, Trump memiliki tantangan berat dan tidak memenangkan hati pemilih Latino atau Kulit Hitam secara keseluruhan.

Tetapi terobosannya membalikkan kemundurannya tahun 2020 di negara bagian medan pertempuran Arizona, Georgia, dan North Carolina.

Seperti yang terjadi pada tahun 2016 dan 2020, jajak pendapat bisa saja meremehkan Trump di tiga negara bagian Blue Wall, yaitu Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin.

Hasil jajak pendapat di sana imbang — tetapi jika sejarah terkini menjadi acuan, itu berarti Trump kemungkinan besar unggul.

Bahkan dalam kekalahan pada tahun 2020, Trump mengaktifkan segmen pemilih yang terlewatkan oleh para pencatat jajak pendapat.

Para pemilih yang cenderung tidak memilih itu bisa saja ikut lagi, dan kampanye mantan presiden tersebut secara khusus menargetkan satu kelompok: pemuda.

Ini kesempatan baginya untuk memicu kesenjangan gender yang akan menguntungkan Donald Trump.

Inilah sebagian cara-cara politik yang dilakukan Donald Trump sebelum puncak pemungutan suara 5 November 2024.

Pertama, selama kampanye berlangsung, isu ekonomi telah menduduki peringkat teratas bagi para pemilih.

Meskipun Harris telah memperkecil kesenjangan ekonomi di tahap akhir kampanye, Trump tetap menjadi kandidat yang lebih dipercaya dalam isu tersebut, dengan keunggulan 6 poin dalam jajak pendapat terakhir New York Times/Siena College.

Kedua, isu imigrasi dan aborsi adalah isu terpenting kedua bagi para pemilih, dan yang pertama adalah isu terbaik Trump.

Harris mencoba untuk bergerak ke tengah dan menggambarkan Trump sebagai orang yang tidak serius dengan menunjuk pada penolakan Trump terhadap RUU imigrasi bipartisan Senat awal tahun ini, tetapi para pemilih tidak mempercayainya.(Tribunnews.com/NYT/CNN/Setya Krisna Sumarga)

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas