Zelensky Lobi Trump Pasca-Menang Pilpres, Rayu AS Tetap Pasok Senjata untuk Ukraina
Zelensky melobi Donald Trump, presiden terpilih Amerika Serikat (AS) untuk terus memasok senjata kepada militer Kiev.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melobi Donald Trump, Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) untuk terus memasok senjata kepada militer Kiev.
Permintaan itu disampaikan Zelensky setelah Donald Trump dinyatakan sebagai presiden terpilih AS ke 47 untuk periode 2024-2028 lantaran meraup 270 suara elektoral (electoral votes).
Adapun kemenangan tersebut diraih Trump karena ia berhasil mengamankan suara dari tiga negara bagian penentu kemenangan atau swing states, di antaranya 16 suara di Georgia, 16 suara di North Carolina, dan 19 suara di Pennsylvania.
Dalam survei popular vote, Trump juga dilaporkan unggul dengan mengantongi 51,2 persen suara (68.502.112).
Ia mengalahkan pesaing utamanya, Kamala Harris, yang hanya mendapat 47,4 persen suara (63.438.103).
Kemenangan Trump lantas disambut hangat oleh para petinggi sekutu dekat Amerika Serikat, termasuk Presiden Ukraina.
Zelensky mengirimkan ucapan selamat kepada Donald Trump pada Rabu (6/11/2024).
"Saya menghargai komitmen Trump terhadap pendekatan perdamaian melalui kekuatan dalam urusan global. Inilah prinsip yang secara praktis dapat membawa perdamaian yang adil di Ukraina lebih dekat. Saya berharap kita akan menerapkannya bersama-sama," kata Zelensky.
"Kami menantikan era Amerika Serikat yang kuat di bawah kepemimpinan Trump yang tegas. Kami mengandalkan dukungan bipartisan yang kuat dan berkelanjutan untuk Ukraina di Amerika Serikat," lanjutnya.
Tak hanya melontarkan ucapan selamat, dalam kesempatan itu Zelensky juga mendesak Trump agar terus memasok persenjataan ke negaranya selama perang dengan Rusia berlangsung, dikutip dari Washington Post.
Warga Ukraina Takut Dilupakan AS
Baca juga: Joe Biden Buru-buru Beri Bantuan Militer ke Ukraina Sebelum Donald Trump Mengambil Alih Presiden AS
Sebelumnya, desakan itu diutarakan setelah banyak warga Ukraina khawatir, apabila kembalinya Trump ke Gedung Putih, berpotensi memangkas dukungan AS untuk Ukraina.
Dilansir Euronews, selama kampanye AS di gelar para kandidat yakni Trump dan Harris jarang menyinggung perang Rusia di Ukraina.
Alasan tersebut yang membuat masyarakat Ukraina cemas, mereka khawatir apabila negaranya akan tak dapat lagi memasok senjata dari AS.
Meskipun demikian, Donald Trump telah berjanji untuk "mengakhiri perang dalam 24 jam" tanpa memberikan rincian tentang bagaimana ia bermaksud melakukannya.
"Saya benar-benar takut," kata Denys, seorang jurnalis Ukraina, dalam sebuah wawancara dengan Euronews.
Seorang perempuan Ukraina yang tinggal di Polandia mengatakan kepada Euronews, baginya, kemenangan Trump akan terasa seperti "akhir dunia".
Bagi banyak warga Ukraina, gagasan kemenangan Trump pada tahun 2024 sangat meresahkan.
Mereka khawatir Trump, dapat menarik dukungan militer AS dan memberikan tekanan pada sekutu NATO, sehingga membahayakan keamanan Eropa Timur.
"Sifat Trump yang tidak dapat diprediksi dan retorika populasinya, termasuk klaimnya untuk mewujudkan 'perdamaian antara Ukraina dan Rusia dalam waktu 24 jam', dipandang sebagai sesuatu yang sangat sederhana dan tidak realistis," katanya.
Amerika Pemasok Utama Senjata Ukraina
Saat ini, AS menempati posisi tertinggi negara yang mengirim bantuan militer terbanyak ke Ukraina sejak awal invasi Rusia terjadi tahun 2022. Bahkan, jumlah bantuan AS mengalahkan Uni Eropa.
Menurut data Kiel Institute for the World Economy yang berbasis di Jerman, total bantuan AS kepada Ukraina selama beberapa tahun terakhir mencapai 75 miliar dolar.
Bantuan paling banyak dikirim ke sektor militer, yaitu 46,3 miliar dolar atau sebesar 62 persen dari total keseluruhan dana bantuan.
Di sektor ini, dana bantuan digunakan Ukraina untuk menggenjot stok persenjataan, pelatihan, dan intelijen yang dibutuhkan para komandan Ukraina guna bertahan dari serangan Rusia.
Selain mengirim bantuan militer, juga AS mengalokasikan bantuan finansial sebesar 26,4 miliar atau 35 persennya. untuk bantuan kemanusiaan di Ukraina.
Bantuan kepada Ukraina juga menjadi pengeluaran terbesar nomor lima di AS tahun 2022, mengalahkan dana untuk NASA tahun itu yang berada di kisaran 29 miliar dolar.
Meski dana yang dihabiskan untuk Ukraina terbilang besar, AS dilaporkan juga mendapatkan untung dari pemberian dana bantuan tersebut.
Ini karena AS saat ini hanya mengeluarkan lima persen dari dana pertahanannya dan kurang dari 1 persen total pengeluaran pemerintah.
Berbanding terbalik dengan Rusia yang menghabiskan 40 persen dana pemerintahannya untuk perang.
Jika militer Rusia mengalami kemunduran, hal ini tentunya akan dianggap sebagai kemenangan mutlak AS karena berhasil mengalahkan salah satu negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)