Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dapat Tekanan dari AS Pembela Israel, Qatar Sebut Hamas 'Tak Lagi Diterima' di Negara Teluk

Langkah Qatar ini didasari oleh tekanan Amerika Serikat yang meminta negara Teluk itu untuk membalik kebijakannya yang selama ini melindungi Hamas

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Dapat Tekanan dari AS Pembela Israel, Qatar Sebut Hamas 'Tak Lagi Diterima' di Negara Teluk
AFP/KEMAL ASLAN
Demonstran pro-Palestina melambaikan bendera Palestina saat mereka ambil bagian dalam unjuk rasa untuk memprotes kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, setelah salat Isya di distrik Fatih, Istanbul, pada 31 Juli 2024. - Hamas mengatakan pada 31 Juli 2024, pemimpin politiknya Ismail Haniyeh tewas dalam serangan Israel di Iran, saat ia menghadiri pelantikan presiden baru, dan bersumpah bahwa tindakan itu "tidak akan dibiarkan begitu saja". (Photo by KEMAL ASLAN / AFP) 

Dapat Tekanan dari AS Pembela Israel, Qatar Sebut Hamas 'Tak Lagi Diterima' di Negara Teluk

TRIBUNNEWS.COM - Qatar dilaporkan telah menginformasikan ke para pemimpin politik Hamas kalau mereka "tidak lagi diterima" di negara Teluk tersebut, media Israel melaporkan pada Jumat (8/11/2024).

Media berita berbahasa Ibrani, KAN, mengatakan keputusan itu dikomunikasikan ke kelompok pembebasan Palestina tersebut"dalam beberapa hari terakhir."

Langkah Qatar ini didasari oleh tekanan Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Satu Skuadron F-15E Strike Eagle AS Mendarat di Yordania, Mau Jaga Israel dari Serangan Iran

Beberapa senator Republik AS mengirimkan surat minggu ini kepada pemerintahan Biden untuk memintanya memberikan tekanan terhadap Qatar untuk membalik kebijakannya yang selama ini memberi ruang bagi para pemimpin Hamas.

Dipimpin oleh senator Roger Wicker dan Jim Rish, anggota senior di komite Angkatan Bersenjata dan Urusan Luar Negeri Senat, ke-12 senator mengatakan sudah waktunya untuk membekukan aset pejabat Hamas yang tinggal di Qatar dan agar pemimpin mereka, Khaled Meshal, diadili.

"Kekalahan Hamas sudah di depan mata, dan mengakhiri tempat berlindung yang aman bagi para pemimpinnya di luar negeri sangat penting untuk mengalahkannya," tulis para senator.

Berita Rekomendasi

Qatar telah memfasilitasi perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

Al Jazeera, yang sebagian didanai oleh Qatar, melaporkan bahwa seorang pejabat Israel bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani untuk melanjutkan perundingan perdamaian setelah kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar.

Kepala intelijen Israel David Barnea dan Direktur CIA Bill Burns juga bergabung dalam negosiasi.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu Al Thani bulan lalu dan menyoroti peran "penting" Qatar dalam upaya mengakhiri perang di Jalur Gaza dan membebaskan sandera.

Lambang gerakan Hamas dan Fatah, dua kelompok politik dan militer dominan di Palestina. Keduanya menunjukkan niat bersatu demi terciptanya persatuan nasional dan Negara Palestina menghadapi pendudukan Israel.
Lambang gerakan Hamas dan Fatah, dua kelompok politik dan militer dominan di Palestina. Keduanya menunjukkan niat bersatu demi terciptanya persatuan nasional dan Negara Palestina menghadapi pendudukan Israel. (khaberni/HO)

Hamas dan Fatah Bahas Tata Kelola Gaza Pasca-Perang di Kairo

Delegasi dari Hamas dan Fatah berada di Kairo untuk berunding mengenai sifat pemerintahan Gaza pascaperang.

Sebuah sumber Mesir mengumumkan dimulainya pertemuan antara kedua faksi Palestina pada malam 2 November.

"Pertemuan Fatah dan Hamas di Kairo mengenai Jalur Gaza telah dimulai melalui Komite Dukungan Masyarakat untuk mengelola urusan Jalur Gaza," saluran berita Mesir Al-Qahera TV mengutip sumber keamanan Mesir.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas