Netanyahu Akui Jadi Dalang di Balik Serangan Pager terhadap Hizbullah, Pamer saat Rapat Kabinet
Juru Bicara Kantor PM Israel mengonfirmasi Netanyahu telah mengakui, ia menjadi dalang di balik serangan pager Hizbullah pada September 2024 lalu.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.com - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengakui, dirinyalah yang menjadi dalang di balik serangan pager dan walkie-talkie terhadap Hizbullah di Lebanon pada pertengahan September 2024.
Ia dilaporkan "merasa bangga dan memamerkan" Israel berada di balik serangan itu, dalam rapat kabinet yang berlangsung pada Minggu (10/11/2024), dilansir The Times of Israel.
Hal itu diketahui telah dikonfirmasi langsung oleh Juru Bicara Kantor Netanyahu, Omer Dostri, kepada media, Senin (11/11/2024).
Dalam rapat kabinet yang berlangsung, Netanyahu dilaporkan berkata kepada jajaran menterinya, pejabat pertahanan senior, dan tokoh politik yang menentang peledakan pager itu.
Namun, ia bersikukuh melanjutkan operasi tersebut untuk menghancurkan Hizbullah.
“Operasi pager dan penyingkiran (pemimpin Hizbullah Hassan) Nasrallah dilakukan meskipun ada penentangan dari pejabat senior di lembaga pertahanan dan mereka yang bertanggung jawab atas operasi tersebut di eselon politik," kata Netanyahu menyindir Yoav Gallant, Menteri Pertahanan yang baru saja dipecat.
Baca juga: Tanggapi Mahmoud Abbas, Menlu Israel Gideon Saar Sebut Negara Palestina Tidak Realistis
Netanyahu dan Gallant telah berselisih berkali-kali selama mereka menjabat dalam pemerintahan.
Pada Maret 2023, Netanyahu memecat Gallant sehari setelah menteri pertahanan saat itu meminta penghentian sementara proses legislasi rencana perombakan peradilan pemerintah yang kontroversial, yang menurutnya menyebabkan perpecahan yang mengancam keamanan nasional.
Namun, ia dilantik kembali kurang dari sebulan kemudian dan menjadi pimpinan Kementerian Pertahanan ketika Hamas melancarkan serangan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober tahun lalu.
Gallant tetap menduduki jabatannya selama perang berikutnya di Jalur Gaza, pertempuran di perbatasan utara, dan operasi darat di Lebanon selatan, hingga ia dipecat oleh Netanyahu minggu lalu.
Pada 17 September 2024, ribuan pager meledak secara bersamaan di pinggiran selatan Beirut dan benteng Hizbullah di seluruh Lebanon.
Serangan yang berlanjut hingga 19 September 2024 itu juga meledakkan perangkat walkie-talkie hingga menyebabkan ribuan orang terluka dan 39 orang tewas, termasuk dua anak-anak.
Dari jumlah korban itu, sebagian besar merupakan pejuang Hizbullah, dikutip dari Press TV.
Setelah kejadian itu, berbagai media melaporkan, serangan tersebut merupakan operasi intelijen Israel yang sudah direncanakan selama bertahun-tahun.
Hizbullah Targetkan Pangkalan Militer Israel
"Kami menargetkan Pangkalan Angkatan Laut Haifa dan fasilitas Naoura, serta dua permukiman Israel di bagian utara yang diduduki," kata Hizbullah, Minggu.
Diketahui, Pangkalan Angkatan Laut Haifa yang ditargetkan Hizbullah, menampung armada kapal rudal dan kapal selam.
Pangkalan itu juga menampung satu skuadron drone serang.
Laporan itu juga menyebutkan serangan drone serupa terjadi di pangkalan Naoura, markas besar Divisi ke-36 militer Israel, dekat perbatasan Lebanon dengan wilayah yang diduduki.
Hizbullah lebih lanjut mengatakan pihaknya menembakkan rentetan roket ke pemukiman Bar Yohai dan Ayelet HaShahar.
Baca juga: MBS Serukan Dukungan untuk Palestina dan Lebanon, Kecam Aksi Militer Israel
Operasi tersebut, tambahnya, dilakukan untuk mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza dan perlawanan mereka, dan untuk membela Lebanon.
Sejak awal Oktober 2023, Israel telah melancarkan agresi brutal di dua front yang telah menewaskan sedikitnya 43.603 orang di Gaza dan 3.189 lainnya di Lebanon sejauh ini.
Selama periode yang sama, rezim perampas kekuasaan juga telah membunuh beberapa pemimpin perlawanan, termasuk Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah.
Sejak pembunuhan Nasrallah pada akhir September, Hizbullah telah meningkatkan serangan balasannya terhadap target-target Israel dan bersumpah untuk terus bertempur sampai rezim Tel Aviv mengakhiri perang.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)