Ketegangan di Israel: Warga Haredi Tolak Bergabung IDF
Isu krisis pasukan di Israel semakin mendalam setelah penolakan warga Haredi.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: timtribunsolo
Gelombang penolakan ini telah menyebabkan demonstrasi besar-besaran di Yerusalem, di mana lebih dari 100 pria Ultra-Ortodoks ekstremis turun ke jalan untuk menyatakan penolakan mereka terhadap wajib militer.
Kerusuhan ini berujung pada penangkapan lima demonstran akibat tindakan tidak tertib dan penyerangan terhadap petugas polisi.
Apakah Israel Menghadapi Krisis Pasukan?
Rilisnya perintah wajib militer bagi warga Ultra-Ortodoks menciptakan spekulasi tentang adanya krisis pasukan di Israel.
Dalam beberapa bulan terakhir, banyak tentara cadangan yang menolak perintah Netanyahu untuk melanjutkan serangan di Gaza.
Meskipun tidak ada penjelasan konkret mengapa terjadi penolakan ini, laporan dari media lokal menunjukkan adanya ketidakpuasan di antara unit-unit militer mengenai situasi di Rafah, Gaza.
Lebih jauh lagi, juru bicara IDF menyatakan bahwa mereka sangat membutuhkan 7000 tentara tambahan, serta meminta tambahan 7500 posisi untuk perwira dan bintara.
Ini menunjukkan adanya tekanan yang signifikan terhadap kapasitas pasukan IDF di medan perang.
Perintah wajib militer yang dikeluarkan oleh Netanyahu bagi warga Ultra-Ortodoks mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh Israel dalam menghadapi konflik yang berkepanjangan.
Sementara pemerintah berupaya untuk meningkatkan jumlah pasukan, penolakan dari warga Haredi menunjukkan adanya ketegangan antara komitmen religius dan tanggung jawab militer.
Krisis pasukan yang sedang berlangsung memerlukan perhatian serius, dan bagaimana pemerintah Israel menangani situasi ini akan sangat menentukan masa depan integrasi sosial dan keamanan nasional.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).