Biden Akhirnya Izinkan Ukraina Gempur Rusia Gunakan Rudal ATACMS, Berikut Tanggapan Moskow
Joe Biden dikabarkan mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Presiden Amerika Serikat Joe Biden dikabarkan mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia jauh di bagian dalam.
Di penghujung jabatannya sebagai presiden, Biden akhirnya mengabulkan permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang ingin menggunakan rudal ATACMS buatan AS yang mampu menjangkau sasaran di jarak sekitar 300 kilometer untuk menggempur wilayah Rusia.
The New York Times mengabarkan, dua orang sumber pejabat AS mengatakan izin untuk militer Ukraina menggempur Rusia dengan senjata AS dilakukan setelah Moskow mendatangkan pasukan Korea Utara untuk memerangi Kiev.
Rusia mengerahkan sebenyak 50.000 personelnya di Kursk untuk mempercepat pengambilalihan wilayah tersebut dari Ukraina. Hal ini dianggap bahwa Rusia berusaha menyingkirkan Kursk sebagai alat tawar menawar dalam perundingan damai.
Sumber tersebut mengatakan bahwa izin tersebut terutama dilakukan untuk mendukung pasukan Ukraina di Kursk. Idenya adalah untuk membantu Ukraina mempertahankan Kursk selama mungkin, kata pejabat tersebut.
Dilaporkan oleh CNN, pejabat AS mengatakan bahwa keputusan tersebut telah diipertimbangkan selama berbulan-bulan. Tentunya kebijakan ini akan diwarisi oleh presiden baru nantinya yaitu Donald Trump.
Para pejabat Amerika telah terbagi pendapat tentang kebijaksanaan mengizinkan kemampuan baru tersebut. Beberapa khawatir tentang eskalasi perang, sementara yang lain khawatir tentang menipisnya persediaan senjata.
Baca juga: Kerja Sama Militer Rusia dan Korut Dikecam oleh AS dan Sekutu
AS bahkan menolak untuk memberikan ATACMS kepada Ukraina selama dua tahun pertama perang, sebagian karena kekhawatiran kesiapan karena rudal yang kuat membutuhkan waktu dan komponen yang rumit untuk diproduksi.
Namun Biden secara diam-diam menyetujui pengalihan rudal ATACMS jarak jauh pada bulan Februari untuk digunakan di dalam wilayah Ukraina, dan AS mengirimkan rudal tersebut pada bulan April.
Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky telah mendesak Washington untuk mengizinkan penggunaan senjata tersebut di dalam Rusia juga, dengan alasan bahwa ia membutuhkan kemampuan tersebut untuk mendapatkan momentum dalam upaya perangnya.
Ketika Biden dan Zelensky terakhir kali bertemu di Gedung Putih pada bulan September, pemimpin Ukraina itu datang dengan daftar terperinci target di dalam Rusia yang ingin ia serang dengan rudal jarak jauh yang disediakan AS, menurut sumber yang mengetahui pertemuan tersebut.
Daftar tersebut merupakan bagian penting dari "rencana kemenangan" Zelensky untuk memenangkan perang. Biden, yang hampir tiga tahun dalam perang telah melarang Ukraina mengerahkan sistem rudal untuk serangan mendalam ke Rusia, tidak sepenuhnya menolak permintaan tersebut, kata sumber tersebut. Namun, ia pada akhirnya tidak berkomitmen, dan para pemimpin sepakat untuk terus membahas masalah tersebut.
Zelensky menanggapi berita tersebut pada hari Minggu, dengan mengatakan di Telegram, "Rudal akan berbicara sendiri."
"Saat ini, ada banyak pembicaraan di media tentang kami yang menerima izin untuk tindakan masing-masing. Serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak perlu diumumkan. Rudal akan berbicara sendiri," katanya.