Sewa Pembunuh, Wapres Filipina Ingin Habisi Nyawa Presiden Filipina, Diduga Terjepit Kasus Korupsi
Wakil Presiden Filipina Sara Duterte-Carpio secara terbuka mengeluarkan ancaman akan membunuh Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.
Penulis: Hasanudin Aco
“Kami mengimbau kepada masyarakat agar tidak termakan oleh luapan emosi yang tidak beralasan yang bertujuan mengalihkan perhatian dari masalah sebenarnya,” imbuh anggota DPR tersebut.
Jumat dan Sabtu lalu, Duterte pergi ke tahanan DPR untuk mengunjungi kepala stafnya, Wakil Menteri Zuleika Lopez.
Lopez didakwa atas penghinaan oleh komite DPR mengenai pemerintahan yang baik dan akuntabilitas publik setelah komite tersebut mendapati dirinya dilaporkan melakukan campur tangan yang tidak semestinya dalam sidang panel.
Wakil presiden tersebut bermalam di kompleks Batasang Pambansa untuk melindungi stafnya dan akhirnya tinggal di kantor DPR milik saudaranya – Anggota DPR Kota Davao Paolo Duterte.
Dalam konferensi pers daring Sabtu pagi, Duterte menyesalkan perintah untuk memindahkan Lopez ke Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita.
Wakil presiden juga mengungkapkan bahwa Romualdez ingin membunuhnya.
Departemen Kehakiman Selidiki Ancaman Wapres
Departemen Kehakiman (DOJ) k menyelidiki pernyataan Wakil Presiden Sara Duterte bahwa ia telah menyewa seseorang untuk membunuh Presiden Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr., Ibu Negara Liza Araneta-Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez.
"Masalah ini sekarang menjadi subjek penyelidikan yang sedang berlangsung. Jika bukti-bukti mendukung, ini dapat mengarah pada penuntutan," kata DOJ, sebagaimana disampaikan oleh Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) kepada awak media pada Minggu.
Duterte melontarkan pernyataan mematikan itu Sabtu pagi dalam sebuah konferensi media di DPR di mana kepala staf dan wakil sekretaris Kantor Wakil Presiden (OVP) Zuleika Lopez ditahan setelah didakwa melakukan penghinaan terhadap pengadilan.
"Saya sudah bicara dengan seseorang, jadi jangan khawatir tentang keselamatan saya. Saya sudah katakan kepada orang itu untuk membunuh BBM [inisial Marcos], Liza Araneta, dan Martin Romualdez jika saya dibunuh."
"Nyonya, saya sudah meninggalkan perintah. Setelah saya mati, jangan berhenti sebelum Anda membunuh mereka semua. Dan kemudian dia berkata, "Ya."
Duterte kemudian mengklarifikasi bahwa pernyataannya tentang “ pembunuhan” bukanlah sebuah ancaman, dan mengklaim bahwa dia hanya menyoroti dugaan ancaman terhadap keamanannya.
Baik Komando Keamanan Presiden (KSP) maupun Dewan Keamanan Nasional (DNS) menganggap pernyataan Wapres tersebut sebagai masalah keamanan nasional .
Duduk Perkara Kasus
Awalnya warganet di media sosial Filipina tidak terlalu ambil pusing dengan drama perpolitikan antara keluarga Marcos Jr dan Sara Duterte itu.