Baru 3 Bulan Menjabat, Perdana Menteri Prancis Mundur, Digulingkan Lewat Mosi Tidak Percaya
Perdana Menteri (PM) Prancis, Michel Barnier, mengalami pemecatan melalui mosi tidak percaya yang bersejarah pada Rabu (4/12/2024) malam.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Whiesa Daniswara
![Baru 3 Bulan Menjabat, Perdana Menteri Prancis Mundur, Digulingkan Lewat Mosi Tidak Percaya](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/michel-barnier-ditunjuk-oleh-presiden-macron-sebagai-perdana-menteri-baru-prancis.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri (PM) Prancis, Michel Barnier, mengalami pemecatan melalui mosi tidak percaya yang bersejarah pada Rabu (4/12/2024) malam.
Barnier, yang baru menjabat selama tiga bulan, kini tercatat sebagai Perdana Menteri dengan masa jabatan terpendek sepanjang sejarah.
Mosi tidak percaya diajukan oleh partai oposisi dari sayap kanan dan kiri, yang berhasil menggulingkan pemerintahan Barnier.
Keputusan ini menandai akhir yang dramatis dari masa jabatannya yang singkat namun penuh tantangan.
Ketua Majelis Nasional, Yael Braun-Pivet, mengonfirmasi bahwa Barnier kini harus mengajukan pengunduran dirinya kepada Macron, menandai berakhirnya masa kepemimpinan yang singkat namun penuh kontroversi.
Ia berencana mengajukan pengunduran diri pada Kamis (5/12/2024), dikutip dari CNBC.
Barnier, yang dilantik oleh Presiden Emmanuel Macron pada September 2023, diangkat untuk memimpin pemerintahan minoritas setelah pemilu parlemen yang tidak menghasilkan mayoritas.
Menjelang mosi tidak percaya, Barnier masih menunjukkan ketenangan dan mengatakan, "Saya tidak takut."
Pernyataan ini mencerminkan karakter tegasnya yang dikenal saat menjabat sebagai negosiator utama Uni Eropa dalam pembicaraan Brexit.
Barnier dikenal juga melalui bukunya, My Secret Brexit Diary: A Glorious Illusion, yang menyoroti pandangannya terhadap keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE).
Setelah mosi tidak percaya, Barnier menekankan keinginannya untuk dikenang sebagai seorang pria yang jujur dan patriotik.
Baca juga: UE Ingin Ubah Brexit untuk Anak Muda, Inggris Masih "Dingin"
Dengan sisa masa jabatan Presiden Emmanuel Macron yang lebih dari dua tahun, kini Macron dihadapkan pada pilihan sulit untuk memilih pengganti Barnier.
Majelis Nasional sebelumnya memperdebatkan mosi yang diajukan oleh kubu sayap kiri, yang terjadi setelah Barnier memaksakan rancangan undang-undang pembiayaan jaminan sosial tanpa pemungutan suara pada hari Senin.
Dengan dukungan kubu sayap kanan, mayoritas 331 anggota Parlemen dari 577 yang ada memilih untuk menggulingkan pemerintah Barnier.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.