Dinamika Suriah: Turki, Rusia, dan Iran dalam Konflik
Turki mengeluarkan peringatan tegas kepada Rusia dan Iran agar tidak ikut campur dalam konflik yang melibatkan Presiden Bashar Al-Assad
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: timtribunsolo
"Kekalahan Assad dapat mengubah dinamika kekuatan dan kepentingan banyak negara di kawasan ini," ujar Fidan.
Ali Bilgic, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Loughborough Inggris, menjelaskan bahwa Rusia bisa merugi jika kelompok-kelompok Sunni yang tidak pro-Rusia mengambil alih kekuasaan di Suriah.
Ini akan mengancam kontrol Rusia atas banyak jalur pasokan minyak yang berada di Suriah.
Bagaimana dengan Posisi Iran setelah Jatuhnya Assad?
Setelah penggulingan Assad, Iran berharap untuk mempertahankan hubungan persahabatan yang langgeng dengan Suriah.
Meskipun Iran selama ini telah memberikan dukungan militer yang signifikan kepada Assad, saat ini pengaruh mereka mulai tertekan.
Koresponden BBC Timur Tengah, Hugo Bachega, menjelaskan bahwa Suriah telah menjadi kunci bagi Iran dalam hubungan mereka dengan milisi Lebanon, Hizbullah.
"Suriah adalah jalur penting untuk transfer senjata dan amunisi kepada Hizbullah," kata Bachega.
Namun, dengan melemahnya Assad, banyak analis menganggap bahwa ini adalah pukulan berat bagi Hizbullah, yang selama ini mengandalkan Suriah sebagai basis dukungan dan pasokan utama.
Peringatan Turki kepada Rusia dan Iran menandai langkah signifikan dalam dinamika konflik Suriah yang kompleks.
Dengan menghindari intervensi militer lebih lanjut dari kedua negara tersebut, diharapkan situasi di Suriah bisa lebih stabil dan mengurangi jumlah korban jiwa.
Namun, perkembangan di masa depan akan sangat bergantung pada bagaimana kekuatan-kekuatan global dan regional dapat beradaptasi dengan perubahan yang sedang berlangsung di Suriah.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).