Pemakzulan Yoon Suk Yeol: Apa yang Terjadi Selanjutnya?
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, kini kembali menghadapi ancaman pemakzulan setelah upaya pertama untuk menjatuhkannya gagal.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: timtribunsolo
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, kini kembali menghadapi ancaman pemakzulan setelah upaya pertama untuk menjatuhkannya gagal.
Pemungutan suara untuk menentukan nasibnya dijadwalkan berlangsung hari ini, dan situasi ini menarik perhatian banyak orang, baik di dalam negeri maupun internasional.
Kenapa Pemakzulan Ini Terjadi?
Apa Penyebab Utama Pemakzulan?
Pemakzulan ini diusulkan terkait dengan kegagalan Yoon dalam menerapkan kebijakan darurat militer, yang menimbulkan kontroversi di masyarakat.
Mengutip laporan dari The Guardian, anggota parlemen kini sedang berusaha untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan agar pemakzulan dapat diloloskan.
Oposisi memerlukan 200 suara, dan saat ini sudah ada tujuh anggota dari partai berkuasa, People Power Party (PPP), yang menyatakan dukungannya.
Siapa yang Akan Menggantikan Jika Pemakzulan Disetujui?
Jika pemakzulan disetujui, Yoon akan diberhentikan secara sementara, dan posisi presiden akan diisi oleh Perdana Menteri Han Ducksoo.
Selanjutnya, Pengadilan Konstitusi akan memiliki waktu 180 hari untuk memutuskan masa depan Yoon.
Apa Dampak Sosial dari Pemakzulan Ini?
Bagaimana Respon Masyarakat Terhadap Pemakzulan?
Respon masyarakat sangat signifikan.
Ribuan warga Korea Selatan turun ke jalan di Seoul untuk menuntut pengunduran diri Yoon, menyusul keputusan yang kontroversial terkait darurat militer.
Dalam beberapa protes, penyanyi K-Pop Yuri dari Girls' Generation juga turut mendukung aksi tersebut.
"Yoon bersumpah untuk berjuang hingga akhir," ungkapnya, sementara pemimpin partai oposisi, Lee Jaemyung, mengajak anggota PPP untuk mendengarkan suara rakyat.
Apa Kata Anggota Parlemen dan Warga?
Kim Minseok, anggota parlemen dari oposisi, percaya bahwa mosi pemakzulan akan disetujui.
Tingkat penerimaan terhadap Yoon terus menurun, tercatat hanya 11 persen, dengan 75 persen responden mendukung pemakzulannya, menurut jajak pendapat Gallup Korea.
Berbagai lapisan masyarakat, dari penggemar K-Pop hingga pekerja pabrik, mulai menyuarakan ketidakpuasan mereka.