Travis Timmerman, Warga AS yang Dipenjara di Suriah Kini Dibebaskan dan Diterbangkan ke Yordania
Travis Timmerman, warga negara Amerika yang hilang ditemukan di Suriah, dievakuasi oleh militer AS setelah berbulan-bulan di penjara terkenal Assad
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Pejabat Amerika Serikat mengabarkan bahwa Travis Timmerman, warga negara AS berusia 29 tahun yang menghilang di Suriah tujuh bulan lalu, kini telah dibebaskan dan dibawa keluar dari negara tersebut.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa Timmerman dibawa ke garnisun militer al-Tanf di Suriah, yang terletak di dekat perbatasan dengan Yordania dan Irak.
Dari sana, ia diterbangkan menggunakan helikopter ke pangkalan militer AS di Yordania.
Timmerman hilang sejak Juni, setelah ia menyeberang ke Suriah di dekat kota Zahle di Lebanon timur.
Setibanya di Suriah, ia dipenjara oleh pemerintah di bawah pimpinan Presiden Bashar al-Assad.
Namun, dalam beberapa minggu terakhir, pasukan oposisi Suriah yang dipimpin oleh kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) bergerak maju ke selatan dalam serangan kilat.
HTS merebut benteng-benteng utama pemerintah dan menggulingkan pemerintahan al-Assad.
Pada 8 Desember 2024, al-Assad melarikan diri ke Rusia, mengakhiri lebih dari setengah abad kekuasaan keluarganya.
Pembebasan Timmerman terjadi setelah para tahanan di seluruh sistem penjara pemerintah al-Assad dibebaskan.
Selama bertahun-tahun, organisasi HAM seperti Human Rights Watch melaporkan adanya penyiksaan, kelaparan, dan penyebaran penyakit di penjara-penjara Suriah, yang menyebabkan kematian banyak tahanan.
Beberapa warga Suriah dilaporkan menghabiskan bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, di balik tembok fasilitas tersebut tanpa kontak dengan dunia luar.
Baca juga: Tank-tank Israel Makin Maju ke Wilayah Selatan Suriah, Tel Aviv Puji Momen Bersejarah
Namun, Timmerman mengatakan kepada The Associated Press pada Jumat (13/12/2024) bahwa ia tidak diperlakukan dengan buruk di penjara Suriah tempat ia ditahan, yang dikenal sebagai Palestine Branch.
Ia menjelaskan bahwa ia ditangkap saat sedang berziarah ke tempat ziarah Kristen.
Selama di penjara, Timmerman mengatakan bahwa ia memiliki kasur, wadah minum plastik, dan dua wadah lain untuk membuang sampah.
Dalam video yang dibagikan tak lama setelah pembebasannya, Timmerman mengindikasikan bahwa kelompok oposisi menggunakan palu untuk mendobrak pintu selnya dan membebaskannya.
Belum jelas ke mana ia akan pergi selanjutnya.
AP melaporkan bahwa Timmerman berterima kasih kepada orang-orang yang membebaskannya dari penjara.
Namun, ia mengatakan kepada pejabat AS bahwa ia berharap tetap berada di Timur Tengah.
Pencarian Warga AS Lainnya: Austin Tice
Sementara itu, AS masih terus mencari Austin Tice, mantan marinir AS sekaligus jurnalis lepas yang diculik saat meliput berita di dekat ibu kota Damaskus pada Agustus 2012.
Mengutip Al Jazeera, Austin Tice merupakan salah satu reporter AS pertama yang meliput langsung dari lapangan di Suriah.
Ia meliput aksi protes pro-demokrasi "Musim Semi Arab" tahun 2011 yang memicu tindakan keras pemerintah Assad dan akhirnya perang saudara.
Pada hari-hari setelah jatuhnya Assad, video yang mendokumentasikan kondisi di dalam sistem penjara pemerintah dibagikan di media sosial.
Banyak orang juga mendatangi penjara-penjara tersebut, berharap dapat menemukan teman atau anggota keluarga yang hilang.
Penjara Sednaya Disebut sebagai Tempat Penyiksaan
Raed al-Saleh, direktur organisasi Pertahanan Sipil Suriah yang dikenal sebagai White Helmets, menggambarkan kondisi di Penjara Sednaya, salah satu penjara yang dikenal kejam di dekat Damaskus.
Saleh menyebut fasilitas tersebut sebagai "neraka".
Baca juga: Poros Perlawanan Digebuk Israel, Iran: Suriah Bukan Kejutan, Milisi Bakal Ada di Seluruh Kawasan
Tim penyelamat White Helmets telah menyisir fasilitas itu untuk mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia dan membebaskan orang-orang di dalamnya.
Saleh mengatakan kepada Al Jazeera pada Senin bahwa ia yakin eksekusi terjadi setiap hari di dalam tembok penjara.
"Itu adalah rumah pemotongan hewan di mana manusia dibantai dan disiksa," kata al-Saleh.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)