HTS Tegas Tak Akan Biarkan Suriah Jadi 'Landasan' untuk Serang Israel, Minta Pasukan Zionis Mundur
HTS menegaskan tak akan membiarkan Suriah dijadikan landasan perang terhadap Israel atau negara manapun
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
Dalam wawancara khusus yang ditayangkan selama siaran berita utama pada Kamis (12/12/2024) malam, al-Saeed membahas situasi di Suriah setelah runtuhnya pemerintahan al-Assad, masa depan negara yang tidak menentu, dan hubungannya dengan Israel.
Ia mengatakan, "tetangga utara kita, Turki, menganggap Israel sebagai faktor penting, bahkan utama, dalam kejatuhan al-Assad."
"Dunia Arab memandang Israel telah mengubah arah peristiwa setelah bertaruh bahwa Israel tidak akan mampu menanggung beban kampanye militer yang berkepanjangan," urainya, menyinggung soal Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, oleh kelompok perlawanan Palestina di Gaza.
Ketika ditanya oleh televisi Israel, i24NEWS, apakah hal ini dapat membuka jalan bagi perdamaian antara Suriah dan Israel, al-Saeed tidak menyangkalnya.
Ia menyatakan harapannya agar siaran saluran Israel tersebut diperluas ke Suriah.
"Anda bisa menjadi jembatan bagi perdamaian sejati antarnegara," ujar al-Saeed.
Baca juga: Rusia Beres-beres Peralatan Militer di Pangkalan Suriah, Pakai Pesawat Kargo Terbesar di Dunia
Tumbangnya Rezim al-Assad
Diketahui, rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad, tumbang setelah puluhan tahun berkuasa, Minggu(7/12/2024), ketika ibu kota Damaskus jatuh ke tangan oposisi.
Setelah bentrokan meningkat pada 27 November 2024, rezim al-Assad kehilangan banyak kendali atas banyak wilayah, mulai Aleppo, Idlib, hingga Hama.
Akhirnya, saat rakyat turun ke jalanan di Damaskus, pasukan rezim mulai menarik diri dari lembaga-lembaga publik dan jalan-jalan.
Dengan diserahkannya Damaskus ke oposisi, rezim al-Assad selama 61 tahun resmi berakhir.
Al-Assad bersama keluarganya diketahui melarikan diri dari Suriah, usai oposisi menguasai Damaskus.
Rezim al-Assad dimulai ketika Partai Baath Sosialis Arab berkuasa di Suriah pada 1963, lewat kudeta.
Pada 1970, ayah al-Assad, Hafez al-Assad, merebut kekuasaan dalam kudeta internal partai.
Setahun setelahnya, Hafez al-Assad resmi menjadi Presiden Suriah.
Ia terus berkuasa hingga kematiannya di tahun 2000, yang kemudian dilanjutkan oleh al-Assad.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)