Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Putin Sebut Invasi Ukraina 2022 Seharusnya Dipersiapkan Lebih Sistematis

Putin mengungkapkan bahwa Rusia seharusnya melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina lebih awal dan lebih siap menghadapi perang.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
zoom-in Putin Sebut Invasi Ukraina 2022 Seharusnya Dipersiapkan Lebih Sistematis
X/Twitter
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia belum terkalahkan di Suriah. Dalam konferensi pers tahunan yang digelar pada Kamis (19/12/2024), Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan bahwa Rusia seharusnya melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina lebih awal dan lebih siap menghadapi perang. 

TRIBUNNEWS.COM - Dalam konferensi pers tahunan yang digelar pada Kamis (19/12/2024), Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan bahwa Rusia seharusnya melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina lebih awal dan lebih siap menghadapi perang.

Putin muncul di depan layar besar yang dihiasi peta Federasi Rusia, termasuk wilayah Ukraina yang dianeksasi.

Selama acara yang disebut "Hasil Tahun Ini bersama Vladimir Putin", yang berlangsung selama empat jam, Putin menerima pertanyaan dari masyarakat, jurnalis asing, dan pensiunan.

Namun, acara tersebut sangat terkontrol dan terencana.

Ia mengatakan bahwa, dengan melihat ke belakang, seharusnya ada “persiapan sistematis” menjelang invasi yang ia sebut sebagai "operasi militer khusus" pada tahun 2022.

Putin mengingatkan kembali bahwa Rusia merebut Krimea dari Ukraina pada tahun 2014 dan pasukan pro-Rusia mulai terlibat dalam konflik di Ukraina timur.

Namun, delapan tahun setelahnya, pada 2022, Rusia mencoba merebut ibu kota Ukraina, Kyiv.

Berita Rekomendasi

"Seharusnya ada persiapan yang lebih sistematis untuk invasi ini," ujar Putin, dikutip dari BBC.

Tanggapan Putin Terhadap Suriah dan Pangkalan Militer Rusia

Putin juga membahas situasi di Suriah, khususnya mengenai Presiden Bashar al-Assad yang digulingkan.

"Meskipun Suriah menghadapi situasi yang rumit, ini bukanlah kekalahan bagi Kremlin yang telah mendukung Assad secara militer selama bertahun-tahun," katanya, dikutip dari Somoy News.

Baca juga: Rudal Storm Shadow dan ATACMS Keok Dihantam Rusia, Putin Siap Bombardir Ukraina Pakai Rudal Oreshnik

Putin mengatakan bahwa meski ia belum berbicara dengan Assad yang melarikan diri ke Moskow awal bulan ini, ia berencana untuk segera melakukannya.

Presiden Rusia itu menambahkan bahwa Rusia sedang berunding dengan penguasa baru Suriah untuk mempertahankan dua pangkalan militer penting di pantai Mediterania.

Moskow juga berencana untuk mempertimbangkan penggunaan pangkalan tersebut untuk tujuan kemanusiaan.

Pembahasan Doktrin Nuklir dan Masalah Dalam Negeri

Selain isu internasional, Putin juga berbicara mengenai doktrin nuklir Rusia yang lebih agresif.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyinggung isu domestik, seperti lonjakan harga barang-barang kebutuhan pokok, termasuk mentega.

Semua permasalahan ini menunjukkan tantangan besar yang dihadapi Rusia, baik di tingkat domestik maupun internasional.

Konferensi pers yang disiarkan langsung ini menggambarkan betapa ketatnya pengawasan terhadap pernyataan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Putin.

Meskipun demikian, meski banyak pihak yang menyarankan adanya pembaruan dalam kebijakan domestik dan luar negeri Rusia, pengaruh Putin di panggung internasional tetap kuat.

Perang Rusia vs Ukraina

Dikutip dari The Guardian, inilah rangkuman peristiwa terbaru yang berlangsung dalam perang Rusia-Ukraina.

  • Keterlibatan Korea Utara dalam Perang Ukraina-Rusia

Sejak Desember, setidaknya 100 warga Korea Utara yang dikerahkan untuk mendukung upaya perang Rusia di Ukraina dilaporkan tewas.

Laporan ini diungkapkan oleh anggota parlemen Korea Selatan, Lee Seongkweun, saat berbicara kepada wartawan pada hari Kamis.

Menurut Lee, Pyongyang telah mengirim ribuan tentara untuk memperkuat militer Rusia, terutama di wilayah perbatasan Kursk.

Wilayah ini menjadi perhatian karena pasukan Ukraina berhasil merebut sebagian wilayah tersebut awal tahun ini.

Keterlibatan langsung pasukan Korea Utara menunjukkan komitmen Pyongyang untuk mendukung sekutunya dalam konflik yang telah berlangsung lama ini.

Pada bulan Desember, pasukan Korea Utara terlibat dalam pertempuran yang sesungguhnya di Ukraina.

Lee menyatakan bahwa dalam pertempuran ini, setidaknya 100 tentara Korea Utara tewas.

Selain jumlah yang tewas, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan juga melaporkan bahwa jumlah tentara yang terluka diperkirakan mencapai hampir 1.000.

  •  Mark Rutte Frustrasi dengan Para Pemimpin Eropa

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, baru-baru ini menyampaikan rasa frustrasinya terhadap para pemimpin Eropa yang dianggapnya tidak tanggap terhadap situasi krisis saat ini.

Rutte menilai bahwa banyak dari mereka justru "bermain sesuai dengan keinginan" pemimpin Rusia, Vladimir Putin.

Dalam artikelnya, Rutte menyoroti beberapa poin penting yang perlu diperhatikan oleh para pemimpin Eropa.

Rutte menekankan bahwa alih-alih membahas kapan perundingan perdamaian akan dimulai, perhatian utama harus difokuskan pada langkah-langkah konkret yang dapat diambil sekarang.

Rutte juga mengingatkan bahwa pembicaraan publik mengenai perundingan perdamaian dapat mencegah kemajuan yang signifikan dalam mendukung Ukraina.

Menurutnya, mendiskusikan kemungkinan keterlibatan pasukan penjaga perdamaian Eropa di depan umum berisiko memperburuk situasi.

Hal ini juga bisa menjadi alat bagi Putin untuk mendapatkan keuntungan dalam negosiasi.

Baca juga: Bertahun-tahun Beri Dukungan, Putin Klaim Jatuhnya Rezim Assad di Suriah Bukan Kekalahan bagi Rusia

  •  Korea Utara Produksi Rudal Balistik dan Memasoknya ke Rusia

Korea Utara telah menunjukkan kemampuan untuk memproduksi rudal balistik dan menyuplai senjata tersebut ke Rusia dalam waktu singkat.

Hal ini diungkapkan oleh Jonah Leff, kepala organisasi penelitian yang memantau penggunaan senjata dalam konflik Ukraina, dalam pernyataannya di depan Dewan Keamanan PBB.

Menurut Leff, para peneliti telah menganalisis sisa-sisa empat rudal dari Korea Utara yang ditemukan di Ukraina selama bulan Juli dan Agustus.

Salah satu dari rudal tersebut memiliki tanda yang menunjukkan bahwa produksi dilakukan pada tahun 2024.

Ini menjadi bukti publik pertama bahwa rudal yang diproduksi di Korea Utara dapat digunakan di Ukraina dalam hitungan bulan, bukan dalam waktu bertahun-tahun.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas