Jerman Mulai Panik, Tak Mampu Tangkal Oreshnik Rusia
Militer Republik Federal Jerman mulai panik dengan kemampuan Rusia yang kini memiliki rudal balistik Oreshnik.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Militer Republik Federal Jerman mulai panik dengan kemampuan Rusia yang kini memiliki rudal balistik Oreshnik.
Rudal hipersonik tersebut disebut tak bakalan bisa dibendung oleh militer Jerman yang senjatanya kalah modern dibanding Rusia.
Jerman pun merasa tidak mampu melindungi negaranya jika Rusia menyerang Jerman menggunakan Oreshnik.
Baca juga: Benteng Ukraina di Pokrovsk Malah Melindungi Prajurit Rusia
Tabloid berita Bild menulis tentang hal ini, mengutip laporan rahasia diplomat Jerman.
Oleh karena itu, kantor Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menugaskan analisis internal pemerintah mengenai kemungkinan perlindungan terhadap serangan rudal balistik untuk wilayah Ukraina dan Jerman, yang ditugaskan kepada seorang perwira penghubung Bundeswehr di Kementerian Luar Negeri Jerman bersama dengan para ahli pertahanan udara.
"Kesadaran pahit: Jerman tidak akan berdaya melawan serangan Oreshnik. Berbekal sistem Patriot, Bundeswehr saat ini tidak memiliki sarana pertahanan yang efektif terhadap senjata balistik ini," kutip Bild.
Hal ini dijelaskan oleh kecepatan gerakan yang tinggi, kemampuan manuver, dan aksi hulu ledak, yang terdiri dari beberapa bagian yang terpisah.
"Patriot tidak cocok untuk memerangi rudal balistik jarak jauh seperti Oreshnik. Kemungkinan intersepsi terhadapnya harus dianggap sebagai tembakan keberuntungan yang tidak disengaja," kata laporan rahasia tersebut.
Pernyataan Putin Soal Oreshnik
Uji coba rudal hipersonik Oreshnik yang berhasil bulan lalu merupakan respons Rusia terhadap pengerahan roket jarak menengahnya ke Eropa oleh AS, demikian pernyataan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.
Russia Today melaorkan, sistem rudal balistik jarak menengah, yang dapat membawa beberapa hulu ledak, termasuk yang bertenaga nuklir, pertama kali digunakan pada 21 November, ketika menghantam fasilitas industri militer Yuzhmash milik Ukraina di kota Dnepr.
Baca juga: Putin Hapus HTS dan Taliban dari Daftar Teroris Rusia, Ingin Jalin Hubungan Baru
Mengomentari serangan tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan hulu ledak Oreshnik melaju dengan kecepatan sepuluh kali kecepatan suara dan tidak dapat dicegat oleh sistem pertahanan udara yang ada.
Dalam wawancara dengan media Rusia pada hari Minggu, Lavrov menunjukkan bahwa setelah penarikan sepihak AS dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah pada tahun 2019, Moskow terus mematuhi batasan utama yang ditetapkan oleh perjanjian era Perang Dingin tersebut.
Namun, "hari ini jelas, misalnya, bahwa moratorium [yang kami tetapkan sendiri] terhadap penyebaran rudal jarak menengah dan jarak pendek secara praktis tidak layak dan kami harus meninggalkannya," menteri luar negeri Rusia menyatakan.
Lavrov menuduh Washington mengabaikan permintaan Moskow dan Beijing untuk tidak menyebarkan roket kelas ini ke luar negeri.
Mengingat hal ini, Rusia terpaksa menanggapi, dengan "uji coba terbaru sistem Oreshnik supersonik jarak menengah terbaru, yang dilakukan dalam kondisi pertempuran, yang secara meyakinkan menunjukkan kemampuan dan tekad kami untuk mengambil tindakan kompensasi," diplomat itu menjelaskan.
Menurut menteri, "sebagai akibat dari kebijakan destruktif AS, fondasi stabilitas strategis telah terguncang secara signifikan, dan di beberapa area hancur."
Lavrov menambahkan bahwa dengan mempertimbangkan sikap Washington yang "sangat anti-Rusia" saat ini, Moskow tidak bermaksud untuk kembali terlibat dalam dialog pengendalian senjata dengan Washington dalam waktu dekat.
Pejabat tersebut menekankan bahwa Rusia tetap mematuhi batasan tertentu yang ditetapkan oleh perjanjian sebelumnya. Akan tetapi, Moskow berhak untuk meninjau pendekatan ini, tergantung pada ancaman yang berkembang terhadap keamanan nasionalnya yang ditimbulkan oleh AS dan sekutu NATO-nya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.