Hubungan Erat Korea Utara dan Rusia di Awal Tahun Baru 2025
Hubungan Rusia dan Korea Utara semakin erat, dengan dukungan penuh dari Kim Jong Un.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: timtribunsolo

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah mengirimkan ucapan selamat tahun baru kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Dalam suratnya, Kim menyebut Putin sebagai "sahabat terkasih" dan menyampaikan harapan terbaik untuk rakyat dan militer Rusia.
Apa Isi Surat Ucapan Tahun Baru dari Kim Jong Un?
Dalam surat yang dikirim untuk menandai Tahun Baru, Kim menyampaikan ucapan selamat kepada sahabatnya, Vladimir Putin, serta rakyat dan personel militer Rusia.
Menurut laporan dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), Kim tidak hanya mengirimkan kartu selamat, tetapi juga berdoa agar Putin sukses dalam memimpin Rusia dan bertanggung jawab atas kemakmuran, kesejahteraan, serta kebahagiaan rakyatnya.
Kim Jong Un juga menekankan kesediannya untuk merancang dan mendorong proyek-proyek baru yang melibatkan kedua negara.
Salah satu poin menarik dalam surat tersebut adalah harapan Kim bahwa tahun 2025 akan menjadi saat tentara dan rakyat Rusia dapat mengalahkan neo-Nazisme serta meraih kemenangan besar, yang diduga terkait dengan konflik di Ukraina.
Bagaimana Hubungan Rusia dan Korea Utara?
Hubungan mesra antara Rusia dan Korea Utara mulai mendapat perhatian publik setelah Kim Jong Un menandatangani dekrit untuk meratifikasi Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif dengan Rusia.
Sejak perjanjian tersebut, Kim semakin terbuka memuji hubungan antara kedua negara, bahkan menggambarkan pakta militer yang terjalin sebagai sebuah aliansi.
Di bawah perjanjian tersebut, Korea Utara dan Rusia berjanji untuk saling memberikan bantuan militer tanpa penundaan jika salah satu negara diserang oleh negara ketiga.
Kim Jong Un secara tegas menyatakan dukungannya kepada pemerintah, tentara, dan rakyat Rusia.
Apakah Korea Utara Terlibat dalam Perang di Ukraina?
Sebagai bentuk dukungan terhadap Rusia, Korea Utara dilaporkan telah mengirimkan 10.000 pasukan bantuan ke medan perang di Ukraina.
Selain pasukan tempur, negara tersebut juga dikabarkan mengirimkan beberapa jenderal untuk membantu Rusia dalam konflik ini.
Namun, tindakan ini mendapatkan banyak kritik, dengan banyak pihak menuduh Kim Jong Un menjual pasukannya untuk terlibat dalam perang agresi yang dianggap ilegal.
Meski demikian, para prajurit Korea Utara merasa bangga dengan misi ini, melihatnya sebagai kesempatan langka untuk menjajal berbagai alat tempur canggih milik militer Rusia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.