Sahabat Dekat Putin, Alexander Lukashenko, Kembali Memenangkan Pemilu Belarusia
Alexander Lukashenko, kembali memperpanjang masa jabatannya setelah meraih 86,8% suara di Pemilu Belarusia tahun ini
Penulis: Bobby W
Editor: Siti Nurjannah Wulandari

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin tertinggi Belarusia , Alexander Lukashenko, kembali memperpanjang masa jabatannya yang telah berlangsung selama 31 tahun pada Senin ini (27/1/2025).
Dikutip dari Reuters, sosok Lukashenko yang dikenal sebagai sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin ini kembali menjadi orang nomor satu di Belarusia setelah pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) Belarusia mengumumkan dirinya sebagai pemenang dalam pemilihan presiden kali ini.
"Kalian dapat mengucapkan selamat kepada Republik Belarusia, kami telah memilih seorang presiden," kata Igor Karpenko, kepala KPU Belarusia, dalam konferensi pers pada Senin dini hari .
Karpenko mengatakan tingkat partisipasi mencapai 85,7 persen dalam pemilu ini, di mana 6,9 juta orang berhak memilih.
Di penyelenggaraan pemilu yang ditentang oleh negara-negara barat tersebut, Lukashenko meraih 86,8 persen suara, menurut hasil awal yang dipublikasikan di akun resmi Telegram KPU Belarusia.
Sejumlah politikus di Eropa mengatakan bahwa pemilu di Belarusia tersebut berlangsung secara tidak bebas dan adil mengingat Lukashenko tidak menghadapi tantangan serius dari empat kandidat capres lainnya.
Hal ini terjadi mengingat semua tokoh oposisi terkemuka di Belarusia dilaporkan telah dipenjara atau dipaksa melarikan diri ke luar negeri oleh Lukashenko.
Kelompok hak asasi manusia Viasna, yang dilarang sebagai organisasi "ekstremis" di Belarusia, mengatakan bahwa masih ada sekitar 1.250 tahanan politik di penjaranya meskipun Lukashenko telah membebaskan lebih dari 250 orang dalam setahun terakhir dengan alasan kemanusiaan.
Selain itu, sejumlah politikus di Eropa juga mengecam larangan media independen untuk meliput pemilu di republik bekas Uni Soviet itu
"Rakyat Belarusia tidak memiliki pilihan. Ini adalah hari yang pahit bagi semua orang yang merindukan kebebasan dan demokrasi," tulis Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, di X.
Saat ditanya tentang tudingan penahanan para lawan politiknya tersebut, Lukashenko mengatakan dalam konferensi pers pada hari Minggu (26/1/2025) bahwa mereka telah memilih nasib mereka sendiri.
Baca juga: Putin Siap Berdialog dengan Trump, Kremlin: Tunggu Sinyal AS
"Beberapa memilih penjara, beberapa memilih 'pengasingan', seperti yang kalian katakan. Kami tidak mengusir siapa pun dari negara ini," ujarnya dalam konferensi pers yang memakan waktu lebih dari empat jam.
Pemimpin oposisi yang berada dalam pengasingan, Sviatlana Tsikhanouskaya, mengatakan kepada Reuters minggu ini bahwa Lukashenko telah mengatur ulang pemilihan ulangnya sebagai bagian dari "ritual untuk diktator".
Sviatlana menyebutkan bahwa aksi demonstrasi menentangnya yang berlangsung pada hari Minggu di Warsawa dan kota-kota Eropa Timur lainnya menunjukkan wujud asli Belarusia di bawah Lukashenko.
Terkait kemenangan Lukashenko tersebut, Uni Eropa dan Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka tidak mengakui dirinya sebagai pemimpin sah Belarusia setelah ia menggunakan pasukan keamanannya untuk menghancurkan protes massal pasca pemilu terakhir pada 2020 lalu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.