Jepang Luncurkan Roket Epsilon Berbiaya Rp 402 Miliar
Satu kemajuan besar telah dicapai dunia roket Jepang, khususnya Roket Epsilon yang telah diluncurkan 14
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Satu kemajuan besar telah dicapai dunia roket Jepang, khususnya Roket Epsilon yang telah diluncurkan 14 September pukul 14.00 waktu Jepang. Walaupun kini harganya masih 38 juta dollar AS atau sekitar Rp 402 miliar (kurs Rp 11.500 per dollar AS , tahun 2017 dipastikan akan mencapai tak lebih dari 30 juta dollar AS dan dapat menjadi roket komersial bisa dimanfaatkan oleh siapa pun yang punya uang.
Demikian ungkap Prof. Yasuhiro Morita, PhD, Kepala Proyek Roket Epsilon Jepang khusus kepada Tribunnews.com, Selasa (1/10/2013) di Foreign Press Center, Tokyo.
"Saya yakin tahun 2017 harga roket Epsilon akan di bawah 30 juta dollar AS dan saat itu juga akan menjadi roket komersiap yang dapat dimanfaatkan banyak orang. Tentu saja pemanfaatan yang positif untuk perdamaian dunia untuk kebahagiaan banyak orang. Kalau untuk hal negatif pasti saya akan menentang keras dan memperjuangkan kalau perlu nyawa saya pertaruhkan untuk itu. Itu janji saya untuk menggunakan bagi keperluan positif saja," tekannya lagi.
Roket Epsilon merupakan terobosan terbaru Jepang, hasil kemajuan teknologi luar biasa Jepang saat ini, "Semua hasil itu adalah Made in Japan, kecuali untuk beberapa suku cadang elektronik dan elektrik seperti relay yang kami beli dengan harga murah dari Amerika Serikat. Tapi secara keseluruhan ini adalah hasil teknologi Jepang kami," katanya lagi.
Sebelum roket Epsilon, Jepang telah meluncurkan Roket M-V, dari segala hal jauh lebih efisien, jauh lebih irit sekitar 33 persen Roket Epsilon dibandingkan M-V.
Pada prinsipnya kemajuan yang sangat berarti roket ini ada lima hal dari segala sesuatu yang dipelajari Tribunnews.com dari penjelasan rinci dan lengkap Morita.
Pertama adalah diperkenalkannya penggunaan Post Boost Stage pada roket Epsilon di kepala roket dengan bahan bakar Hydrazine propulsion dengan keakuratan yang sempurna dari sistem orbital injectionnya.
Hal kedua konfigurasi yang mudah digunakan (user friendly) dari Vibration Attenuator (PAF) sehinga goncangan khususnya pada badan roket dapat diredam sebanyak mungkin. Deteksi getaran menunjukkan getaran Epsilon terbaik dibandingkan roket H2A maupun roket ASAP5.
Kehebatan ketiga adalah teknologi Avionics yang luar biasa sehingga semua hal pada roket akhirnya secara otomatis dilakukan oleh roket itu sendiri. Teknologi yang sangat canggih dengan jaringan kecepatan yang luar biasa. Hal inilah yang membuat dukungan lapangan (ground support) menjadi sangat mudah. Irit jumlah manusia yang menggerakan di ruang kontrol. Kalau dulu ruang kontrol perlu sekitar 100 orang kini hanya 8 orang saja sudah bisa meluncurkan roket.
Lalu kehebatan keempat adalah ruang kontrol peluncuran roket yang sangat sederhana bisa dengan dua set komputer saja menggerakan dan meluncurkan roket. Petugas lain mengontrol lapangan peluncuran dan satu lagi petugas mengontrol on atau off Avionics roket.
Dan hal terakhir kelima, adalah kesederhanaan tempat peluncuran sehingga bisa mobil berjalan, dilakukan bisa di mana saja. Meskipun demikian juga dibuatkan cekungan bukit pada tanah di bawah roket yang akan diluncurkan. Hal ini dimaksudkan agar saat peluncuran roket gas buang dan letupan roket ke bawah, yang biasanya terpental balik, berdampak getarannya ke atas menghantam roket lagi dan mengganggu peluncuran, dapat diredam lebih baik lagi sehingga dampak mental balik getaran ke rolet tak lagi sekuat sebelumnya pada saat roket dinyalakan.
Semua hal itu telah dipelajari sangat detil oleh pihak JAXA, badan antariksa Jepang, dalam pengembangan roket Epsilon tersebut sehingga bisa menjadi sempurna seperti sekarang.
Pada tahun selanjutnya roket Epsilon yang kini dengan kode EX, setelah dikembangkan lebih lanjut tahun 2015 menjadi tipe E1-sah dan tahun 2017 menjadi tipe E1 yang terbaik karena dapat mengangkut berat bebas sampai 550 kilogram dan harga roket pun dapat diredam tak lebih dari 30 juta dollar AS, sangat murah sebagai roket komersial dunia ukuran kecil.
"Roket ukuran kecil akan semakin banyak di dunia dan kita rencana akan luncurkan roket sedikitnya sekali setahun untuk hal-hal yang positif, misalnya pengiriman radar teleskopik, alat observasi dunia, dan sebagainya. Sedangkan roket ukuran besar semakin sedikit saat ini di dunia karena memang biaya pembuatannya menjadi sangat besar."
Selain itu Morita juga mengungkapkan kepada Tribunnews.com bahwa roket Epsilon adalah kecambah teknologi awal untuk disempurnakan lebih lanjut agar nantinya dapat menjadi roket yang jauh lebih sempurna yaitu roket bolak balik. Bukan hanya pengiriman roket ke luar angkasa, tetapi roket yang sama tetap memiliki kemampuan untuk kembali ke dunia, ke tanah, ke tempat di mana saat dia diluncurkan. Itulah tujuan pengembangan roket Jepang saat ini. Kalau sudah demikian bisa bolak-balik roket itu menjadi sempurna sekali.
Roket Epsilon yang rencana diluncurkan 27 Agustus 2013, 19 detik sebelum peluncuran sempat dibatalkan dan barulah diluncurkan sempurna 14 September lalu, "Saya sempat kaget juga ternyata setelah diperiksa ada kesalahan yang seharusnya tidak boleh terjadi tetapi bukan kesalahan besar dan bukan hal yang khusus. Jadi semua aman-aman dan baik saja, bisa dimengerti adanya kesalahan tersebut sehingga kami batalkan peluncuran saat itu," katanya.