e-Commerce dan Penyedia Jasa Keuangan Jadi Target Terbesar Pencurian Informasi Perbankan
48% e-commerce / ritel online dan 41% penyedia jasa keuangan melaporkan kehilangan beberapa jenis informasi keuangan
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menurut survei Kaspersky Lab mengenai tenaga IT profesional di seluruh dunia, 48% e-commerce / ritel online dan 41% penyedia jasa keuangan melaporkan kehilangan beberapa jenis informasi keuangan yang berkaitan dengan aktivitas kejahatan siber dalam jangka waktu 12 bulan.
Survei Kaspersky Lab juga menemukan bahwa segmen e-commerce / ritel online adalah yang paling sedikit dalam menggunakan dan memperbaharui langkah-langkah khusus anti penipuan untuk melindungi transaksi keuangan mereka.
Sektor e-commerce / ritel online dan jasa keuangan, keduanya bergantung pada kemampuan mereka untuk menerima, memproses dan menyimpan informasi keuangan yang sensitif dari para pelanggan.
Melalui kombinasi serangan yang ditargetkan, kerentanan aplikasi dan bentuk lain serangan siber, maka bisa dipastikan bahwa hampir setengah bisnis di kedua sektor ini akan kehilangan informasi penting dalam waktu satu tahun.
Kerugian tersebut tidak hanya dapat merusak reputasi bisnis, yang sangat bergantung pada kepercayaan ini, tetapi juga dapat memicu sanksi hukum yang mahal dan biaya penghapusan/pembersihan. Walaupun kedua sektor ini berbagi banyak kemiripan, tetapi sikap mereka terhadap teknologi keamanan sangat berbeda.
Hanya 53% dari sektor e-commerce / ritel online menunjukkan bahwa mereka "melakukan segala upaya untuk memperbaharui langkah-langkah anti-penipuan," yang berarti 10% lebih rendah dari total rata-rata global, dan secara keseluruhan terendah dari setiap sektor bisnis yang ada.
Dikarenakan model bisnis dari e-commerce ini dalam proses pembayarannya secara online dan elektronik, keengganan untuk berinvestasi dalam langkah-langkah anti-penipuan tampaknya sangat berlawanan dengan akal sehat.
Sementara itu, sektor jasa keuangan menggunakan pendekatan yang lebih positif dan proaktif terhadap pengamanan data keuangan mereka.
Ketika ditanya apakah mereka "melakukan segala upaya untuk memperbaharui langkah-langkah anti penipuan," 64% penyedia jasa keuangan setuju dan respon terhadap hal ini sama tingginya di seluruh sektor jasa keuangan. Respon antusias ini adalah kebalikan dari sikap di sektor e-commerce / ritel online.
Selain itu, 52% sektor jasa keuangan melaporkan keinginan untuk menerapkan teknologi terbaru untuk melindungi transaksi keuangan, dibandingkan dengan 46% dari sektor e-commerce / ritel online.
Survei Kaspersky Lab juga mengajukan pertanyaan pada bisnis yang mengalami insiden kehilangan data yang serius tentang langkah yang diambil setelah kejadian untuk memberikan perlindungan ke pelanggan mereka, dan meskipun sikap mereka berbeda, baik e-commerce / ritel online dan sektor jasa keuangan mengambil langkah serupa dalam menerapkan perlindungan tambahan.
Langkah paling umum yang diterapkan adalah "menyediakan koneksi yang aman untuk transaksi pelanggan," yang dilakukan oleh 88% penyedia jasa keuangan dan 78% e-commerce / ritel online.
Penyedia jasa keuangan lebih terfokus pada penyediaan solusi khusus untuk perangkat mobile dari pada e-commerce / ritel online (masing-masing 75% vs 56%), yang berarti keamanan dalam pembayaran mobile dari penjualan online dapat menjadi area yang perlu mendapatkan perhatian di masa mendatang.
Secara umum, langkah paling lazim yang diambil oleh penyedia jasa keuangan dan e-commerce / ritel online mengenai pelanggaran data adalah menyediakan versi gratis atau diskon dari perangkat lunak keamanan internet premium kepada para pelanggan mereka.