Paul Rosolive Sengaja Jadi Santapan Hidup-hidup Ular Anaconda
Rosolie menjadi umpan bagi Anaconda untuk dibelit, digigit dan ditelan.
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Tribun Jateng, Vania Putri
TRIBUNNEWS.COM - Paul Rosolie (27) tengah menjadi perbincangan publik mengenai rencana pembuatan film dokumenter dari Discovery Channel berjudul "Eaten Alive".
Terobsesi ingin tahu dan ingin merasakan bagaimana jika dirinya ditelan ular raksasa hidup-hidup. Oleh karenanya Rosolie menjadi umpan bagi Anaconda untuk dibelit, digigit dan ditelan.
Rosolie dan 10 anggota tim Discovery Channel menjelajah hutan Amazon. Untuk menemukan sang ular raksasa, mereka harus menyusuri sungai terbesar di dunia itu, beradu dengan belut listrik, menerjang banjir dan berhadapan dengan pemburu gelap.
Setelah melewati perjalanan panjang, akhirnya mereka menemukan Anaconda yang besar untuk menelan Rosolie dengan mudah. Untuk mempermudah Anaconda mengincarnya, Rosolie menggunakan setelan lapis baja hitam yang telah dilumuri darah babi dan ia berpura-pura menjadi babi liar di sekitar ular raksasa itu. Aksi itu pun untuk mengundang nafsu makan Anaconda.
Setelah ditelan hidup-hidup Rosolie akan segera ditarik dan diselamatkan oleh tim sebelum ia merasa sesak nafas.
"Seekor Anaconda dapat meregang sampai tiga kali ketebalan sendiri, sehingga ular sepanjang 30 kaki atau sekitar 9 meter itu mudah membelit bahu saya," kata Rosolie.
Anaconda raksasa itu kelamin betina dan seberat sekitar 9 ton. Beruntung Anaconda jarang bertemu manusia. Namun sekali bertemu dengan manusia, ia akan memangsa dan menelannya setelah itu ia akan pergi.
"Saya masih ingat ketika ia tepat berada di depan wajah, ia membuka mulutnya sangat lebar tepat di depan wajah saya dan kemudian semuanya menjadi gelap. Saya telah ditelannya," cerita Rosolie.
Rosolie merasakan gelombang yang sangat kuat di dalam tubuh Anaconda. Hal itu ia rasakan selama lebih dari satu jam. "Ia berusaha meremukkan tubuh saya, dan saya merasa setelan lapis baja mulai retak dan lengan saya merobek keluar dari rongganya," katanya. "Ini benar-benar menakutkan." lanjutnya.
Meskipun menuai berbagai kecaman dari publik dan lembaga konservasi alam, film dokumenter ini akan tetap di tayangkan di Inggris