Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Cerita Kiriman Paket Salak Berisi Granat di Garuda Indonesia yang Belum Banyak Diketahui

Hampir 35 tahun, kasus ini belum terungkap. Aparat tidak dapat mengungkap siapa pengirim paket granat dan buah salak tersebut dan motifnya.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Cerita Kiriman Paket Salak Berisi Granat di Garuda Indonesia yang Belum Banyak Diketahui
Sumber gambar: TNI AU
Salah satu pesawat TNI AU yang konon digunakan untuk mengangkut penumpang Garuda Indonesia saat masa pemogokan pilot di tahun 1980. 

Slamet sebagai Dandem Intel melaporkan hal tersebut kepada Pangdam V/Jaya Mayjen Norman Sasono, setelah mengecek kebenaran informasi tersebut.

Dalam rapat yang dipimpin Pangkopkamtib  Sudomo dan dihadiri Wiweko, Lumenta, dan Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo, informasi tersebut disampaikan oleh Norman.

Namun Wiweko tak percaya. Wiweko mengatakan, ”Onmogelijke, onmogelijke, mijn jongens zaal dat niet doen (Itu tidak mungkin, itu tidak mungkin, pilot saya akan melakukan yang seperti itu).”

Ternyata betul, unjuk rasa ke DPR terjadi. Unjuk rasa 30 karyawan dan pilot Garuda yang dipimpin oleh Capt Subekti dan Capt H Sumolang itu berlangsung pada 29 Januari 1980.

Tentu saja pimpinan Garuda, khususnya Wiweko, terkejut.

Beberapa hari kemudian, Slamet mendengar informasi bahwa ada 7 orang dari antara pengunjuk rasa itu melakukan “pertemuan” pada malam hari di daerah Kebayoran.

Slamet pun mendatangi mereka. Kemudian Slamet meminta mereka datang ke kantor Deninteldam Jaya di Jalan Lapangan Banteng untuk dimintai keterangan.

Berita Rekomendasi

Mereka kemudian diperiksa dan diwawancara. Dari cerita-cerita dengan segala alasan dan argumentasi yang mereka ungkapkan, Slamet pun mengetahui, mengapa mereka berbuat demikian.

Keluh-kesah mereka lantas ditampung dan dibuat laporan ke Pangdam Jaya untuk disampaikan kepada Pangkopkamtib sebagai masukan kepada direksi dan manajemen Garuda.

Slamet sempat menasihati mereka untuk tidak berbuat hal-hal yang melanggar hukum.

Capt Subekti, Capt Herman Rante, dan dua pilot lain, kemudian ia ajak untuk menghadap Sudomo atas permintaannya selaku Pangkopkamtib pada 31 Januari 1980.

Sudomo menasihati mereka untuk jangan melakukan pemogokan.

Rupanya nasihat itu tidak ditaati. Mereka mengadakan pertemuan lagi pada 2 Februari 1980 malam di rumah Capt Herman Rante di Pasar Minggu.

Hadir para pilot Garuda, antara lain, Capt Subekti, Capt Ari Singgih, Capt Purwoko, Capt Aristono, Capt Jalma Santoso, Capt T Budiarjo, Capt H Suniar, dan Capt A Andries. 

Halaman
1234
Sumber: Angkasa
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas