Produksi Padi Tahun 2015 Dipastikan Melebihi Target
BPS memprediksi angka produksi padi meningkat 75,55 juta ton atau 6,64% dibandingkan tahun lalu. Angka itu merupakan yang tertinggi dalam 10 terakhir
TRIBUNNEWS.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi angka produksi padi pada 2015 akan meningkat 6,64 persen atau sebanyak 75,55 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut data BPS, angka ini merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
“Tahun 2015 produksi padi 6,64 persen peningkatannya. 2014 turun 0,61 persen dari 2013. 2013 naik 3,22 persen, 2012 5,02 persen, dan seterusnya. Perkembangan peningkatan dan penurunan produksi padi nasional dari 2006-2015. 2006 sudah riil sampai 2014. Sepanjang 10 tahun terakhir, tahun ini terjadi peningkatan paling tinggi karena program Upaya Khusus (UPSUS) dengan berbagai upaya pemerintah dan masyarakat, sampai TNI terlibat untuk mengawal pupuk,” ujar Kepala BPS Suryamin di kantornya, Rabu (1/7/2015).
BPS berharap UPSUS yang diupayakan Kementerian Pertanian konsisten meningkatkan produksi pangan. Upaya khusus itu antara lain berupa pemberian benih, pupuk, serta alat mesin pertanian kepada petani.
"Pemerintah kan sudah melakukan beberapa upaya khusus meningkatkan produksi dengan memberi bantuan benih, pupuk, serta alat mesin pertanian seperti traktor, pompa air, dan lainnya," paparnya.
Berdasarkan Angka Tetap (Atap) 2014 dan Angka Ramalan (Aram) I 2015, angka subround I realisasi Januari-April, dari hasil tanam Oktober-November ditambah dengan Mei-Agustus subround II berdasarkan luas tanam yang sudah terjadi di April-Mei.
“Sementara subround III di September-Desember berdasarkan prediksi polanya seperti tahun lalu. Artinya, dua subround, walaupun berdasarkan hasil proyeksi tetapi berdasarkan realisasi luas tanam, bahkan dari ujung akhir tahun lalu dan pada April terjadi kenaikan pada 2015, kita ramal menjadi 75,55 juta ton GKG sedangkan 2014 70,85 juta ton,” paparnya.
Kenaikan sebesar 4,7 juta ton atau 6,64 persen ini terjadi karena luas panen pada 2015 juga diperkirakan dari dua subround cukup lengkap. Luas tanam subround II sudah bisa diketahui April-Mei.
“Bahkan kita sekarang per bulan sudah bisa dihitung luas tanamnya, naik 512,06 ribu hektar atau 3,71 persen. Dan juga produktivitas yield per hektar diperkirakan naik 1,45 kuintal per hektar. Biasanya yield per hektar tidak langsung tinggi, tapi luas panen masih bisa,” jelasnya.
Kenaikan produktivitas pada tahun 2015 yang cukup tinggi ini tak lepas dari beberapa kegiatan yang dilakukan pemerintah di antaranya UPSUS dalam peningkatan pertanian, khususnya beras dan tanaman pangan.
Selain itu terdapat pula ketetapan waktu ketersediaan bibit. Dengan kata lain pada saat mau menanam, bibit selalu ada.
Kemudian juga ada perluasan, optimasi, dan pengawalan masa tanam sehingga terjadi peningkatan angka ramalan I menjadi 75,55 juta ton gabah kering giling pada tahun 2015.
“Ini karena adanya pemberian bantuan pompa dan traktor yang sudah terealisasi di subround I dan sebagian subround II. Kemudian juga pupuk diupayakan ketepatannya pada bulan tanam, walaupun belum 100 persen. Ini yang sedang diupayakan supaya tepat pada saatnya memerlukan pupuk,” kata Suryamin.
Selain itu, lanjut Suryamin, penambahan lahan pertanian seluas 512.057 hektare menjadi 14,3 juta hektare dari 13,7 juta hektare pada tahun 2014 turut andil meningkatkan produksi padi.
Akibatnya, terjadi kenaikan produktivitas padi sebesar 2,16 kuintal per hektare atau 4,36 persen.
BPS mencatat, ada lima provinsi yang mengalami peningkatan produksi padi tertinggi hingga Juni tahun ini.
Kelima provinsi tersebut adalah Lampung, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Ada kenaikan tertinggi di lima provinsi dari 17 provinsi yang memiliki potensi melakukan peningkatan produksi cukup signifikan," ujar Suryamin.
Dia menjelaskan, di Lampung, angka produksi padi meningkat menjadi sebanyak 541.000 ton pada periode Januari-Juni tahun 2015.
Selanjutnya total produksi padi di Jawa Barat pada semester I tahun ini tercatat sebanyak 373.000 ton. Kemudian Sumatera Selatan sebanyak 434.000 ton.
"Lalu sumber lumbung padi Jawa Tengah sebanyak 954.000 ton. Selain itu, lumbung padi lainnya Jawa Timur sebanyak 381.000 ton," pungkasnya.
Selain itu, produksi jagung pada 2015 dari Aram I juga terjadi kenaikan 8,72 persen dibandingkan 2014. Produksi jagung pada 2015 20,67 juta ton, sementara pada 2014 sebesar 19,01 juta ton atau dengan kata lain naik 1,66 juta ton (8,72 persen).
Hal tersebut terjadi karena luas panen untuk jagung tahun 2015 diperkirakan 160,48 ribu hektare atau 4,18 persen. Sementara produktivitas diperkirakan naik 2,16 kuintal per hektare atau naik 4,36 persen.
“Ini perhitungannya sama, Aram I kita rilis dan hitung pada bulan Juli. Kalau tahun lalu di awal Aram sudah ada, tapi kurang kuat karena kita memprediksi yang belum terjadi sama sekali. Sekarang yang subround I sudah terjadi dan subround II luas tanamnya sudah diketahui sehingga lebih realistis,” jelasnya.
Sementara produksi kedelai 2015 diperkirakan naik 4,59 persen dibandingkan 2014. Produksi kedelai 2015 sebanyak 998,87 ribu ton, sementara pada 2014 sebanyak 955 ribu ton. Dengan kata lain, terjadi kenaikan 43,87 ribu ton (4,59 persen).
“Ini juga terjadi karena luas panen diperkirakan naik 24,67 ribu hektare atau 4,01 persen. Dan produktivitas diperkirakan naik 0,09 kuintal per hektare atau 0,58 persen. Lagi-lagi, produksitivas tidak melonjak drastis,” tambah Suryamin.
Suryamin mengaku, semua data tersebut belum memasukkan el nino sebagai pengurang karena belum bisa diprediksi.
Dirinya yakin pemerintah pasti sudah mengantisipasi seperti pemberian pompa dan irigasi yang dibangun sejak awal.
“Jadi, masih ada satu masa yang diantisipasi oleh pemerintah. Waktu September-Desember dengan isu el nino mudah-mudahan tidak akan mengubah secara drastis. Kami harap prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai efek el nino moderat itu benar," harapnya.
Sementara menanggapi potensi kehilangan akibat el nino, Balitbang Kementerian Pertanian memprediksi ada kehilangan 1 juta ton untuk 200 ribu hektare.
Jika pemerintah sama sekali tidak melakukan antisipasi, dampak el nino cukup luar biasa. Sekitar 25 ribu hektar lahan pertanian akan kekeringan.
Untuk mengantisipasinya lebih lanjut, Kementan pun menyiapkan 20 ribu pompa untuk se-Indonesia. Sebelumnya juga kami kirim alsintan 38 ribu unit se-Indonesia.
Sementara mengenai produksi padi, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menargetkan produksi padi setiap provinsi di tahun 2015 naik antara 5% sampai 10% dibandingkan tahun 2014.
Target ini sejalan dengan rencana pemerintah mencapai swasembada yang ditargetkan tahun 2015 mencapai 73,4 juta ton GKG.
Alhasil tahun ini surplus beras dapat terjadi. Sebab, produksi GKG naik menjadi 75,55 juta ton GKG naik 6,64 juta ton dibandingkan pencapaian tahun 2014 sebesar 70,61 juta ton.
Sementara itu, demi mencapai target produksi, Menteri Pertanian melecut 12 provinsi mencapai target produksi nasional.
Di antara 12 provinsi yang dipacu adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Aceh, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Tengah.
Mentan Amran menjelaskan, pemerintah pusat telah melakukan persiapan untuk mencapai target swasembada lewat bantuan benih, pupuk dan alat mesin pertanian (alsintan) yang mulai disalurkan sejak awal tahun.
Pemerintah pun akan mengoptimalkan 500.000 hektar lahan pertanian lewat bantuan benih, pupuk dan alsintan.
“Kita optimis target produksi padi tercapai. Bukti optimisnya hasil BPS kemarin. Kita optimis selama ini hasil BPS ada kenaikan 5 juta ton dan itu katanya 10 tahun terakhir terbesar. Tapi semua itu terjadi berkat kerjasama kita semua, petani, TNI, polisi, mahasiswa, dosen, dan lainnya,” ujar Mentan Amran. (advertorial)