Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tahun Ini Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Meningkat Signifikan

Produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2015 meningkat signifikan. Hal itu tidak terlepas dari berbagai langkah yang dilakukan Kementerian Pertanian

Penulis: Sponsored Content
zoom-in Tahun Ini Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Meningkat Signifikan
KEMENTAN
Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat panen raya padi varietas IPB 3S bersama Plt. Bupati Karawang, Cellica Nurachadiana, Korem 063 Sunan Gunung Jati, Kol. Inf. Sutjipto, Ketua Pembina Pengembangan padi varietas IPB, Ernan Rustiadi dan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Hasil Sembiring di Desa Mekar Asih, Kecamatan Banyu Sari, Karawang, Jawa Barat, akhir September 2015 lalu. 

TRIBUNNEWS.COM – Kinerja produksi pangan pada tahun 2015 mengalami kemajuan yang mengesankan. Produksi berbagai komoditi pangan strategis seperti padi, jagung dan kedelai tercatat meningkat dalam waktu yang bersamaan. Semua peningkatan tersebut berkontribusi pada nilai tambah ekonomi sebesar Rp 29,94 triliun.

Menurut data yang tercantum dalam laporan kinerja satu tahun Kementerian Pertanian yang dirilis pertengahan Oktober 2015, produksi komoditi padi tercatat meningkat 4,70 juta ton GKG. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Hal itu bersumber dari peningkatan produktivitas sebesar 52,80 ku/ha dan luas panen 512 ribu ha.

Sementara menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), data Angka Ramalan-I (ARAM-I) produksi padi tahun 2015 sebesar 75,55 juta ton GKG atau naik 4,70 juta ton (6,64% dibanding Angka Tetap (ATAP) tahun 2014.

Sementara kinerja luas tambah tanam padi selama periode Januari-Agustus 2015 tercatat sebesar 645.210 ha. Hal itu bersumber dari lima provinsi dengan luas tambah tanam tertinggi.

Kelima provinsi itu adalah Jawa Timur dengan 127,683 ha, Sulawesi Selatan dengan 107,308 ha, Sumatera Selatan dengan 85,293 ha, Jawa Tengah dengan 78,409 ha, dan Lampung dengan 73,727 ha.

Produksi padi tersebut setara dengan beras sebesar 43,3 juta ton. Bila dihitung dengan kebutuhan konsumsi beras 33,3 juta ton, neraca beras mencapai surplus 9,96 juta ton. Surplus tersebut tersebar di pedagang, gudang penggilingan, dan masyarakat.

Peningkatan produksi juga terjadi pada komoditi jagung. Data ARAM-I menunjukkan produksinya mencapai 20,667 ton pada tahun 2015. Jika dibandingkan dengan ATAP tahun 2014, produksi jagung hanya 19,008.

BERITA TERKAIT

Peningkatan komoditi jagung tersebut terjadi karena produktivitasnya mencapai 51,70 ku/ha atau naik sebesar 2,16 ku/ha (4,36%). Luas panennya pun meningkat sebesar 160 ribu ha atau 4,18%. Peningkatan produksi jagung tersebut memberi nilai tambah ekonomi sebesar Rp 5,31 triliun.

Sementara kinerja produksi komoditi kedelai pun meningkat melalui produktivitasnya yang terus tumbuh. Angkanya mencapai 15,60 ku/ha atau naik 0,9 ku/ha (0,58%). Luas panennya pun meningkat sebesar 25 ribu ha (4,01%). Hal itu merupakan peningkatan yang tertinggi dari rerata lima tahun terakhir.

Kementerian Pertanian pun terus mendorong produksi kedelai mencapai peningkatan yang lebih signifikan pada sisa tahun 2015 ini. Hal tersebut dilandasi peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan industri yang terus berkembang. Fokus peningkatan produksi kedelai ditempatkan pada lokasi yang mempunyai keunggulan komparatif untuk mencukupi kebutuhan domestik.

Di sisi lain, peningkatan produktivitas tiga komoditi strategis itu tidak terlepas dari berbagai terobosan kebijakan yang dilakukan Kementerian Pertanian. Setidaknya ada tujuh terobosan yang telah ditempuh sejauh ini.

Pertama, merevisi prosedur pengadaan dari Lelang menjadi Penunjukan Langsung untuk pengadaan benih dan pupuk sesuai Perpres 172/2014 dan e-catalogue untuk pengadaan alat dan mesin pertanian. Akibatnya, penyediaan benih, pupuk dan alsintan menjadi tepat waktu sesuai musim tanam.

Kedua, adanya refocusing anggaran Rp 4,1 triliun dari pos perjalanan dinas, rapat/seminar menjadi perbaikan irigasi dan penyediaan alsintan, sehingga setiap Rupiah APBN berdampak pada output dan outcome.

Ketiga, bantuan saprodi atau benih tidak berada di lokasi existing sehingga menambah luas tanam. Keempat, kebijakan yang dilakukan tidak dialokasikan anggaran pada tahun berikutnya bagi daerah yang produksi padi, jagung dan kedelainya menurun.

Kelima, adanya sinergi yang dilakukan berbagai pihak dari hulu sampai hilir sehingga ego sektoral disampingkan. Keenam, pengawalan dan pendampingan Upsus secara masif yang melibatkan 51,000 TNI AD, 8,610 mahasiswa, 25,437 penyuluh PNS, 19,503 THL-TBPP, dan 10 ribu KTNA.

Ketujuh, adanya evaluasi serapan secara harian dan mingguan. Kedelapan, antisipasi dini yang dilakukan terhadap perubahan iklim melalui penanganan banjir, kekeringan, serta serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) secara terpadu.

Adanya delapan terobosan tersebut juga turut memberi kontribusi pada realisasi kegiatan yang telah dilakukan sampai saat ini. Mulai dari pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi tersier, optimalisasi lahan dan jalan usaha tani, penyaluran subsidi pupuk, benih, serta alat mesin pertanian.

Kementerian Pertanian sampai saat ini terus berusaha menjaga tiga komoditi strategis tersebut terjaga performa produktivitasnya dengan baik. Berbagai langkah dan terobosan yang dilakukan pun terus dijaga konsistensinya agar pertanian Indonesia benar-benar maju. (advertorial)

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas