Tinggi Rendahnya Risiko Diabetes, Dipengaruhi Perubahan Gaya Hidup Selama Pandemi
Pandemi Covid-19 turut mengubah gaya hidup masyarakat, hal ini tentu berdampak pula pada kondisi kesehatan mereka, termasuk risiko diabetes.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
"Dan mendorong perubahan positif yang dapat dilakukan masyarakat untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan aktif. kata Evie.
Selain perubahan gaya hidup, survei ini juga mengungkapkan bahwa mayoritas orang atau sekitar 82 persen responden di Indonesia tidak tahu harus bertanya kepada siapa atau sumber informasi apa yang dapat diperpercaya tentang risiko diabetes.
Sementara itu, hasil survei juga menunjukkan 67 persen akan mencoba mengakses informasi terpercaya tentang faktor risiko diabetes melalui internet, di mana 31 persen diantaranya akan mengakses informasi melalui media sosial.
Akses tersebut pun bukan hanya akan mereka akses melalui internet, karena 21 persen responden yang akan menggunakan program TV dan 35 persen akan berbicara dengan keluarga atau teman untuk mencari informasi mengenai diabetes.
Melihat data tersebut, hadirnya berbagai inisiatif dan platform terpercaya pun sangat dibutuhkan agar dapat terus mengedukasi masyarakat tentang bahaya diabetes dan cara pencegahannya.
Perlu diketahui, risiko terkena diabetes tipe-2 dapat dikurangi hingga 58 persen dengan perubahan gaya hidup, seperti menjaga pola makan yang seimbang, rutin berolahraga, dan menurunkan berat badan.
Penelitian menunjukkan bahwa setiap anda melakukan penurunan berat badan hingga satu kilogram, maka risiko terkena diabetes pun akan ikut berkurang hingga 16 persen.
Oleh karena itu, Merck telah menggandeng para tenaga kesehatan (nakes) profesional untuk meluncurkan kampanye yang mendorong perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan di rumah untuk memitigasi risiko diabetes.
Selain itu, inisiatif penting lainnya yang dilakukan Merck ini adalah melakukan webinar publik 'See it, slow it, stop it! Cegah prediabetes dimulai dari keluarga' serta kampanye edukasi di media sosial @merckindonesia.
Terkait upaya melakukan edukasi pentingnya menjaga pola hidup sehat dalam perubahan gaya hidup ini, dr. L. Aswin Pramono, M.Epid., Sp.PD dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta pun turut menyambut baik.
Ia mengapresiasi upaya Merck untuk melakukan edukasi kepada publik tentang pencegahan risiko diabetes.
Prediabetes, kata dia, merupakan kondisi gula darah yang tinggi, namun belum sampai menyentuh kriteria diagnosis diabetes.
Namun, tidak banyak orang yang menyadari kondisi prediabetes ini, karena memang gejalanya yang minim hingga akhirnya berkembang menjadi diabetes dan menimbulkan komplikasi.
"Untuk mencegahnya, sangat direkomendasikan rutin berolahraga setidaknya 150 menit seminggu, atau 30 menit setiap hari selama 5 hari dalam seminggu. Olahraga yang dilakukan misalnya berjalan kaki, naik sepeda, atau berenang," kata dr. Aswin.