Pertanyaan pembaca Tribunnews.com:

Dokter Anastasia,

Saya Yanti, karyawan swasta di kota Medan, berusia 23 tahun. Saya mengalami masalah pada gigi bekas tambalan.

Sebagai informasi, saya menambal gigi sekitar 2 tahun yang lalu. Bahan tambalannya menyerupai gigi. Sebelum penambalan dilakukan, dokter gigi membersihkan gigi saya, dan menyuruh saya untuk melakukan perawatan gigi dengan diberi obat-obatan terlebih dahulu karena menurut dokter tersebut lubang gigi saya sudah mengenai saraf gigi yang di tandai sakit dan berdarah jika dikorek.

Satu tahun setelah penambalan tersebut, gigi saya terasa sangat ngilu dan terganggu sekali saat minum dingin maupun panas. Itulah mengapa lalu saya memilih mengunjungi dokter gigi lain.

Dokter gigi kedua ini menyarankan saya untuk foto rontgen. Beliau menduga terjadi kebocoran pada tambalan gigi saya.

Setelah dirontgen, ternyata gigi saya yang ditambal tidak mengalami kebocoran. Kemudian dokter melakukan upaya pembersihan gigi (scaling) pada gigi saya, meletakkan/mengoleskan zat mirip bau tembakau (eugenol), dan meresepkan obat penghilang rasa sakit, antibiotik dan obat kumur khusus.

Setelah itu rasa ngilu gigi sembuh.

Namun, 1 tahun setelahnya, muncul sakit kembali dengan rasa sakit yang tumpul dan gusi bengkak. Saya belum mengunjungi dokter gigi untuk saat ini.

Yang ingin saya tanyakan:

1) Apakah gigi yang sudah ditambal memang dapat mengalami sakit sekali-sekali (dalam periode tertentu)?

2) Sebaiknya apa yang harus saya lakukan, Dok? Apakah akan sangat berbahaya jika saya biarkan saja.. mengingat gigi ini adalah gigi geraham atas sebelah kiri?

3) Saya juga mengalami karies gigi hampir di seluruh gigi geraham bawah. Apakah perlu dilakukan penambalan juga? Gigi tersebut belum terasa sakit.

4) Sebaiknya saya menggunakan penambalan yang bagaimana agar tidak terjadi sakit kembali setelah penambalan?