Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Gangguan Sembelit Paling Banyak Diderita Wanita

Semua itu terjadi dikarenakan faktor hormonal pada wanita.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Gangguan Sembelit Paling Banyak Diderita Wanita
NET
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sekjen PB Persatuan Gastrologi Indonesia, Dr. dr. Ari Fachrial Syam SpPD-KGEH, FACG mengatakan hampir semua orang pernah merasakan sulit buang air besar (Konstipasi).

Tapi, tegas dia, penderita gangguan cerna satu ini paling banyak diderita oleh para wanita.

Menurut dr. Ari, semua itu terjadi dikarenakan faktor hormonal pada wanita. "Misalnya kurangnya aktivitas fisik yang dilakukannya ketimbang para pria," ujar Ari, kepada Tribunnews.com, Minggu (2/6/2013).

Tidak hanya aktivitas fisik, tambah Ari, yang membuat wanita lebih rentan untuk sembelit. Faktor psikis pun ikut serta di dalamnya.

Misalnya, imbuhnya, ketika melihat tempat untuk buang air besar (WC) wanita cenderung pemilih. Jika dilihat olehnya kurang higienis, tak jarang wanita memilih untuk menahannya ketimbang membuang kotoran yang sudah menumpuk di perutanya.

"Beda sama pria. Pria di mana saja bisa plong," canda Ari.

Memang, kata dia, rate untuk masalah yang satu ini tidak terlalu besar, hanya 60:40. Tapi, untuk saat ini dengan kondisi yang seperti itu, memang wanita masih mendominasi masalah pencernaan yang satu ini.

Berita Rekomendasi

"Eggak menutup kemungkinan kalau kelak prianya yang malas, bisa saja berbalik," jelas Ari.

Lebih lanjut menurutnya, bagi para penderita sembelit kronis sebenarnya bisa di atasi dengan menerapkan pola hidup sehat dan dapat mengkonsumsi laktasit yang mengandung besacodyl sehingga aman buat tubuh.

Masih menurut Ari, ketidaktahuan masyarakat mengenai sembelit memuat mereka kerap kali mengabaikan penyebabnya. Tak heran di Indonesia kanker usus sebagai penyakit ke 3 yang sering di jumpai di setiap rumah sakit.

"Ada orang yang mengaku dengan santai bahwa dirinya ketika buang air besar (BAB) melakukannya hanya sekali dalam 1 minggu. Meski pun bentuk kotorannya normal, hal seperti ini tidak bisa dikatakan normal. Bahkan cenderung berbahaya," kata dia.

"Kalau berbicara soal kotoran, itu sama saja racun. Jika tak rutin, maka racun akan menempel di dinding usus kita," ujar Ari.

Jika sudah seperti ini, maka ini masuk ke dalam gejala konstipasi. Yaitu, gejala defekasi yang tidak memuaskan, yang ditandai dengan BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu.

"Atau kesulitan dalam evakuasi feses akibat feses yang keras," lanjut Ari.Normalnya seseorang melakukan BAB, tambah Ari, adalah 2 kali dalam 1 hari. Paling telat pun, 3 hari sekali. Tapi, yang seperti itu jarang terjadi.

Untuk itu, Ari berpesan agar masyarakat lebih peduli dengan pencernaannya karena akan berdampak baik untuk kesehatannya.

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas