Menu Sembarangan Bikin Olahragawan Kurang Kalsium dan Ini Akibatnya
Menu santapan sembarangan bikin atlet kekurangan kalsium dan membuatnya mudah lemas.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pola makan berantakan bagi atlet bukan saja berdampak pada penurunan fisik semata, melainkan kekurangan kalsium. Itulah alasannya pengaturan makanan atlet begitu penting dan harus sesuai dengan kebutuhan.
Demikian dikatakan dr Nanny Djaja. MS. Sp GK, pengajar ilmu gizi di Fakultas kedokteran Universitas Atmajaya dalam Media Workshop yang digelar Pfizer Indonesia di FX Senayan, Rabu (26/6).
Ia mengatakan kegiatan atlet itu membutuhkan stamina yang luar biasa karena menjalani serangkaian latihan fisik. "Atlet itu kan banyak latihan sehingga makanannya perlu diperhatikan dan tidak boleh sembarangan," ujar anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jakarta Utara itu.
"Kalau sembarangan makanannya bisa berpengaruh terhadap stamina dan kekurangan kalsium. Kalau kalsiumnya kurang pertahanan pemain juga bermasalah. Makanya atlet itu butuh banyak suplemen untuk keseimbangan tubuhnya," ujarnya.
Ia menjelaskan hasil penelitian di Amerika tentang efek suplemen Kalsium dan vitamin D terhadap massa tulang laki-laki dan wanita yang diberikan suplementasi 500mg kalsium dan 700 IU Vitamin D, selama 3 tahun menunjukkan bahwa kalsium dan vitamin D banyak mengurangi risiko fraktur atau patah tulang.
Nanny menjelaskan kalsium merupakan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah besar untuk menjaga kesehatan tubuh. Kalsium juga bermanfaat untuk mempertahankan kepadatan tulang, menjaga irama jantung, transmisi impuls syaraf, kontraksi otot, kontrol tekanan darah dan berperan dalam proses pembekuan darah.
"Kekurangan kalsium dapat berakibat bukan saja osteoporosis tetapi juga membuat gigi mudah rusak dan kram otot," ujarnya. Langkah paling mudah untuk meningkatkan kalsium, kata Nanny yakni dengan mengkonsumsi susu dua kali sehari.
Berdasarkan data rata-rata supan Kalsium per hari penduduk Indonesia menunjukkan bahwa tingkat asupan kalsium per hari baru 30 persen dibanding dari kebutuhan yang direkomendasikan. Rata-rata 300 miligram/hari dari standar kebutuhan yang disarankan oleh WHO (World Helath Organization) 800-1000 mili gram per hari untuk orang usia 15-65 tahun. Jumlah ini sudah meningkat dari rata-rata sebelumnya yang hanya 254 miligram/hari.
"Tapi minum susu ini yang jarang dilakukan oleh orang Indonesia," ujarnya. Saat ditanya apakah faktor ketidakpatuhan dalam konsumsi makanan bergizi ini yang membuat prestasi olahraga Indonesia menjadi melorot? Nanny mengatakan penyebab penurunan prestasi itu banyak faktor. Bisa karena pola latihan kurang, konsumsi makanan, atau banyak hal. "Saya nggak bisa komentar karena ini perlu fakta," ujarnya.
(NIR)