Kiat Sehat Ala dr Eka Julianta: Tiap Hari Naik Turun Lift ke Lantai 6
Sebagai seorang spesial bedah syaraf otak ternama, Prof Dr dr Eka Wahjoepramono SpBS tahu betul cara menjaga kesehatan tubuhnya
Editor: Sanusi
"Kepikunan saat ini menjadi pusat perhatian dunia, jika saya tidak salah, pembunuh tiga atau keempat terbesar di dunia, setelah kecelakaan, stroke, dan penyakit ini membunuhnya pelan-pelan. Sekarang didagnosa 7-10 tahun kemudian baru meninggal dunia," katanya.
Saat melakukan riset tentang kepikunan, pihaknya harus bolak-balik Indonesia dan Australia. Ia meneliti penyakit itu, untuk mencari tahu salah satu faktor yang menyumbang terjadinya kepikunan.
"Kepikunan merupakan bidang yang besar, saya mempelajari gejala awal kelupaan, saya khususukan pada laki-laki diatas 50 tahun yang hormonnya sudahh menurun," katanya.
Dalam risetnya ia meneliti 50 orang laki-laki yang bersedia menjadi sukarelawan penelitiannya, dan juga kepada hewan marmut.
"Kami melakukan terapi double blind randomise, 25 di antaranya diberikan obat testoteron, yang kelompok 25 orang lainnya diberikan placebo. Dan setelah menjalani lima bulan, dua kelompok itu ditukar, dan diperiksa setiap bulan," katanya.
Dari ke 50 orang pria itu, empat diantaranya kemudia memutuskan mengundurkan diri. Untuk tes kepada manusia dilakukan di Indonesia, sementara kepada binatang dilakukan di Australia.
"Hasil akhirnya, orang yang hormonnya turun, memorinya turun, dan harus diterapi dengan hormon subtitusi, menambah hormon testosteron para pria," katanya.
Namun terapi itu hanya bisa berlaku bagi mereka yang menderita kepikunan ringan, dan tidak bagi mereka yang menderita kepikunan berat. "Semua orang harus periksa, khususnya yang seperti ini, maka ada brain checkup, itu signifikan," jelasnya. Terapi ini juga berbeda jika diterapkan kepada wanita.