Obat Hepatitis C yang Baru Harganya Sungguh Selangit
Obat Hepatitis C yang baru bernama sofosbuvir telah diproduksi oleh perusahaan farmasi AS bernama Gilead
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Obat Hepatitis C baru bernama sofosbuvir telah diproduksi oleh perusahaan farmasi AS bernama Gilead. Obat ini mampu mempersingkat masa perawatan Hepatitis C yang saat ini 24 minggu menjadi 12 minggu saja. Demikian rilis yang diterima redaksi Tribunnews.com dari Dokter Lintas Batas (MSF), pekan ini.
Sofosbuvirberupa obat telan yang menjadikannya lebih mudah dikonsumsi dan disimpan, dibandingkan dengan obat yang kini digunakan, yaitu pegylated interfero, yang memerlukan suntikan atau infus dan perlu disimpan dengan 'rantai dingin'. Sofosbuvir adalah terobosan penting dalam penanganan Hepatitis C. Gilead sedang menanti persetujuan pemasaran untuk sofosbuvir dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat pada tanggal 8 Desember mendatang.
Namun, yang menjadi masalah adalah harga yang dipatok oleh perusahaan Gilead yang diperkirakan sekitar USD 80.000 atau sekitar Rp 930.000.000 untuk perawatan selama 3 bulan. Jumat lalu, kelompok Initiative for Medicines, Access & Knowledge (IMAK) yang berpusat di New York telah mengajukan oposisi paten untuk sofosbuvir ke Kantor Paten India.
Dokter Lintas Batas (MSF) sangat mendukung oposisi paten yang diajukan IMAK ke Kantor Paten India agar obat sofosbuvir versi generik bisa diproduksi dan akhirnya menurunkan harga obat tersebut, agar jutaan pasien di negara-negara berkembang bisa memperoleh pengobatan yang terjangkau. Untuk diketahui, India dikenal sebagai "apotek bagi negara-negara berkembang" karena negara tersebut telah memproduksi banyak versi generik obat-obatan HIV yang dipatenkan di negara lain.
Undang-Undang Paten di India menerapkan standar yang tinggi bagi obat-obatan yang layak dan tidak layak dipatenkan, sehingga memungkinkan produsen obat generik bersaing di pasar dan menekan harga obat menjadi semakin rendah. Oposisi paten obat Hepatitis C ini diharapkan akan mengulang kesuksesan dalam pengobatan HIV: harga obat HIV di tahun 2000 awal mencapai USD 10,000 per orang dan kini hanya USD 120 berkat kompetisi produksi obat generik.
Indonesia dapat mendukung produksi obat Hepatitis C generik. Contohnya, tahun 2012, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan lisensi wajib yang membebaskan pemerintah dari pembatasan hak paten guna memproduksi tujuh jenis obat-obatan generik yang sangat penting dalam pengobatan HIV dan Hepatitis B. Ini adalah langkah positif yang bisa menjadi contoh bagi negara-negara berkembang lainnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.