Trauma Mencabut Gigi Karena Trauma, Bahayakah Kalau Hanya Ditutup Kapas?
Gigi geraham atas ketiga dari gigi seri lubangnya semakin besar, tapi saya belum berani mencabutkannya.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Tribunnews.com membuka kontak Konsultasi yang akan dijawab Drg Anastasia Ririen
Drg R Ngt Anastasia Ririen Pramudyawati, alumnus Fakultas Kedokteran gigi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, siap menjawab segala pertanyaan seputar kesehatan gigi dan mulut di rubrik konsultasi gigi dan mulut Tribunnews.com.
Selama ini, perempuan kelahiran tepian Danau Tage - Epouto (Enarotali, Paniai, Papua) ini bekerja di Permata Pamulang Hospital, dan praktek pribadi D-smile di wilayah Pondok Cabe, Selatan Jakarta.
Selain itu, juga aktif menulis di www.kompasiana.com/dokteranastasiaririen dan memberikan konsultasi soal kesehatan gigi dan mulut lewat media radio, serta mengisi rubrik konsultasi di Harian Tribun Kaltim.
Bagi pembaca Tribunnews.com yang ingin melakukan konsultasi masalah gigi dan mulut, silakan mengirimkan pertanyaan melalui email: dr_anastasia_ririen@yahoo.com.
Semua jawaban akan ditayangkan di www.tribunnews.com.
Pertanyaan Pembaca
Dokter Anastasia,
Gigi geraham atas ketiga dari gigi seri lubangnya semakin besar, tapi saya belum berani mencabutkannya. Di samping mengganggu penampilan (karena akan jadi ompong), saya masih trauma dengan pencabutan geraham bawah paling belakang yang akhirnya musti dibedah karena proses pencabutan pertama (di puskesmas) tidak sempurna.
Saat pencabutan itu, akar masih kuat sehingga karena gusi bengkak akibat proses pencabutan itu, akar tertutup gusi selama 4 tahun. Setelah terlihat muncul lagi, akhirnya diketahui ada abses dalam gusi yang akhirnya harus menjalani proses bedah mulut.
Kembali ke soal geraham atas yang berlubang, seandainya dicabut, bisakah diimplant dengan gigi buatan? Apakah syaraf ke kepala tidak terganggu nantinya? Selama ini setelah sikat gigi dan kumur listerine saya selalu menyumpalnya dengan kapas yang kemudian saya ganti lagi setiap selesai makan besar. Itu saya lakukan hampir 2 tahun ini.
Bukannya tidak mau menambalnya waktu lubang masih kecil, tapi proses waktu penambalan malah menjadikan lubang bertambah besar karena proses pengeboran untuk pembersihan gigi dan jadi blooding sehingga tidak bisa ditambal permanen.
Thanks atas jawaban & solusi yang akan dokter berikan. Mohon maaf dengan
pertanyaan/penyampaian yang panjang lebar ini. (Rina)
Jawaban:
Dear Kak Rina, terimakasih atas pertanyaan yang disampaikan terperinci dan jelas.
Iya, saya memahami detail kekhawatiran yang Kakak rasakan, terkait trauma kejadian pencabutan gigi bungsu di puskesmas di masa lalu, termasuk kekhawatiran soal proses pengeboran gigi berlubang yang mungkin juga pernah dialami.. yang imbaskan kondisi gigi berlubang lainnya jadi makin parah, seperti yang sedang dialami sekarang, tanpa perawatan medis tepat oleh dokter gigi berkompeten.
Meski memahami, bukan berarti saya menyetujui pilihan tindakan yang Kakak lakukan terhadap gigi berlubang Kakak sebelum ini. Mohon maaf.
Sebab gigi berlubang oleh proses karies hanya dapat diputus mata rantai perjalanan keparahannya melalui perawatan medis oleh dokter gigi berkompeten. Saya selalu menambahkan kata "kompeten" di saran saya terkait pilihan dokter gigi, karena dokter gigi di bawah naungan Persatuan Dokter Gigi Indonesia dapat melayani para pasien dengan prasyarat kepemilikan Surat Ijin Praktek hanya bila telah melalui tahap uji kompetensi oleh Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia, Kak.. Artinya, bila prasyarat tersebut telah dipenuhi.. Insya Allah sang dokter akan bekerja sesuai kaidah procedural bidang kedokteran gigi yang tepat. Artinya, tindakan apapun tentu diupayakan sebaik mungkin tanpa memaksudkan memperparah kondisi. Semisal pengeboran yang menurut Kakak membuat lubang gigi bertambah besar dan berdarah hingga tidak lagi bisa dirawat, asumsi saya, bila Kakak memilih perawatan dilakukan oleh dokter gigi berkompeten, hal itu saya kira tidak dengan sengaja dimaksudkan untuk memperparah kondisi. Gigi bisa saja memang telah mengalami proses perusakan meluas hingga berlubang besar pada bagian dalam (di area lapisan dentin bahkan lebih ke dalam lagi ke area pulpa) ketika secara kasat mata lubang gigi hanya tampak kecil di permukaan luar (lapisan enamel), pada awalnya. Nah, sesuai kaidah kedokteran gigi, maka sang dokter perlu membersihkan semua bagian gigi yang telah membusuk hingga bersih. Dalam proses ini besar kemungkinan lubang gigi akan jadi lebih besar secara kasat mata karena memang akan ada proses pembuangan jaringan gigi yang tidak lagi sehat, Kak...
Terkait proses penambalan gigi, andai masih ada keraguan dan belum bisa menentukan pilihan, selain berdoa, Kakak bisa langsung berkonsultasi pada dokter gigi spesialis konservasi gigi di kota Kakak. Dan terkait upaya pencabutan gigi pun demikian, silakan langsung berkonsultasi pada dokter gigi spesialis bedah mulut pilihan Kakak.
Meski bukan berarti dokter gigi umum tidak berkompeten. Pemilahan detail kompetensinyalah yang berbeda. Sebab untuk kasus tertentu di bidang kedokteran gigi ada yang merupakan kompetensi dokter gigi umum, dan ada pula kasus khusus yang merupakan bagian kompetensi dari dokter gigi spesialis terkait. Demikian, semoga dapat dipahami.
Kembali soal gigi geraham atas yang berlubang, bila benar bahwa sang gigi tidak dapat lagi dipulihkan kesehatannya dan dikembalikan fungsinya setelah selesai dirawat serta dikembalikan keutuhan mahkotanya ...sehingga musti dicabut misalkan, maka jenis gigi tiruan implant gigi bisa saja dipilih sepanjang memenuhi indikasinya. Kakak dapat menyimak artikel lama saya terkait implant gigi di kolom konsultasi saya di www.tribunnews.com ini.
Dan terkait kekhawatiran Kakak soal syaraf di kepala yang mungkin saja terganggu nantinya, silakan berkonsultasi secara detail pada sang dokter gigi pelaksana tindakan nantinya, untuk memastikan apakah hasil diagnose Beliau mengindikasikannya, ataukah tidak. Penentuan ini hanya dapat dilakukan setelah dilakukan tahapan anamnesis, pemeriksaan lengkap secara langsung, pemeriksaan penunjang, serta penentuan diagnosenya. Sehingga lantaran itu saya yang hanya menerima konsultasi melalui email begini tentu saja belum bisa memberikan jawaban pastinya. Karena kondisi tertentu di raga kita bisa saja saling mengait. Kondisi kesehatan fisik organ tertentu bisa saja berpengaruh terhadap kesehatan organ lainnya. Keterkaitan kesehatan secara fisik maupun psikosomatis, terkait hubungan kondisi psikis kita terhadap kondisi kesehatan fisik kita.
Demikianlah, Kak.. semoga penjelasan saya di atas dapat dipahami dengan baik. Bila masih ada yang hendak ditanyakan, silakan langsung menghubungi saya kembali melalui alamat email saya: dr_anastasia_ririen@yahoo.com .. melalui pin BB saya: 75eabdfa / 7632c4dd maupun melalui fasilitas WhatsApp: 08 111 007 001.
Salam sehat, yach..