Iklan Berhenti Menikmati Rokok Bukan Skenario Drama
Iklan anti tembakau bertema Berhenti Menikmati Rokok Sebelum Rokok Menikmati Anda yang ditayangkan di bioskop dan televisi bukan drama.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peter Baldini, Chief Executive, World Lung Foundation, mengatakan iklan anti tembakau bertema Berhenti Menikmati Rokok Sebelum Rokok Menikmati Anda yang ditayangkan di bioskop-bioskop, stasiun televisi dan YouTube murni testimoni. Bukan skenario drama.
Kampanye dirancang untuk meningkatkan kepedulian terhadap bahaya merokok dan menampilkan testimoni pribadi yang jujur dan gamblang dari Manat Hiras Panjaitan, korban rokok.
"Bila kanker Pak Panjaitan tidak didiagnosa dan dirawat di tahun 2010, beliau akan menjadi satu dari beberapa ribu orang Indonesia yang meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan tembakau setiap tahunnya," katanya.
Kanker yang diderita Panjaitan, dapat dihindari jika ia sadar tentang bahaya merokok di usia muda, dan bila kebijakan tembakau disosialisasikan hingga ia dapat berhenti merokok.
"Testimoni pribadi secara jujur dan gamblang telah terbukti berhasil membuat masyarakat mengerti tentang bahaya penggunaan tembakau, menghimbau para perokok untuk berhenti dan menyarankan para remaja untuk tidak memulai merokok," katanya.
Baldini menghargai usaha pemerintah Indonesia dalam mengerahkan segala sumber daya untuk kampanye nasional media masa anti-tembakau ini.
Pihaknya bersama, Kementerian Kesehatan RI - World Lung Foundation (WLF) meluncurkan kampanye nasional media masa anti tembakau bertema Berhenti Menikmati Rokok Sebelum Rokok Menikmati Anda.
Penayangan kampanye ini selaras dengan #30HariTanpaRokok, inisiasi nasional berhenti merokok. Iklan ini ditayangkan di YouTube. Juga stasiun televisi nasional yakni ANTV, TRANS TV, Trans7, MNC TV, Metro TV, TV One dan Global TV.