Bau Badan Terjadi Karena Bakteri Ini
Sebuah penelitian baru menunjukkan dengan tepat gen bakteri yang berperan utama terhadap timbulnya aroma tak sedap dari tubuh.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Bau badan menjadi pemicu aksi nekad Rio Santoso, membunuh Deudeuh Alfi Syahrin, alias Tata-Chubby atau Empi. Guru privat ini tak tahan diejek aroma tubuhnya saat bercinta.
Bagaimana bau badan bisa terjadi? Prosesnya ternyata berawal karena ada bakteri pada kulit yang secara alamiah mengeluarkan molekul-molekul tersembunyi yang terkandung dalam keringat.
Sebuah penelitian baru menunjukkan dengan tepat gen bakteri yang berperan utama terhadap timbulnya aroma tak sedap dari tubuh. Para peneliti pun mengungkapkan bahwa temuan ini bisa mengarah pada cara baru mengontrol masalah bau badan.
Bau badan timbul ketika bakteri di kulit memecah molekul dalam keringat. Dalam studi baru ini, para peneliti menemukan DNA di bakteri Staphylococcus hominis penghasil protein yang memecah molekul keringat.
Protein ini bertanggung jawab dalam memecah molekul keringat ke dalam senyawa yang berperan besar terhadap bau badan. Senyawa tersebut tajam dan dalam jumlah kecil, yakni sekitar satu bagian per triliun. Menurut penelitian ini, salah satu gen dalam Staphylococcus hominis juga ditemukan dalam dua spesies bakteri Staph terkait bau badan.
Penelitian baru ini dipresentasikan dalam acara tahunan Society for General Microbiology di Birmingham, Inggris. Penelitian dalam pertemuan tersebut umumnya dianggap dalam tahap awal, sampai akhirnya dipublikasikan dalam jurnal.
"Penelitian ini secara signifikan meningkatkan pemahaman kami tentang proses biokimia spesifik yang terjadi dalam produksi bau badan. Mengejutkan bahwa bau badan tertentu diproduksi oleh sejumlah kecil spesies bakteri yang menetap di ketiak," ujar pemimpin penelitian asal University of York, Inggris, Dan Bawdon.
Ia menambahkan, temuan ini dapat membantu menemukan cara yang lebih baik dalam mengontrol bau badan. Deodoran dan antiperspirant tradisional bekerja membunuh semua tipe bakteri ketiak atau menghalangi kelenjar keringat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung adanya kandungan atau senyawa baru yang bisa melawan sumber bau tak sedap ini. (Kompas.com/Purwandini Sakti Pratiwi)