Anak yang Tubuhnya Kurus Tak Selalu Butuh Suplemen
Peran ibu sangat penting agar anak tidak sulit makan. Sejak kehamilan dan pengenalan makanan.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Sulit makan menjadi masalah yang sering ditemui pada anak balita. Padahal anak membutuhkan asupan nutrisi untuk tumbuh kembang anak.
Peran ibu sangat penting agar anak tidak sulit makan. Sejak kehamilan dan pengenalan makanan.
Dokter spesialis anak Yoga Devaera mengatakan, mengenalkan aneka jenis bahan makanan harus dilakukan sejak dini. Bahkan sejak anak masih di dalam kandungan. Pengenalan dalam kandungan ini penting, agar saat bayi mulai makan, dia sudah mengenali makanan yang akan dimakannya.
“Kalau sudah kenal, jika ada salah satu bahan makanan yang tidak disukai cari penggantinya,” kata dokter Yoga saat menjadi pembicara di acara Scott, di Café Hongkong, belum lama ini.
Ia menjelaskan, makanan yang masuk ke tubuh harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan sumber karbohidrat misalnya nasi, jagung, ubi, dan ketela. Jika ada anak tidak doyan nasi, harus dicari penggantinya yang sekelompok karbohidrat.
“Paling bagus makan sevariatif mungkin. Karena tidak ada sumber makanan yang mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan. Kalau makan hanya itu-itu saja, enggak terpenuhi mikronutriennya,” tegas dokter Yoga.
Menurutnya, seorang ibu tidak bisa pakai jalan pintas dengan memberikan suplemen kepada anaknya ketika anaknya tidak menyukai salah satu jenis makanan. Harus tetap diusahakan mengonsumsi dari makanan.
Jika mengonsumsi suplemen harus kasus per kasus, tidak selalu anak yang kurus butuh suplemen.
“Kalau ada anak yang suka makan itu-itu saja, memang butuh suplemen jika memang kurang. Tapi usaha mengenalkan makanan harus tetap,” ujarnya.
Anak membutuhkan suplemen atau tidak, dengan melihat pola makan dan lihat statistiknya serta tampilan fisiknya. Kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Dengan tanda wajah pucat.
Walaupun jika sudah keluar tanda-tanda anemia, berarti kekurangan zat besinya sudah sangat turun. Tidak hanya kekurangan, kelebihan vitamin atau mineral bisa berdampak negatif. Misalnya kelebihan vitamin A menyebabkan pusing.
Ia menyarankan agar seorang ibu jangan pernah bosan untuk mengajarkan atau mengenalkan makan pada anak. Jika anak menolak, dicoba terus.
“Kalau baru 1-2 kali masih enggak mau jangan bosan. Ada penelitian, orangtua harus mencoba hingga 10-15 kali dulu untuk membuktikan anak memang benar-benar tidak suka makanan tersebut,” katanya lagi.
Dokter spesialis anak Rini Sekartini mengatakan, selain pengenalan berbagai jenis makanan sejak dini, diperlukan juga tahapan mengenal tekstur makanan. Dari cair, halus, sedikit kasar, kasar lalu makanan keluarga.
Seringkali pula karena tidak sabar untuk mencapai tahapan tersebut, membuat anak malas makan. Memberikan Air Susu Ibu sebagai makanan yang pertama juga penting. Selalu pantau tumbuh kembang anak secara berkala. (lis)