Sunat Dapat Menyelamatkan Pria dari Resiko Terkena HIV/AIDS
Manfaat sunat bagi kesehatan penis sudah banyak direkomendasikan oleh sejumlah pakar kesehatan.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Manfaat sunat bagi kesehatan penis sudah banyak direkomendasikan oleh sejumlah pakar kesehatan.
Sunat atau sirkumsisi bukan lagi sekadar kewajiban untuk satu golongan saja, melainkan anjuran bagi semua pria demi kesehatan dan kebersihan organ penisnya.
Seperti yang dikatakan oleh Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU (K) saat saat seminar media ‘Kenali & Pahami Kelainan Genital Pada Anak Laki-laki Sejak Dini’ yang diadakan oleh ASRI Urology Center, Hotel Aryaduta Tugu Tani, Jakarta Pusat, Kamis (28/5).
Dr. Irfan mengatakan bila pria yang disunat lebih minim berisiko terkena HIV/AIDS, atau dengan kata lain yaitu penis yang tidak disunat rentan terkena HIV/AIDS.
Menariknya, Irfan juga memaparkan bahwa angka penurunan risiko penis yang disunat dari penyakit AIDS bisa mencapai sebesar 50 persen.
Tak heran, beberapa negara sudah mulai mewajibkan warga berjenis kelamin pria untuk menempuh tindakan sirkumsisi demi kesehatan.
“Data epidemiologi pernah mengungkapkan jika populasi pria yang disunat lebih minim indikasinya terkena HIV/AIDS seperti di Afrika dan Uganda. Walau bukan patokan mutlak ya, tapi hal ini memang bisa dijelaskan secara klinis dari ahli,” kata Dr. Irfan.
Pernyataan tersebut juga senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Lance Price dan rekannya di George Washington University di Amerika serikat.
Menurut Lance, manfaat sunat dapat mengurangi risiko terkena infeksi HIV karena jumlah total bakteri yang ada di kulup penis partisipan menurun secara signifikan.
Selain itu, prevalensi bakteri anaerob atau organisme yang tidak dapat hidup tanpa oksigen menjadi berkurang.
Lewat sunat yang menghilangkan kulupnya, maka jumlah oksigen yang ada di penis menjadi meningkat sekaligus menurunkan kelembapannya.
Penis pun tidak menjadi sarang virus karena sunat dapat mengubah ekosistem yang ada di penis.
“Semuanya karena faktor kebersihan dan kesehatan. Tapi itu hanya salah satu elemen dasar, selama si individu bersih dan bebas dari perilaku yang memicu penyakit menular seksual maka kondisinya akan aman,” tutup Dr. Irfan. (Ridho Nugroho)