Peneliti IPB: Buruh Wanita di Pabrik Kekurangan Vitamin D
- Peneliti dari Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan fakta bahwa buruh wanita di pabrik kekurangan vitamin D.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Peneliti dari Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan fakta bahwa buruh wanita di pabrik kekurangan vitamin D.
Penelitian terhadap pekerja wanita dilakukan pekerja wanita yang bekerja di pabrik tekstil di Bogor.
Karena kekurangan vitamin D, para pekerja wanita itu rentan terserang penyakit kardiovaskuler, hipertensi, insulin resisten, diabetes melitus, disfungsi sel beta, penyakit autoimun, atritis, sklerosis, kanker kolon, kanker payudara dan kanker prostat.
Penelitian terhadap buruh wanita itu dilakukan lima peneliti IPB yaitu Dodik Briawan, Ali Khomsan, Rimbawan, Betty Yosephin, dan Siti Aisyah. Mereka melakukan studi terhadap 59 pekerja wanita di salah satu perusahaan garmen di Kota Bogor.
Hasil studi menunjukkan bahwa 67,8 persen pekerja wanita berusia 35-45 tahun hanya terkena sinar matahari kurang dari 30 menit per hari di hari kerja dan 70 menit per hari di waktu libur.
Sementara sebanyak 73 persen subjek biasa menggunakan baju pelindung tubuh saat ke luar rumah, dan 90 persen menyatakan sinar matahari tidak baik untuk kesehatan.
"Dari penelitian ini kami mendapatkan hasil bahwa tidak ada panelis yang masuk dalam kategori cukup asupan vitamin D-nya. Sebanyak 30,5 persen panelis mengalami defisiensi, 57,6 persen tidak cukup dan 11,9 persen hipovitaminosis." Dodik Briawan dalam keterangan pers, Senin (1/6/2015).
Menurut Dodik, padatnya aktivitas membuat orang sering kali lupa dengan kebutuhan vitamin D tubuhnya. Padahal, orang bisa dengan mudah memperoleh asupan vitamin, contohnya dari paparan sinar matahari yang mengandung vitamin D.
Kelompok yang sering mengalami defisiensi atau kekurangan vitamin D antara lain usia lanjut dan pekerja di ruangan tertutup terutama pekerja wanita.
Selain rendahnya paparan sinar matahari katanya, rendahnya vitamin D juga disebabkan minimnya konsumsi pangan sumber vitamin ini seperti ikan, susu dan telur.
Para pekerja wanita ini selalu melakukan kegiatan di ruangan tertutup, serta cara berpakaian yang menutupi seluruh tubuh dan wajah. Ditambah lagi dengan perilaku menghindari matahari. Ketika sebagian besar kulit wajah dan tangan terlindung dari sinar matahari, maka kemungkinan terjadi kekurangan vitamin D.
"Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan penurunan efisiensi penyerapan kalsium dan fosfor sehingga meningkatkan hormon paratiroid," katanya.
Peranan vitamin D katanya, tidak hanya dalam pembentukan tulang dan metabolisme mineral, tetapi beberapa studi terakhir menunjukkan vitamin D juga sebagai faktor risiko dari sindrom metabolik.