Warga Filipina Mulai Terserang MERS CoV, Indonesia Diminta Waspada
Tjandra menghimbau semua masyarakat Indonesia untuk betul-betul waspada.
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Filipina telah melaporkan kasus kedua infeksi pernafasan Timur Tengah (MERS CoV) pada Akhir Juni 2015.
Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama laporan tersebut merupakan pelajaran penting karena semua yang tertular virus itu selalu memiliki riwayat perjalanan dari Timur Tengah.
Tjandra menilai warga Indonesia harus mempelajari lima poin penting dari kejadian itu. Pertama, virus tersebut masih kerap menjangkiti korban di negara-negara Timur Tengah sehingga masyarakat Indonesia harus benar-benar waspada. Kedua, masa inkubasi virus tersebut cenderung lama dan tidak terdeteksi pada satu sampai dua hari ketika pasien terserang.
"Pada waktu mendarat di Manila pasien tanpa keluhan, jadi thermal scanner di bandara Manila memang belum akan dapat mendeteksi apa-apa karena pasien tidak demam," kata Tjandra di kantornya, Senin (6/7/2015).
Selanjutnya, merujuk pada kasus di Filipina, pasien baru mengeluh pada hari ke 14. Artinya, waktu tersebut dua kali dari masa inkubasi virus MERS CoV yang seharusnya hanya tujuh hari. Sehingga kewaspadaan berlipat sangat diperlukan dalam mengantisipasi wabah ini.
Poin keempat, dengan adanya kasus baru di Filipina membuktikan sebaran virus tersebut cukup luas. Bahkan, presentase merebaknya MERS CoV meencakup 26 negara. Untuk itu, Tjandra menghimbau semua masyarakat Indonesia untuk betul-betul waspada.
Karena itu, terang dia, ada tugas berat bagi Kemenkes selaku garda depan pemelihara kesehatan Indonesia.
"Begitu ada kasus di suatu negara maka memang harus ada dua kegiatan, yaitu penanganan kasus dan penelusuran kontak," imbuhnya.
Untuk diketahui, pada 19 Juni 2015 seorang pengunjung datang dari Dubai dengan riwayat perjalanan dari Arab Saudi dengan tujuan Manila. Awalnya, tidak ada keluhhaan, namun pada 4 Juli 2015 pasien mulai ada keluhan pernapasan dan dikirim ke Research Institute of Tropical Medicine (RITM) Manila. Hari berikutnya pasien tersebut dinyatakan positif MERS CoV serta kini dirawat intensif di RS.
Kementerian Kesehatan Filipina sekarang sedang melacak 200-an orang yang satu pesawat dengan pasien ini serta kontak yang lainnya, beberapa menjalani karantina rumah. Sebelumnya, kasus pertama MERS CoV di Filipina adalah seorang perawat warga negara Filipina yang pada Januari 2015 baru kembali bekerja dari Arab Saudi. Penelusuran kontak dilakukan waktu itu pada 225 penumpang pesawat Saudi Airlines yang terbang bersama perawat itu, termasuk suaminya, dan semua negatif MERS CoV. Pasien pertama ini kemudian sembuh dari MERS CoV.